Wednesday 11 January 2012

BLOK 3 UP 4


Untuk lebih lengkapnya, silahkan download

I.     Tujuan Pembelajaran
1.    Bagaimana proses dan sistem pencernaan lemak pada ruminansia dan nonruminansia secara fisiologi dan biokimia?
2.    Proses Pencernaan Fisiologi Secara Umum pada hewan Ruminansia dan Non Ruminansia?
3.    Proses Pencernaan Biokimia Secara Umum pada hewan Ruminansia dan Non Ruminansia?

 
II.  Belajar Mandiri atau Mengumpulkan Informasi
1.    Bagaimana proses dan sistem pencernaan lemak pada ruminansia dan nonruminansia secara fisiologi dan biokimia?
 Secara Fisiologi
a.    Cavum oris
Ø Sebagai tempat terjadinya pencernaan secara mekanis / biofisik, yaitu :
1)   Prehensi : cara menggambil makanan, pada ruminansia menggunakan lidah, sedangkan pada nonruminansia menggunakan bibir.
2)   Mastikasi / chewing ; pengunyahan makanan dengan gigi, macam gigi yaitu
-       Gigi incisivus  : memotong
-       Gigi canicus    : merobek
-       Gigi molare     : menghaluskan
-       Gigi premolar  : menghaluskan
3)   Insalivasi ( pembasahan makanan dengan saliva )
4)   Deglutisi ( menelan makanan ), deglutisi dibagi menjadi 3 yaitu
-       Fase meninggalkan mulut
-       Fase dalam pharynx
-       Fase dalam oesophagus menuju ke ventriculus
( Parakkasi.2006)
b.    Pharnyk
Sebagai penghubung antara cavum oris dan oesophagus.
Pada sapi memiliki pharynk yang pendek.

c.    Esophagus
Sebagai jalannya makanan menuju perut besar atau lambung
Pada sapi oesophagusnya pendek dan lebar, serta lebih mampu berdilatasi (membesar) serta berdinding tipis.

d.   Ventrikulus
      Pada hewan ruminansia terbagi menjadi 4 ruang, yaitu
-       Rumen, berfungsi sebagai gudang sementara bagi makanan yang tertelan serta sebagai tempat fermentasi.
-       Reticulum : Di dalam retikulum, makanan dari rumen akan dicerna kembali hingga membentuk gumpalan-gumpalan kecil yang masih kasar yang disebut bolus. Proses pemasukan makanan tersebut akan berlangsung sampai hewan merasa kenyang. Selanjutnya gumpalan-gumpalan itu akan dikeluarkan kembali ke dalam mulut. Di dalam mulut akan dikunyah kembali.
-       Omasum, berfungsi untuk menyaring partikel pakan menjadi lebih kecil.
-       Abomasum , berfungsi sebagai tempat proses pencernaan bolus secara kimiawi oleh enzim dan pemecahan zat-zat gizi.

      Pada hewan non ruminansia terdapat bagian-bagian lambung,yaitu
-       Curvature minor ; lengkungan sebelah medial ventrikulus
-       Curvature major ; lengkungan sebelah lateral ventrikulus
-       Cardia  ; tempat muara oesophagus
-       Fundus ; bagian ventrikulus yang berbentuk kantong
-       Pylorus ; muara ventrikulus ke duodenum

      Pada kuda
-       Fisiologi dari  ventrikulus sendiri adalah untuk mencampur massa pakan, mencerna beberapa protein, menampung massa pakan, dengan lama waktu penyimpanan untuk air 30-60 menit.
-       Ventrikulusnya berbentuk huruf  “ J “

e.    Intestinum tenue
Terdiri atas 3 bagian, yaitu duodenum, jejunum dan ileum.
Pada kuda berfungsi sebagai tempat pencernaan protein.

f.     Cecum
-       sebagai pembatas antara intestinum tenue dan intestinum crassum .
-       Pada kuda sebagai tempat fermentasi, akibatnya feses kasar.
-       Caecum pada kuda berbentuk seperti koma, terentang dari sisi kanan dari pelvicinlet ke dasar rongga perut persis di belakang diafragma dekat kartilago sifoid dari tulang sternum. (Frandson, 1992)

g.    Intestinum crassum
-       Tempat proses fermentasi dan absorpsi air dan elektrolit.
-       Pada kuda sebagai tempat sintesis asam amino atau protein, vitamin B & K.
-       Pada kuda merupakan bagian pertama dari colon meninggalkan caecum dan menuju arah cranial sepanjang dinding abdominal ventral bagian kanan menuju ke bagian sternal dan diafragma. (Frandson, 1992)
-       Pada sapi colon ascendens nya membentuk kelokan berbentuk U dan letaknya dalam abdomen.

h.    Rectum
-       Tempat pembentukan feses dan tempat penyimpanan feses sementara sebelum dikeluarkan melalui anus.
-       Pada sapi dibalut oleh lemak tebal dan menuju ke anus.
-       Pada kuda terletak pada rongga pelvis. Bagian ini siap mengembang guna penampungan feces.

i.      Anus
Sebagai saluran keluarnya feses.
Pada ruminansia saluran anus pendek.

 Secara Biokimiawi
a.    Cavum oris
Insalivasi (pembasahan dengan saliava / air liur) :
Ø Pencernaan karbohidrat dimulai di mulut, dimana bahan makanan bercampur dengan ptialin, yaitu enzim yang dihasilkan oleh kelenjar saliva (saliva hewan ruminansia sama sekali tidak mengandung ptialin). Ptialin mencerna pati menjadi maltosa dan dekstrin. Pencernaan tersebut sebagian besar terjadi di mulut dan lambung. Mucin dalam saliva tidak mencerna pati, tetapi melumasi bahan makanan sehingga dengan demikian bahan makanan mudah untuk ditelan.
Ø  Enzim yang terdapat pada saliva yaitu :
-      Enzim ptialin, berfungsi untuk mengubah pati menjadi maltose
-      Enzim amilase, berfungsi memecah karbohidrat menjadi maltosa dan dextrin
Ø  Saliva mengandung :
-      musin , yaitu glikoprotein yang melumasi makanan, mengikat bakteri dan melindungi mukosa mulut.
-      2 enzim pencernaan, yaitu
*        Lipase lingual yang disekresikan oleh kelenjar di lidah
*        Amylase saliva yang disekresikan oleh kelenjar-kelenjar saliva
Ø  Fungsi saliva
-          Memudahkan menelan makanan
-          Mempertahankan kelembaban mulut
-          Sebagai pelarut molekul yang merangsang indera pengecap
(Ganong, 2008)

b.    Pharnyk
c.    Esophagus
d.   Ventrikulus
      Ruminansia
Ø Rumen
Rumen merupakan lambung pencerna yang sangat penting karena di situ terdapat mikroflora dan mikrofauna yang sangat berperan dalam mencerna makanan dan metabolisme. Aktivitas rumen yang paling penting adalah proses fermentasi makanan oleh mikroba yang mengubah karbohidrat menjadi asam lemak tak jenuh (Volatil Fatty Acid=VFA), methan, karbondioksida dan sel mikroba itu sendiri. Asam lemak folatil VFA adalah asam proprionat dan asam butirat yang merupakan sumber energi.
Protein dalam makanan difermentasi menjadi asam amino dan asam amonia. Amonia dan produk lainnya bergabung dengan mikroba dan protein kemudian amonia diserap melalui dinding rumen bersama asam amino, sebagian tidak diserap dan dibuang melalui usus. Untuk nitrogen lainnya di daur ulang dalam rumen oleh air ludah dan terbentuk urea yang berguna untuk energi tambahan. Tidak semua protein dalam makanan difermentasi. Protein yang tidak larut keluar melalui usus dan berguna sebagai enzim untuk pencernaan makanan dalam usus.
Bakteri pembantu fermentasi berdasarkan aktivitas biokimianya diantaranya :
ü Bakteri Amilolitik : bakteri yang menghidrolisis pati karena adanya enzim amilolitik. Produk fermentasi bekteri amilolitik adalah, laktat, format, asetat, suksinat, propionat dan butirat.
ü Bakteri Selulotik :  bakteri yang mendegradasi selulosa.  Bakteri ini menfermentasikan glukosa, selobiosa,pektin, pati, maltosa, sukrosa, salesin, fruktosa, dengan menghasilkan suksinat, format, butiral, asetat, propionat, asam diaminopimelat, ethanol, karbondioksida dan hidrogen.
ü Bakteri Hemiselulotik (bakteri pencernaan Hemiselulosa) dan Pektinolitik (Bakteri Pencerna Pektin)
ü Bakteri Lipolitik(bakteri pencerna lemak) berhubungan dengan hidrolisis lemak menjadi gliserol,dan asam-asam lemak. Produk fermentasi bakteri ini adalah asam asetat, propionat, butirat, dan suksinat serta gas hidrogen sulfidaa. Bakteri ini juga mampu menfermentasikan gula, gliserol, ribosa dan fruktosa.
ü Bakteri Proteolitik(bakteri pencerna protein) mencerna protein pakan. Contoh spesies dari bakteri ini adalah Proteus spp, Corny bacterium,dan  Eubacterium ruminantium.
(Didiek Rahmadi, 2003)
Selain itu, di rumen juga terdapat fermentasi asetat, butirat, dan asam propionate yang dihasilkan oleh VFA (Volatile Fatty Acid).
·       Fermentasi Asam Asetat
Bakteri yamg berperan dalam fermentasi ini adalah Clostridium thermoaceticum dan  Desulfotomaculum thermobenzoicum. Bakteri ini memfermentasikan piruvat menjadi asetat. Pada proses fermentasi piruvat menjadi asetat menghasilkan 8 molekul NADH yang dipakai untuk menambat COmenjadi asetat. Pada bakteri Acetobacter dan Gluconobacter dapat memfermentasikan glukosa dan etanol menjadi asetat.
·      Fermentasi Asam Butirat
Fermentasi butirat dilakukan bakteri Clostridium sp. yang berlaku sebagai sakarolitik dan proteolitik. Clostridium proteolitik penting untuk mendekomposisi anaerob yang disebut putrefaction. Sedangkan Clostridium sakarolitik mampu memfermentasikan karbohidrat menjadi butirat. Selain itu, bakteri Butyrivibrio fibrisolvens dan G. thyrobutyricum mampu memfermentasikan glukosa menjadi butirat.
·      Fermentasi Asam Propionat
Propiniobacterium, Veillonella, Bacteriodes, dan beberapa Clostridium sp. merupakan bakteri yang melakukan fermentasi laktat, glukosa, dan gliserol yang menghasilkan propionate, asetat, dan karbon dioksida.
(Tjahjadi Purwoko, 2007)
Ø Retikulum
Ø Omasum
Terdapat kelenjar yang memproduksi enzim yang akan bercampur dengan bolus. Akhirnya bolus akan diteruskan ke abomasum.
Ø Abomasum
-          Di dalam abomasum akan akan diubah menjadi glukosa, dan sellulosa akan diubah oleh enzim sellulose menjadi glukosa juga
-          Di abomasum terdapat 3 kelenjar yaitu:
      Cardiac gland menghasilkan mucous
      Fundic gland menghasilkan 3 tipe sel yaitu: body chief cell(enzymes), neck chief cell( mucous), dan parietal cell (HCL)
      Pyloric cell(mucous)

      Non Ruminansia
Di dalam lambung hewan non-ruminansia terdapat banyak macam-macam enzim dan HCl yang berguna untuk mencerna makanan secara enzimatis dengan mengubahanya ke monomer yang lebih kecil, seperti enzim pepsin yang mengubah protein menjadi pepton, dan lain sebagainya, pencernaan enzimatis selanjutnya akan di lakukan di usus duodenum. Fungsi HCl sendiri sebagai pengaktif pepsinogen menjadi pepsin, menghidrolisis sedikit disakarida dan mencegah terjadinya fermentasi dalam lambung oleh mikroorganisme.

e.    Intestinum tenue
Bagian pertama duodenum menerima isi lambung yang bersifat asam, yang mengalir melalui pilorus dan merupakan tempat predileksi terjadinya ulkus peptikum.
Enzim-enzim yang terdapat pada usus halus yang berasal dari getah usus mencerna pula karbohidrat. Enzim-enzim tersebut adalah :
a)    Enterokinase, yang mengaktifkan tripsinogen
b)   Maltase, yang menghidrolisis maltosa menjadi glukosa
c)    Sukrase (invertase), yang menghidrolisis sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa
d)   Laktase, yang menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa
e)    Peptidase, yang menghidrolisis peptida-peptida menjadi asam amino
f)    Polinukleotidase, yang memecah asam nukleat menjadi mono-nukleotida
g)   Nukleotidase, yang menghidrolisis nukleotida menjadi nukleosida dan asam fosfor

f.     Cecum
Non Ruminansia
     Pencernaan fermentatif dilakukan atas bantuan mikroba. Pada proses pencernaan fermentatif zat makanan dirombak menjadi senyawa lain yang berbeda sifat kimianya sebagai zat intermediate.
     Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar karena proses pencernaan selulosa hanyaterjadi satu kali, yakni pada sekum.

g.    Intestinum crassum
h.    Rectum
i.      Anus
Feses mengandung zat anorganik, serat tumbuhan yang tidak tercerna, bakteri, dan air. Komposisi feses relatif tidak terpengaruh oleh variasi dalam makanan karena sejumlah besar fraksi massa feses tidak berasal dari makanan.

v Glandula Digestoria
a.    Pankreas
Getah pankreas mengandung enzim yang sangat penting untuk pencernaan. Sekresi pankreas sebagian diatur oleh mekanisme refleks dan sebagian diatur oleh mekanisme refleks dan sebagian diatur oleh hormon gastrointestinal sekretin dan CCK.
Enzim poten pemecah protein pada getah pankreas disekresikan sebagai proenzim inaktif. Tripsinogen diubah menjadi enzim aktif tripsin oleh enzim enterokinase saat getah pankreas masuk ke duodenum. Tripsin mengubah kimotripsinogen menjadi kimotripsin dan proenzim lain menjadi aktif. Tripsin juga mengaktifkan fosfolipase A2. Enzim ini mengeluarkan sebuah asam lemak dari letisin, yang membentuk lisolesitin.

b.    Hepar
Fungsi hepar yaitu untuk metabolisme zat nutrisi (glukosa, asam amino, lemak) dan vitamin.

c.    Vesica fellea
Empedu terdiri atas garam empedu, pigmen empedu, dan zat lain yang larut dalam larutan elektrolit alkalis yang mirip dengan getah pankreas. Sebagian komponen empedu direabsorbsi di usus kemudian diekskresikan kembali oleh hepar.
Garam empedu memiliki sejumlah efek penting. Garam-garam ini menurunkan tegangan permukaan dan bersama fosfolipid dan monogliserida, berperan pada emulsifikasi lemak sebagai persiapan untuk pencernaan dan penyerapannya di usus halus. Garam empedu cenderung membentuk lempeng silindris yang disebut misel. Lemak berkumpul di dalam misel. Misel berperan penting untuk mempertahankan lemak dalam larutan dan membawanya ke brush border sel epitel usus, tempat lemak tersebut diserap.
(Ganong. 2008)

v Pencernaan dan penyerapan lemak
Pencernaan lipid baru dimulai pada saat bahan makanan sampai di usus. Pencernaan ini terjadi dengan bantuan enzim lipase usus, lipase lambung, dan lipase pankreas. (Wiwi Isnaeni, 2006)
Dengan bantuan garam empedu dan fosfolipid empedu, lemak diemulsikan dengan kuat, sehingga dapat dipecahkan oleh lipase pankreas. Lipase akan menghidrolisis lipid dan trigliserahdehida menjadi digliserida, monogliserida, gliserol, dan asam lemak bebas.
Hasil pemecahan mencapai sel epitel usus melalui difusi pasif. Di sana asam lemak rantai panjang diaktifkan dengan bantuan koenzim A dan kemudian digunakan kembali untuk resintesis triasilgliserol. Hasil ini diserahkan pada pembuluh limfe dan dieksresikan ke dalam ductus torasikus tanpa melalui hepar.
Asam lemak rantai pendek dengan atom C kurang dari 12 pasang masuk ke dalam darah dan hati melalui vena porta. Gliserol yang terserap juga bisa melalui jalan ini.
(Jan Koolman and Klaus-Heinrich Rohm, 2001)








Gambar sistem pencernaan sapi (ruminansia)









Gambar sistem pencernaan kuda (nonruminansia)

2.                  Proses Pencernaan Secara Fisiologi
Proses absorpsi nutrisi
a.       Karbohidrat
Karbohidrat makanan disajikan ke dalam usus halus unutk diserap terutama dalam bentuk disakarida maltosa (produk pencernaan polisakarida), sukrosa dan laktosa. Disakarida yang terdapat di brush border usus halus selanjutnya menguraikan disakarida ini menjadi satuan monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa.
Glukosa dan galaktosa diserap oleh tansport aktif sekunder, sementara pembawa kotranspor di batas luminal mengangkut monosakarida dan ion Nadari lumen ke dalam interior sel usus. Glukosa atau galaktosa setelah dikumpulkan di dalam sel maka keluar mengikuti gradien konsentrasi untuk masuk ke darah di dalam vilus.fruktosa diserap ke dalam darah melalui difusi terfasilitasi ( transportasi pasif yang diperantarai oleh pembawa).

b.      Protein
Yang diserap dan dicerna tidak hanya protein dari makanan, tetapi protein endogen dari dalam tubuh yang masuk ke lumen saluran pencernaan dari 3 sumber berikut juga diserap :
1.      Enzim pencernaan, yang semuanya protein yang telah disekresikan ke dalam lumen.
2.      Protein di dalan sel yang telah lepas dari vilus ke dalam lumen selama proses pertukaran mukosa.
3.      Sejumlah kecil protein plasma yang dalam keadaan normal bocor dari dalam kapiler ke dalam lumen saluran pencernaan.

Setiap hari, dari ketiga sumber ini sekitar 20-40 g protein endogen masuk ke lumen. Jumlah ini dapat mencapai lebih dari separuh protein yang disajikan ke usus halus untuk dicerna dan diserap. Semua protein endogen harus dicerna dan diserap bersama protein makanan untuk mencegah pengurangan simpanan protein tubuh.  Asam amino yang diserap dari protein makanan dan protein endogen digunakan untuk mensintesis protein baru. Berbagai asam amino ini diangkut oleh pembawa yang spesifik.
c.       Lemak
Lemak tidak larut dalam air maka terdapat rangkaian transformasi untuk pencernaaan dan penyerapannya. Sewaktu isi lambung mengalir ke duodenum, lemak menggumpal membentuk butir-butir trigliserida berukuran besar yang mengambang dalam kimus. Produk pencernaan lipase (monogliseralhida dan asam lemak bebas) juga tidak terlalu larut air  sehingga hanya sedikit dari produk akhir pencernaan lemak dapat berdifusi menembus kimus untuk dapat mencapai permukaan absorptif. Namun komponen empedu mempermudah penyerapan produk akhir tersebut melalui pembentukan misel. Setelah misel-misel mencapai membran luminal sel-sel epitel, monogliseralhida dan asam lemak bebas secara pasif berdifusi dari misel menembus komponen lemak membran sel epitel untuk memasuki interior sel tersebut. 
d.      Mineral dan air

Pencernaan secara fisiologi
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian pencernaan dan penyerapan. Segmentasi yaitu metode motilitas utama usus halus mendorong dan mencampur secara perlahan cymus. Segmentasi ini terdiri dari kontraksi berbentuk cincin di sepanjang usus halus yang berosilasi otot polos sirkuler di sepanjang usus halus. Diantara semen-segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang berisi bolous kecil cymus. Cincin – cincin kontraksi timbul setiap beberapa centimeter membagi usus halus menjadi  seperti rantai sosis.cincin kontraktil ini tidak menyapu ke seluruh panjang usus seperti yang dilakukan oleh gelombang peristaltik. Namun segmen yang berkontraksi setelah jeda singkat, melemas dan kontraksi berbentuk cincin kemudian muncul di daerah yang semula melemas. Dengan cara inin cymus dihancurkan, dikocok dan dicampur secara merata. Pencampuran itu mempunyai fungsi ganda yaitu mencampurkan cymus dengan getah pencernaan, yang disekresikan ke dalam lumen usus halus dan memanjangkan seluruh cymus ke permukaan absorptif mukosa usus halus. Kontraksi segmental diawali oleh sel-sel pemacu usus halus, yang menghasilkan irama listrik dasar (BR) serupa dengan BER lambung yang menentukan peristalsis di lambung.
          Tingkat ketanggapan otot polos sirkuler dan longitudinal dengan demikian intesitas kontraksi segmental dapat dipengaruhi oleh hormon gastrin dan aktivitas saat saraf ekstrinsik. Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi eksitabilitas sel otot polos usus halus dengan menggerakan potnsial istirahat di sekitar osilasi BER mendekati atau menjauhi ambang. Diantara waktu makan, segmentasi akan sedikit atau tidak ada. Tetapi segera setelah makan kontraksi segmental akan kuat. Baik duodenum maupun ileum mulai melakukan kontraksi segmental secara simultan sewaktu makanan pertama kali masuk ke intestinum tenue. Duodenum mulai melakukan segmentasi terutama sebagai respon terhadap peregangan yang ditimbulkan oleh adanya cymus. Segmentasi ileum yang kosong, di pihak lain tampaknya ditimbulkan oleh gastrin yang disekresikan sebgai respon terhadap keberadaan cymus di lambung, suatu mekanisme yang dikenal sebagai refleks gastroileum.
          segmentasi tidak saja menyebabkan pencampuran cymus tetapi juga merupakan faktor utama yang mendorong cymus secara perlahan melewati usus halus. Kompleks motilitas migartif menyapu bersih usus diantara waktu makan. Motilitas ini berupa gelombang peristaltik repetitif lambat yang berjalan singkat ke arah hulu usus sebelum lenyap. Gelombang berawal dari lambung lalu ke intestinum tenue dan setiap gelombang peristaltik baru dimulai di tempat yang terletak sedikit ke bawah di intestinum tenue. Diperkirakan bahwa hormon motilin yang keberadaannya belum dapat dipastikan mungkin dapat berfungsi mengatur kompleks motilitas migratif. Seaktu makanan berikutnya datang, aktivitas segmental kembali terjadi dan kompleks motilitas migratif berhenti. Pertemuan anatara ileum dan sekum mencegah kontaminasi intestinum tenue oleh bakteri kolon. Sekresi usus halus tidak mengandung satu pun enzim pencernaan.
Terjadi 2 gerakan di dalam tractus gastrtointestinal :
1.      Gerakan propulsif
Makanan bergerak maju sepanjang sepanjang saluran dengan kecepatan yang sesuai untuk membantu terjadinya pencernaan dan absorpsi. Gerakan mendorong ini adalah peristaltik. Peristaltik merupakan sifat yang dimiliki banyak tabung otot polos sinsitium, perangsangan pada titik manapun dalam usus dapat menyebabkan munculnya cincin kontraksi dalam otot sirkuler dan cincin ini akan menjalar sepanjang tabung usus. Rangsangan umum untuk peristaltik usus adalah distensi usus. Yaitu bila sejumlah besar makanan terkumpul pada titik mana pun dalam usus, pereganagn dinding usus akan merangsang sistem saraf enterik  unutk menimbulkan kontraksi dinding usus 2 sampai 3 cm di belakang titik tersebut, dan timbul sebuah cincin kontraksi yang menimbulkan gerakan peristaltik. Rangsangan  lain yaitu irtasi kimiawi atau fisis pada epitel yang melapisi usus. Juga sinyal sarar parasimpatis yang kuat ke usus akan menimbulkan peristaltik kuat.
2.       Gerakan mencampur
Menjaga agar isi usus sungguh-sungguh mencampur setiap waktu.



3.                  Proses Pencernaan Secara Biokimia
Absorpsi lipid di dinding intestinum, 1-monoasilgliserol dihidrolisis lebih lanjut untuk menghasilkan gliserol bebas dan asam lemak oleh suatu lipase yang jelas berbeda dari lipase pankreas sedangkan 2-monoagliserol dapat dikonversi kembali menjadi triasilgliserol melalui jalan monoasilgliserol. Pemakaian asam lemak untuk triasilgliserol memerlukan aktivasi terlebih dahulu. Ini dilaksanakan dengan pembentukan suatu koenzim A (asil) derivat asam lemak . reaksinya (yang  juga memerlukan ATP) dikatalisis oleh enzim asil Ko-A sintetase.

(1)   Absorpsi asam amino dan protein

Pada keadaan normal, protein makanan hampir lengkap dicerna menjadi asam amino konstituennya dan produk akhir pencernaan. Protein ini kemudian dengan cepat diserap dari usus ke dalam daerah portal. Mungkin bahwa sebagian hidrolisis misalnya dipeptida disempurnakan dalam dinding usus. Binatang dapat berhasil dipertahankan dari segi gizi protein. Bila suatu campuran asam amino yang lengkap diberikan padanya.ini menunjukan bahwa protein utuh tidak perlu. Mayes dan Granner, 1981).

(2)   Absorpsi karbohidrat

Produk pencernaan karbohidrat diserap dari jejunum ke dalam darah sistem vena porta dalam bentuk monosakarida terutama heksosa (glukosa, fruktosa, manosa dan galaktosa), walaupun gula pentosa, yang jika terdapat dalam makanan juga akan diserap. Oligosakarida (senyawa yang berasal dari pati yang menghasilkan 3-10 unit monosakarida pada hidrolisis) dan disakarida dihidrolisis oleh enzim sesuai yang bersal dari permukaan mukosa usus halus, juga dapat termasuk amilase pankreas yang diabsorpsi oleh mukosa.

(3)   Penyerapan Lemak
(4)   Lemak pentimg pada bahan makanan yang lain adalah kolesterol dan ester kolesterol
(5)   Vitamin A, D, E, dan K yang tidak larut dalam air, diserap bersamaan dengan lemak
(6)   Asimilasi lemak dapat dibagi menjadi empat tahap: (1) proses emulsi, asam empedu, lipase dan co-lipase enzim pankreatik à dua asam lemak bebas, atau asam lemak nonesterified dan monoglyceride  (2) hidrolisis, cholesterol esterase dan phospholipase (3) pembentukan micelle, kumpulan garam empedu dan lemak kecil yang larut dalam air dan (4) penyerapan, Asam lemak micelle ditransport melalui membran apical oleh ikatan protein asam lemak khusus di dalam membran apical
(7)   Garam empedu direabsorpsi dari illeum oleh sistem sodium co-transport
(8)   Lemak terlarut dengan cepat diangkut oleh molekul pengangkut dan ditransport secara intraseluler menuju retikulum endoplasma dan diubah kembali menjadi ester membentuk kolesterol, lemak makanan minor, dan protein dari retikulum endoplasmic yang kasar
(9)   Chylomicron adalah struktur berbentuk bola dengan bagian inti trigliserida dan ester kolesterol serta permukaan phospolipid dan kolesterol à melalui saluran lymfe


(4) Penyerapan Glukosan
















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Beberapa Penyakit Ternak Ruminansia. Nusa Tenggara Barat : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Darmono. Tatalaksana Usaha sapi Kereman. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Frandson, R. D., 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Ganong. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Koolman, Jan dan Klaus-Heinrich Rohm. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Jakarta : Penerbit Hipokrates.
Parakkasi, Aminudin. 2006. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. Jakarta : Penerbit UI-Press.
Rahmadi, Didiek. 2003. Ruminologi Dasar. Semarang : Universitas Diponenoro.
Setowati, Tetty dan Deswaty Furqonita. 2007. Biologi Interaktif  untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Azka Press.
Sudarmono, A. S. dan Y. Bambang Sugeng. 1992. Sapi Potong. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tjahjadi Purwoko. 2007. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi Aksara.




No comments:

Post a Comment