Sunday, 1 January 2012

BLOK 3 UP 3


I.     Tujuan Pembelajaran
1.    Sistem digesti pada omnivora, herbivora, dan karnivora secara anatomi serta secara fisiologi
2.    Mengapa bentuk feses berbeda pada setiap hewan dan apa hubungannya dengan usus besar?


II.  Belajar Mandiri atau Mengumpulkan Informasi
1.    Sistem digesti pada omnivora, herbivora, dan karnivora secara anatomi serta secara fisiologi
Berdasarkan jenis pakan hewan, dikelompokkan menjadi karnivora (pemakan daging), herbivora (pemakan tumbuhan), dan omnivora (pemakan tanaman/nabati dan makanan asal hewani).
Menurut tipe alat pencernaan, hewan dibedakan menjadi :
·       Sistem pencernaan monogastrik :
Hewan yang memiliki sistem pencernaan monogastrik atau perut tunggal seperti babi, kebutuhan bahan makanan yang berasal dari bahan hijauan sangat terbatas atau sedikit sekali. Sebab alat pencernaan yang dimiliki tidak mampu menampung jumlah makanan yang banyak, serta tak mampu mencerna makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi.
Sedangkan bahan makanan hijauan tergolong bahan makanan yang bahan kasarnya tinggi. Oleh karena itu, bahan makanan hijauan ini hanya diperlukan ternak tersebut sebagai tambahan saja. Makanan pokok mereka adalah makanan penguat yang mudah dicerna.
·      Sistem alat pencernaan hewan ruminansia :
Jenis hewan ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing dan domba memiliki sistem pencernaan yang khas dan sempurna. Alat pencernaannya terbagi atas empat bagian, yang terdiri dari rumen, reticulum, omasum, abomasum. Hewan ternak tersebut mampu menampung jumlah makanan yang lebih besar serta mampu mencerna bahan makanan yang kandungan serat kasarnya tinggi.
Hewan-hewan yang tergolong memiliki sistem alat pencernaan ini makanan pokok mereka adalah hijauan. Sedangkan kebutuhan akan makanan penguat sekedar tambahan saja.
(Anggota IKAPI, 1983)
a.    Herbivora
 Ruminansia
Berdasarkan kondisi fisiologis dan sistem pencernaan makanannya, sapi digolongkan sebagai ruminansia, karena pencernaan di dalam rumen. Pencernaan makanan pada ruminansia bersifat khas. (Zainal Abidin, 2002)
Hal ini disebabkan terdapat tiga proses yang jarang dijumpai pada hewan lain yakni pencernaan mekanis (terjadi di dalam mulut, pakan akan dikunyah sebentar dengan bantuan enzim saliva/kelenjar ludah, kemudian masuk ke rumen), pencernaan fermentative (terjadi di dalam lambung rumen dan retikulum, atas bantuan mikroorganisme, khususnya bakteri yang memanfaatkan sumber pakan yang dimakan) dan pencernaan enzimatis pascarumen. (Purnawan Yulianto dan Cahyo Saparinto, 2010)

1)   Tractus digestivus
a)   Cavum oris
Makroanatomi :
ü Pada rongga mulut terdapat gigi seri dan gigi geraham. Gigi taring (caninus) tidak berkembang. Gigi seri hanya terdapat pada bagian rahang bawah.
ü Di antara gigi seri dan gigi geraham terdapat celah yang disebut diastema.
ü Di dalam mulut, makanan akan bercampur denagn saliva yang bersifat alkalis.
(Tetty Setowati dan Deswaty Furqonita, 2007)
Mikroanatomi :
ü Dilapisi oleh mukosa yang dipenuhi oleh papilla yang mengandung gerombolan-geromnolan sel saraf/indera perasa (gema gustatoria). (Anonim, 2010)
Fisiologi :
ü Gigi seri berfungsi untuk menjepit dan memotong makanan yang berupa tetumbuhan seperti rumput dan dedaunan.
ü Gigi geraham pada ruminansia berukuran besar yang berfungsi untuk menggiling makanan.
ü Melalui distema ruminansia biasanya dapat menjulurkan lidahnya untuk merenggut rumput dan memasukkannya ke dalam mulut.
ü Rahang pada ruminansia dapat bergerak menyamping untuk menggiling makanan.
(Tetty Setowati dan Deswaty Furqonita, 2007)
b)   Pharynk
Makroanatomi :
ü Pada sapi pharynknya pendek.
ü Bentukan pada pharynk : isthmus faucium (perbatasan caudal cavum oris menuju pharynk), additus laryngis (bagian ventral pharynk menuju larynk), additus oesophagus (pintu masuk ke oesophagus). (Anonim, 2010)
c)   Oesophagus
ü Merupakan saluran pencernaan yang memanjang dari pharynk, memasuki cavum thorax dan melanjut ke cavum abdominis dengan membus diafragma melalui hiatus oesophagus dan bermuara pada ventriculus. (Anonim, 2010)
ü Kerongkongan pada sapi berbanding tipis dan panjangnya bervariasi diperkirakan sepanjang 5 cm. (Tetty Setowati dan Deswaty Furqonita, 2007)
d)  Rumen (paunch atau ruang fermentasi)
Makroanatomi :
ü Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolisme.
ü Rumen mengandung mikroorganisme, bakteri, dan protozoa yang menghancurkan dan mencerna pakan berserat. Jumlah organisme tersebut dapat mencapai 200 biliun dalam tiap sendok teh, masa hidupnya singkat, dan setelah mati lalu dicerna dan diserap oleh usus. Mikroba tersebut mengandung bermacam nutrien, seperti lemak, karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin.
Mikroanatomi :
Ciri utama berupa papila berbentuk konus menyembul ke lumen dari membrana mukosa kutanea. Lamina epitelialis mukosa terdiri dari epitelium skuamus kompleks dengan kornifikasi.
Fisiologi :
ü Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tak jenuh (Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbondioksida dan sel mikroba itu sendiri. Asam lemak folatil VFA adalah asam proprionat dan asam butirat yang merupakan sumber energi. Protein dalam makanan difermentasi menjadi asam amino dan asam amonia. Amonia dan produk lainnya bergabung dengan mikroba dan protein kemudian amonia diserap melalui dinding rumen bersama asam amino, sebagian tidak diserap dan dibuang melalui usus. Untuk nitrogen lainnya di daur ulang dalam rumen oleh air ludah dan terbentuk urea yang berguna untuk energi tambahan. Tidak semua protein dalam makanan difermentasi. Protein yang tidak larut keluar melalui usus dan berguna sebagai enzim untuk pencernaan makanan dalam usus.
Kelebihan :
1.    Produk pencernaan secara fermentatif dapat disajikan ke usus atau alat penyerapan utama dalam bentuk yang lebih mudah  diserap
2.    Kapasitas tampung rumen sangat besar, sehingga sapi dapat makan lebih banyak.
3.    Dengan pencernaan fermentatif dan enzimatif sapi dapat mencerna pakan berkadar serat kasar tinggi lebih banyak sehingga dalam hal bahan pakan, tidak bersaing dengan manusia.
4.    Dengan proses pencernaan yang kompleks dapat memproduksi protein dari bahan non protein nitrogen (NPN), seperti urea.
Kekurangan :
1.    Banyak energi terbuang sebagai gas methan (CH4) dan panas fermentasi
2.    Tanpa perlakuan khusus, protein-protein bernilai hayati tinggi yang berasal dari bahan pakan akan mengalami digradisi menjadi amonia (NH3).
(Zainal Abidin, 2002)
e)   Retikulum (honey comb, waterbag, atau pace setter)
Makroanatomi :
ü Organ ini teletak di bagian perut yang paling cranial, dibelakang diagfragma.
ü Bentuknya yang seperti sarang lebah mencegah benda-benda asing seperti kawat untuk tidak terus bergerak ke saluran pencernaan lebih lanjut. (Endang Purbowati, 2009)
Mikroanatomi : Reticulum di selimuti oleh membrana mukosa yang mengandung interseking ridge yang membagi permukaan itu menjadi permukaan seperti sarang lebah. Permukaan nya adalah epitel squamus yang berstrata.
Fisiologi : Retikulum fungsinya untuk mengubah ingesta yang mengalami fermentasi menjadi bahan lebih kecil. Merupakan daerah pengaturan aliran dari oesophagus dan rumen ke abomasum.
f)    Omasum (perut kitab)
Makroanatomi : Omasum letaknya di sebelah kanan rumen dan retikulum persis sebelah caudal hati. Omasum domba dan kambing jauh lebih kecil dari omasum sapi dalam keadaan normal tidak menyentuh dinding abdominal ruminansia.
Mikroanatomi : Omasum merupakan suatu organ seferis yang terisi oleh lamina muskuler yang turun dari bagian dorsum atau bagian atap. Membrana mukosa yang menutupi lamina ditebari dengan papila yang pendek dan tumpul yang menggiling hijauan sebelum masuk ke abomasum.
Fisiologi : Omasum menerima campuran pakan dan air. Di omasum, sebagian besar air itu diserap oleh luasnya daerah penyerapan yang terdiri dari banyak lapis. (Endang Purbowati, 2009)
g)   Abomasum (perut sejati)
Fungsi abomasum serupa dengan perut tunggal pada hewan non-ruminansia. Unsur-unsur penyusun berbagai nutrien (asam amino, gula, asam lemak, dsb) dihasilkan disini melalui proses kerja cairan lambung terhadap bakteri dan protozoa. Unsur-unsur tersebut kemudian akan diserap tubuh melalui dinding usus halus. Bahan-bahan yang tidak tercerna  bergerak ke cecum dan usus besar, kemudian diekskresikan sebagai feses melalui anus. (Endang Purbowati, 2009)
Fisiologi : Epitel abomasum berubah dari epitel squamosa berstrata menjadi epitel kolumnar sederhana yang dapat menghasilkan mukosa.
h)   Intestinum tenue
a.    Duodenum : duodenum pars ascendens dan duodenum pars descendens.
b.    Jejenum : Berkelok-kelok dan panjang.
c.    Ileum : Lurus dan pendek.
i)     Cecum
Sebagai perbatasan antara intestinum tenue dan intestinum crassum.
j)     Intestinum crassum
Colon :
Makroanatomi : Colon crassum membentuk spiral (ansa spiralis) à gyri centripetales dan gyri centrifugales.
Mikroanatomi : Membrana mukosa kolon licin dan mempunyai tanda-tanda spesifik seperti usus besar.
k)   Anus
Sebagai saluran keluarnya feses.

2)   Glandula digestoria
a.    Hepar
Berbatasan denagn facies abdominis dan ren dexter. Memebntang dari ren dexter sampai ujung ventral costae ke 7 atau 8. Sebagian besar di sebelah kanan cavum abdominis. Berwarna coklat kemerahan. Salurannya “ductus hepaticus”.
Pada ruminansia terdiri dari dua lobus yaitu lobus dorsalis (pada kambing ditambah lobus caudatus) dan lobus ventralis.
b.   Vesica fellea
Salurannya disebut “ductus cysticus”. Ductus cysticus dan ductus hepaticus bersatu menjadi ductus choledocus, dan bermuara di duodenum.
c.    Pancreas
Terletak di bidang transversal, bagian dorsal cavum abdominis. Salurannya yaitu ductus pancreaticus.

 Non Ruminansia (misal kuda)
1)   Tractus digestivus
a)    Cavum oris
Makroanatomi :
ü Kuda dilengkapi dengan gigi yang relatif kuat untuk secara mekanis memulai proses pencernaan. Pada kuda betina umumnya didapatkan sejumlah 36 atau 38 buah gigi permanen (Ensminger, 1960). Gigi yang kurang sempurna, berpengaruh terhadap kecernaan bahan makanan selanjutnya.
ü Saliva terutama dibuat oleh 3 pasang kelenjar saliva, yaitu kelenjar parotis, kelenjar mandibularis, kelenjar lingualis. Saliva kuda tidak atau sedikit sekali mengandung amilase.
(Aminuddin Parakkasi, 2006).
Mikroanatomi :
ü Jumlah bungkul-bungkul pengecap pada lidah (calculi gustatorii) maksimal (terbanyak) terdapat di daerah dorsum lidah dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dalam mulut. Untuk kuda, tempat-tempatnya di lidah adalah pada papilae foliatae (di sebelah depan pilar anterior dari palate yang lunak), fungiformes (lebih besar, sehingga mudah terlihat dengan mata, di bagian lateral lidah dan sebagian kecil dorsum lidah) dan vallatae (umumnya masing-masing terdapat 2 di tiap garis median lidah, di posterior dari dorsum lidah). Tempat lain di mana ditemukan kalkuli gustatorii tersebut adalah di palatae pillar anterior dan di epiglotis bagian mulut.
Fisiologi :
ü Di samping untuk pencernaan, gigi dapat pula dipakai untuk memperkirakan umur dengan melihat penyembulan (erupsi), penggantian gigi sementara, bentuk dan derajat keausan karena dipakai untuk mengunyah pada gigi susu ataupun gigi permanen.
ü Lidah merupakan alat pelengkap alat pencernaan yang menolong proses memasukkan bahan makanan.
ü Secara mekanis, lidah terutama menolong pengunyahan makanan dalam rongga mulut dengan memindah-mindahkan/mengaduk bahan makanan yang dikunyah.
ü Dengan alat pengecap (calculi gustatorii), kuda dapat membedakan antara makanan yang baik dan yang tidak baik.
ü Fungsi saliva yaitu (1) sebagai pelicin dalam mengunyah dan menelan bahan makanan. Mucin adalah perekat yang baik untuk pembuatan bolus dari bahan makanan yang siap akan ditelan. (2) Komponen bahan makanan yang dapat larut dalam air akan larut dalam saliva, dan lebih mudah merata bila bersentuhan dengan bungkul-bungkal perasa pada lidah untuk menikmati dan membedakan rasa. (3) Pelindung mukosa mulut, dengan membasahinya terus-menerus. (4) Dapat mengencerkan beberapa zat yang bersifat racun. (5) Mengatur temperatur dalam rongga mulut dengan mensuplai air yang mudah menguap dalam rongga mulut, terutama dalam kondisi udara yang panas lagi kering.
b)   Pharynk
Fisiologi :
ü Penyambung rongga mulut dan esofagus.
ü Jalan masuk makanan menuju oesophagus.
c)    Oesophagus
Makroanatomi : Panjang esofagus berkisar antara 125-150 cm.
Fisiologi : Sebagai penyalur bolus ke lambung melalui peristaltik, bukofaringeal, gaya berat (gravitasi).
d)   Ventrikulus
Makroanatomi :
ü Terbagi menjadi 3 bagian, yaitu cardia (tempat muara oesophagus), fundus (bagian ventrikulus yang berbentuk kantung), pylorus (bagian ventrikulus bagian distal, muara ventrikulus ke duodenum). (Anonim, 2010)
ü Pada kuda berbentuk “J” yang relatif kecil dibanding dengan ternak lainnya dari kuda dengan ternak-ternak lain.
ü Aktivitas mikroorganisme sangat terbatas, karena populasi bakteri relatif rendah dan waktu tinggal (retensi) dari makanan hanya sebentar (sekitar 30 menit).
ü Fermentasi dapat terjadi di daerah saccuscaecus, yakni bagian yang tidak mempunyai sekresi, yang meliputi 1/3 bagian permukaan lambung. Sekresi kedua kelenjar parotis selama 24 jam.
Mikroanatomi :
Jaringan mukosa lambung (tunika mukosa) terbagi atas 2 bagian besar yang dibatasi oleh margopicatus. Dua bagian tersebut adalah :
1)   Bagian esophagus (pars oesophagea) yang berwarna putih, tidak mempunyai kelenjar dan dilapisi oleh epithelium berbentuk squamus-statified yang tebal. Daerah ini meliputi 1/3 – 2/5 bagian dari seluruh mukosa.
2)   Bagian yang berkelenjar (Pars glandularis) menurut tipe kelenjar yang terdapat di daerah tersebut, terbagi menjadi 3 :
a.    Sub-bagian kelenjar cardiac (daerah intermediate), suatu daerah yang sempit (0,5 mm – 2 cm) berwarna kekuningan sampai abu-abu.
b.    Sub-bagian kelenjar fundus, daerahnya berbintik-bintik coklat kemerah-merahan.
c.    Sub-bagian pylorus.
Fisiologi :
ü Untuk fermentasi. Hasil fermentasi di dalam ventrikulus yaitu asam laktat.
e)    Intestinum tenue
Makroanatomi : Panjang usus kecil kira-kira 22 m, mempunyai diameter sekitar 7,5-10 cm dan kapasitasnya lebih kurang 40-50 liter.
-       Duodenum : panjangnya lebih kurang 1 m.
-       Jejenum
-       Ileum
Fisiologi : Mengabsorpsi zat-zat makanan melalui vili-vili karena permukaan dinding usus ini diperluas oleh adanya lipatan-lipatan dan villi. Sebagai tempat utama pencernaan karbohidrat yang mudah dicerna.
f)    Intestinum crassum
-   Cecum
Makroanatomi :
ü Merupakan batas antara intestinum tenue dan intestinum crassum.
ü Bentuknya seperti kantong besar, kasar dan posisi yang istimewa panjangnya kurang lebih 1,25 m dan kapasitas volumenya kurang lebih 20-30 liter.
ü Pada sekum terdapat taenia, haustra, dan incisura.
Mikroanatomi : Merupakan modivikasi dari usus. Nodulus limfatikus terletak lebih ke belakang. Terdapat taenia ceci (penebalan dari lapisan luar otot yang merata yang arahnya longitudinal, tersusun dari otot polos bercampur serabut elastis.
-   Colon crassum
Makroanatomi :
ü Panjangnya antara 7,5-8 m.
ü Sejumlah enzim alkalinfosfatase didapatkan disini.
ü Terbagi menjadi colon ascendens, colon descendens, colon transversum, dan colon sigmoidea.
Mikroanatomi :
ü Membrana mukosa kolon licin dan mempunyai tanda-tanda spesifik seperti usus besar. Lamina muskularis longitudinal lateral dan mengalami modifikasi membentuk pita tebal, rata, arah longitudinal yang merupakan campuran antara otot polos dengan serabut.
Fisiologi :
ü Pada batas-batas tertentu, cecum dan colon mempunyai fungsi seperti rumen pada ruminan yaitu tempat fermentasi, sintesis asam-asam amino/protein dan vitamin B dan K oleh mikroorganisme. Akan tetapi letaknya mendekati akhir dari saluran pencernaan.
ü Sehubungan dengan mikroorganisme, maka sekum dan colon adalah tempat utama untuk mencerna (N)eutral (D)etergen (F)iber.
ü Akan tetapi hasil fermentasi karbohidrat di dalam usus besar adalah asam-asam lemak terbang (Volatile Fatty Acid) yang mungkin kurang efektif digunakan oleh kuda sebagai sumber energi dibanding dengan karbohidrat yang mudah dicerna di daerah presekum.
g)   Rectum
Fisiologi : Membentuk feses dan penyimpanan sementara sebelum dikeluarkan melalui anus (rektum berakhir sebagai anus).
h)   Anus
Makroanatomi : Pada kuda biasanya anus menonjol keluar.
Fisiologi : Sebagai saluran keluarnya feses.

2)   Glandula digestoria
a.    Hepar
Berbatasan denagn facies abdominis dan ren dexter. Memebntang dari ren dexter sampai ujung ventral costae ke 7 atau 8. Sebagian besar di sebelah kanan cavum abdominis. Berwarna coklat kemerahan. Salurannya “ductus hepaticus”.
Terdiri dari dua lobus yaitu lobus dexter, lobus sinister, dan lobus intermedius.
b.    Vesica fellea
Salurannya disebut “ductus cysticus”. Ductus cysticus dan ductus hepaticus bersatu menjadi ductus choledocus, dan bermuara di duodenum.
·      Tunika mukosa
-     Lamina epitelialis mukosae : berbentuk kolumner simpleks dan mempunyai tepi sikat. Ada sel gobletnya.
-     Lamina propria mukosae : berisi jaringan ikat longgar. Kelenjar mukosa, serosa, campuran berbentuk tubuloalveoler simpleks.
·      Tunika submukosa: ada dan tipikal.
·      Tunika muskularis : terisi otot polos dengan arah acak.
·      Tunika serosa : ada dan tipikal.

c.       Pancreas
Terletak di bidang transversal, bagian dorsal cavum abdominis. Salurannya yaitu ductus pancreaticus dan ductus pancreaticus accessories.
Dua hal yang menyebabkan cairan pankreas kuda berbeda dengan ternak lainnya : (1) konsentrasi enzim yang relatif rendah. (2) Rendahnya kadar HCO3.
Pankreas terdiri atas endokrin dan eksokrin. Yang bersifat endokrin terdiri dari pulau-pulau Langerhans yang mengeluarkan insulin ke dalam darah. Yang bersifat eksokrin terdiri dari asini yang bertanggung jawab atas pembentukan cairan pankreas yang disekresi ke duodenum.
(Aminuddin Parakkasi, 2006)


b.   Karnivora
Hewan karnivora adalah kelompok hewan pemakan daging (makanan asal hewan), mempunyai gigi taring untuk mencabik makanannya, perutnya tunggal (monogastrik) dan sederhana. Alat pencernaannya pendek karena pakannya (daging) yang tidak berserat sehingga mudah dicerna. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah anjing, kucing dan beberapa jenis hewan liar lainnya.
1)   Tractus digestivus
a.     Rima Oris ( mulut )
ü Pada giginya memeiliki canin ( gigi taring / dens caninus )
ü Tempat dimana bahan pangan dipecah secara mekanis dengan mengunyah dan air liur ditambahkan sebagai pelumas
b.    Oesophagus
Terdapat gerakan peristaltik, untuk mendorong makanan masuk ke saluran digesti selanjutnya.
Terjadi pencernaan secara mekanis.
c.     Ventrikulus
Lambung dibagi menjadi 3 daerah yaitu :
ü Kardia adalah bagian atas, daerah pintu masuk makanan dari kerongkongan.
ü Fundus adalah bagian tengah, bentuknya membulat.
ü Pilorus adalah bagian bawah, daerah yang berhubungan dengan usus 12 jari.
d.    Intestinum
Ø  Intestinum Tenue
ü Tempat penyerapan nutrisi dan sari-sari makanan
-        Duodenum
-        Jejunum
-        Ileum
Ø  Intestinum Crassum
·      Cecum  :
Berukuran kecil ,karena volume makanan kecil dan pencernaan berlangsung dengan cepat.
Merupakan modivikasi dari usus. Nodulus limfatikus mencolok pada permulaan sekum.
·     Colon :
Fungsi colon : untuk menyerap kembali air yang telah masuk ke dalam saluran pencernaan untuk berfungsi sebagai bahan pelarut berbagai getah pencernaan.
e.     Rectum
Untuk menampung feses sebelum di keluarkan lewat anus.
f.     Anus
Sebagai saluran keluarnya feses
2)   Glandula digestoria
a.    Hepar
Menyediakan garam empedu ke usus kecil, yang sangat penting untuk pencernaan dan penyerapan lemak. Lobus hepar anjing : lobus dexter lateralis, lobus dexter centralis, lobus sinister lateralis, lobus sinister centralis, lobus quadratus, lobus caudatus, procesus papilaris (kiri) processus caudatus (kanan).
b.    Pancreas
Menyediakan campuran ampuh enzim pencernaan ke usus kecil yang sangat penting untuk pencernaan lemak, karbohidrat dan protein.
c.    Vesica vellea
·      Tunika mukosa
-    Lamina epitelialis mukosae : berbentuk kolumner simpleks dan mempunyai tepi sikat.
-    Lamina propria mukosae : berisi jaringan ikat longgar. Kelenjar mukosa, serosa, campuran berbentuk tubuloalveoler simpleks.
·      Tunika submukosa: ada dan tipikal.
·      Tunika muskularis : terisi otot polos dengan arah acak.
·      Tunika serosa : ada dan tipikal.

d.   Omnivora (misal babi)
1)   Tractus digestivus
a.    Cavum oris
ü Memiliki lidah yang tidak bisa digerakan
ü Saliva mengandung enzim yang mulai memecahkan bahan pakan menjadi unsur-unsur penyusunnya
ü Mengambil makanan
b.    Pharynk
Sebagai penghubung antara cavum oris dengan esofagus.
c.    Oesophagus
Terdapat gerakan peristaltik, untuk mendorong makanan masuk ke saluran digesti selanjutnya.
Terjadi pencernaan secara mekanis.
d.  Ventrikulus
Sebagai alat penampung bahan yang sudah tercerna
e.    Intestinum Tenue
ü Duodenum
ü Jejunum
ü Ileum
f.     Caecum
Makroanatomi :
ü Memiliki sekum relative pendek  dengan volume sekitar 1,5 liter.
ü Tempat  fermentasi  serat  kasar dan karbohidrat oleh mikroorganisme
Mikroanatomi : Merupakan modivikasi dari usus. Nodulus limfatikus mencolok pada permulaan sekum. Terdapat taenia ceci (penebalan dari lapisan luar otot yang merata yang arahnya longitudinal, tersusun dari otot polos bercampur serabut elastis.
g.    Intestinum crassum
§  Colon :
Makroanatomi :
ü Colon crassum membentuk spiral (ansa spiralis) à gyri centripetales dan gyri centrifugales.
Mikroanatomi :
ü Membrana mukosa kolon licin dan mempunyai tanda-tanda spesifik seperti usus besar. Lamina muskularis longitudinal lateral dan mengalami modifikasi membentuk pita tebal, rata, arah longitudinal yang merupakan campuran antara otot polos dengan serabut.
Fisiologi :
ü Tempat fermentasi serat kasar dan karbohidrat oleh  mikroorganisme.
ü Tempat  penyerapan  air  yang  utama.
h.    Rectum
Untuk menampung feses.
i.      Anus
Sebagai saluran pembuangan feses

2)   Glandula digestoria
a.     Hepar : salurannya ductus hepaticus. Diselubungi kapsula fibrosa yang disusun oleh jaringan kolagen padat kaya serabut elastis. Lobus hepar babi : lobus dexter lateralis, lobus dexter centralis, lobus sinister lateralis, dan lobus sinister centralis.
b.    Pancreas : salurannya ductus pancreaticus. Merupakan kelenjar tubuloalveoler kompleks, dan tumbuh dari divertikulum usus.
c.     Vesica vellea : Salurannya disebut “ductus cysticus”. Ductus cysticus dan ductus hepaticus bersatu menjadi ductus choledocus, dan bermuara di duodenum.
·      Tunika mukosa
-    Lamina epitelialis mukosae : berbentuk kolumner simpleks dan mempunyai tepi sikat.
-    Lamina propria mukosae : berisi jaringan ikat longgar. Kelenjar mukosa, serosa, campuran berbentuk tubuloalveoler simpleks.
·      Tunika submukosa: ada dan tipikal.
·      Tunika muskularis : terisi otot polos dengan arah acak.
·      Tunika serosa : ada dan tipikal.


3.      Mengapa bentuk feses berbeda pada setiap hewan dan apa hubungannya dengan usus besar?
Mungkin dikarenakan di intestinum crasum antara lain  terjadi absorbsi air dan dengan begitu konsistensi feses juga ditentukan, dan diduga bentuk feses pun ditentukan. Tetapi bukti ilmiah tentang hal tersebut belum ada.
Pada individu yang sama, bentuk feses (konsistensi dll) juga ditentukan oleh jenis pakan/makanan dan tentu saja juga kondisi fisiologis/patologis individu tersebut. Seperti kalau kita makan makanan yang berbeda atau pada kondisi sakit bentuk dna konsistensi feses juga berbeda.


DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2002. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta : PT Agomedia Pustaka.
Aminuddin Parakkasi. 2006. Ilmu Nutrisi Makanan Ternak Monogastrik. Jakarta : UI Press.
Anggota IKAPI. 1983. Hijauan Makanan Ternak. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Anonim. 2011. Petunjuk Praktikum Blok 3 Sistema Digesti. Yogyakarta : Laboratorium Makroanatomi FKH UGM.
Ariana. 2011. Petunjuk Praktikum Mikroanatomi Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Laboratorium Mikroanatomi FKH UGM.
Campbell, Reece dan Mitcell. 2000. Biologi Edisi 3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Darmono. Tatalaksana Usaha sapi Kereman. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Purbowati, Endang. 2009. Usaha Penggemukan Domba. Jakarta : Penebar Swadaya.
Setowati, Tetty dan Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif  untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Azka Press.
Tillman, Allen D., 1982. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Yulianto, Purnawan dan Cahyo Saparinto. 2010. Penggemukan Sapi Potong Secara Intensif. Jakarta : Penebar Swadaya.

2 comments:

  1. terima kasih postingan km sangt membantu dlm mengerjakan tugasku..

    ReplyDelete