Tuesday, 24 April 2012

Blok 5 UP 3


LEARNING OBJECTIVE
1.      Mengetahui Istilah-Istilah Patologi di sistem Saraf! (5)
2.      Mengetahui Penyakit Pada Sistem Saraf dan Lokasinya! (5)
3.      Mengetahui titik tangkap obat pada Sistem saraf dan lokasinya! (5)

PEMBAHASAN

1.      Istilah-istilah Patologi Sistem Saraf
Kelainan-Kelainan Bawaan Spp
1)      Perubahan-perubahan pada cerebellum
a.       aplasi cerebellum (cerebellum tidak terbentuk), atau agenesis cerebellum (pemebentukan cerebellum tidak sempurna), atau displasi cerebellum (pertumbuhan cerebellum yang abnormal).
b.      hipoplasi serebellum. Pada perubahan ini cerebellum ada, akan tetapi sangat kecil. Gejala klinis terpenting adalah paralisis. Secara mikroskopis terlihat bahwa semua lapisan korteks mengalami atrofi. Sel-sel Purkinje hanya sedikit, sedang lapisan molekuler terbentuk oleh neuroblas yang berasal dari sel-sel Bergmann.
c.       atrofi cerebellum. Sesudah dilahirkan hewan sulit berjalan, memperlihatkan inkordinasi motorik yang sering disertai getar dan kejang kedik. Cerebellum sedikit kecil, sekali-kali pengecilan ini malah tidak jelas. Secara mikroskopis terlihat degenerasi pada sel-sel Purkinje dan sel-sel Golgi dan gliosis (astrosit-astrosit).
2)      salah bentuk. Yang terbentuk dalam perubahan-perubahan ini adalah: anencephali (otak tidak terbentuk), cranioschisis (tengkorak sebagian atau seluruhnya tidak tertutup), amyelia (medulla spinalis tidak ada), encephalocele (burut jaringan saraf), macro dan micro-cepahli (otak terlalu besar atau terlalu kecil), microgyria (tiap-tiap girus lebih kecil daripada normal), anophthalmia (tidak ada mata), cyclopia (hanya ada satu mata yang terletak di tengah), hydrocephalia congenita termasuk di dalamnya.
3)      penyakit saraf tersifat
a.       atrofi spinal otot pada anjing. Anak anjing menjadi lumpuh pada umur 8-14 minggu disebabkan oleh atrofi otot-otot tungkai dan kehilangan neuron-neuron motorik dalam medulla spinalis.
b.      Miotoni bawaan pada kambing. Ketika mendengar bunyi, dia terkejut dan lari. Kemudian kakinya kejang dan ia tidak dapat bergerak untuk beberapa menit, namun tetap dalam keadaan sadar. Penyakit ini merupakan penyakit bawaan.
c.       ataksi anak sapi. Juga bersifat turun temurun. Gejala klinisnya inkoordinasi, tidak adanya kerjasama yang sempurna antar otot-otot badan, gejala ini menyerupai gejala hipoplasi cerebellum akan tetapi pada anomali ada kalanya sapi baru memperlihatkan perubahan pada umur 2-3 minggu dan tidak setelah hewan lahir.
d.      paralisis tubuh belakang anak sapi. Sesudah lahir anak sapi tidak dapat berdiri. Sesekali terlihat kejang kedik, getar otot-otot dan keratitis. Pada SSP tidak ditemukan kelainan-kelainan.
e.       epilepsi (sawan). Kehilangan kesadaran tiba-tiba dalam jangka pendek atau panjang yang biasanya disertai konvulsi (kejang).
f.       tuli pada hewan putih (kucing, anjing). Kelainan yang bersifat bawaan ini disebabkan atrofi dan perubahan-perubahan karena degenerasi alat Corti, cabang cochlear n. Acusticus, dan ganglion.

2.      Penyakit Sistem Saraf
1.      Enchephalomalacia (Ensefalomalasi): perlunakan atau nekrosa otak).
Disebabkan oleh gangguan vaskularisasi (emboli, trombosa), perdarahan-perdarahan otak, radang bernanah, infeksi jamur, dan defisiensi gizi.
Perubahan-Perubahan Peredaran Darah Dan Limfe Ssp
a.       pembendungan pasif. Hal ini ditemukan bila fungsi jantung terganggu atau bila peredarah darah SPP dirintangi oleh umpamanya tumor, parasit, dsb.
b.      hiperemi aktif. Pembuluh-pembuluh darah selaput otak dan otak jelas terlihat karena kelengar matahari. Pada rabies tampak jelas.
c.       anemi. Ketika hewan disembelih SSP terlihat pucat.
d.      hemoragi. Perdarahan pada SSP atau selaput-selaput selamanya menyolok karena jaringan putih berubah warna menjadi merah.
e.       emboli dan trombosa SSP sangat jarang terjadi pada hewan. Akibatnya adalah nekrosa iskhemik dan perlunakan jaringan.
f.       edema. Disebabkan oleh gangguan peredaran darah (edema pembendungan) atau oleh radang.


2.      Hydrocephalia Interna Atau Kepala Busung
Terlalu banyak cairan tertimbun di ventrikel otak.

3.      Radang Selaput-Selaput Otak Dan Selaput-Selaput Medull A Spinalis
Radang durameter dinamakan juga pachymeningitis (cerebralis, spinalis atau cerebro-spinalis), sedang radang pada arachnoidea dan piameter dinamakan juga leptomeningitis. Bila jaringan otak atau medulla spinalis ikut serta dalam proses radang maka disebut meningo-encephalitis dan meningo-myelitis.
4.      Pengapuran Durameter Spinalis
Perubahan ini hanya dikenal pada anjing. Yang berubah yakni durameter bagian pinggang dan leher tulang belakang. Pada beberapa tempat durameter kasar dan berwarna keruh-putih disebabakan oleh pulau-pulau kalsium yang berbentuk panjang, bundar atau lonjong.
5.      Radang Otak Dan Medulla Spinalis
Bila hanya bagian kelabu terserang, maka radang itu dinamakan polioencephalitis atau poliomyelitis atau polioencephalomyelitis. Yang menyebabkan radang bernanah adalah infeksi secara hematogen atau limfogen oleh kuman-kuman pyogenes ump. Pada ingus tenang kuda ataau pada infeksi dengan streptokok anak babi. Radang yang tidak bernanah disebabkan:
·         Kuman-kuman (Mycobact, tuberculosis, Listeria monocytogenes dan kuman-kuman koli pada jenis sapi)
·         virus (rabies, distemper, sampar babi, sampar ayam)
·         protozoa (toxoplasma, trypanosomiasis)
·         jamur (aspergillus, cryptococcus, dll)
·         cacing atau larvanya (Coenurus cerebralis, nematoda, dan filaria)
·         vaksinasi (ensefalitis post-vaksinal)
·         penyinaran kepala (radiasi dengan sinar-sinar gamma).
Perubahan mikroskopik yang tampak pada pembuluh darah yang terlihat sebagai hiperemi, edema perivaskuler dan sejumlah limfosit di dalam ruangan Virchow-Robin. Perubahan ini terlihat dalam bagian kelabu dan putih otak. Sel-sel otak dan serabut-serabut saraf otak mengalami degenerasi (Ressang, 1984).


3.      Titik tangkap obat pada Sistem Saraf
CARA KERJA OBAT OTONOM
Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system kolinergik maupun adrenergik, yaitu :
·         Hambatan pada sintesis atau pelepasan transmitor
1)      Kolinergik
Hemikolinium menghambat ambilan kolin ke dalam ujung saraf dan dengan demikian mengurangi sintesis Ach. Toksin botulinus n menghabat pelepasan Ach di semua saraf kolinergik sehingga dapat menyebabkan kematian akibat paralysis pernapasan perifer. Toksin tersebut memblok secara ireversibel pelepasan Ach dari gelembung saraf di ujung akson dan merupakan salah satu toksin paling potenn yang dikenal orang. Toksin tetanus mempunyai mekanisme keraja yang serupa.
2)      Adrenergik
Metiltirosin memblok sintesis NE. Sebaliknya metildopa, penghambat dopa dekarboksilase, seperti dopa sendiri didekarboksilasi dan dihidroksilasi menjadi a-metil NE. Guanetidin dan bretilium juga mengganggu pelepasan dan penyimpanan NE.
·         Menyebabkan pelepasan transmitor
1)    Kolinergik
Racun laba-laba Black window menyebabkan pelepasan Ach(eksositosis) yang berlebihan, disusul dengan blokade pelepasan ini.
2)    Adrenergik
Banyak obat dapat meningkakan pelepasan NE. Tergantung dari kecepatan dan lamanya pelepasan, efek yang terlihat dapat berlawanan. Tiramin, efedrin , amfetamin, dan obat sejenisnya menyebabkan pelepasan NE yang relatif cepat dan singkat sehingga mengahasilkan efek simpatomimetik. Sebaliknya reser pin, dengan memblok transport aktif NE ke dalam vesikel menyebabkan pelepasan NE secara lambat dari dalam vesikel ke aksoplasma sehingga NE dipecah oleh MAO. Akibatnya terjadi blokadd adreergik akibat pengosongan depot NE di ujung saraf.
·         Ikatan dengan reseptor
Obat yang menduduki reseptor dan dapat menimbulkan efek yang mirip dengan efek transmitor disebut agonis. Obat yang hanya menduduki reseptor tanpa enimbulkan efek langsung, tetapui efek akibat hilangnya efek transmitor(karena tergeser transmitor dari reseptor) disebut antagonis atau bloker.
Contoh obat kolinergik : hemikolinium, toksin botolinus, atropine, pirenzepin, trimetafan, dll.
Contoh obat adrenergic : guanetidin, tiramin, amfetamin, imipiramin, klonidin, salbutamol, doxazosin, dll.
·         Hambatan destruktif transmitor
1)    Kolinergik
Antikolinesterase merupakan kelompok besar yang menghanbat destruksi Ach karena menghambat AChE, dengn akibat perangsangan berlebihan di reseptor muskarinik oleh Ach dan terjadinya perangsangan disusul blockade di reseptor nikotinik.
2)    Adrenergik
Ambilan kembali NE setelah pelepasannya di ujung saraf merupakan mekanisme utama penghentian transmisi adrenergic. Hambatan proses ini oleh kokain dan impiramin mendasari peningkatan respon terhadap perangsangan simpatis oleh obat tersebut.

PENGGOLONGAN OBAT OTONOM
Menurut efek utamanya, maka obat otonom dapat dibagi ke dalam 5 golongan, yaitu :
1.    Parasimpatomimetik atau Kolinergik
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatis.
2.    Simpatomimetik atau Adrenergik
Efek obat golongan ini menyerupai efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf simpatis.
3.    Parasimpatolitik atau Penghambat kolinergik
Efek obat golongan ini menghambat timbulnya efek akibat aktivitas saraf parasimpatis.
4.    Simpatolitik atau Pengahanbat adrenergic
Efek obat golongan ini menghambat timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis.
5.    Obat Ganglion
Efek obat golongan ini merangsang atau menghambat penerusan impuls ganglion (Pearce, 2002).

DAFTAR PUSTAKA

Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum.
Ressang, AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Denpasar: Team Leader IFAD Project.

No comments:

Post a Comment