LEARNING
OBJECTIVE
1. Mengetahui
Istilah-Istilah Patologi di sistem Saraf! (5)
2. Mengetahui
Penyakit Pada Sistem Saraf dan Lokasinya! (5)
3. Mengetahui
titik tangkap obat pada Sistem saraf dan lokasinya! (5)
PEMBAHASAN
Kelainan-Kelainan Bawaan Spp
1) Perubahan-perubahan
pada cerebellum
a. aplasi
cerebellum (cerebellum tidak terbentuk), atau agenesis cerebellum (pemebentukan
cerebellum tidak sempurna), atau displasi cerebellum (pertumbuhan cerebellum
yang abnormal).
b. hipoplasi
serebellum. Pada perubahan ini cerebellum ada, akan tetapi sangat kecil. Gejala
klinis terpenting adalah paralisis. Secara mikroskopis terlihat bahwa semua
lapisan korteks mengalami atrofi. Sel-sel Purkinje hanya sedikit, sedang
lapisan molekuler terbentuk oleh neuroblas yang berasal dari sel-sel Bergmann.
c. atrofi
cerebellum. Sesudah dilahirkan hewan sulit berjalan, memperlihatkan inkordinasi
motorik yang sering disertai getar dan kejang kedik. Cerebellum sedikit kecil,
sekali-kali pengecilan ini malah tidak jelas. Secara mikroskopis terlihat
degenerasi pada sel-sel Purkinje dan sel-sel Golgi dan gliosis
(astrosit-astrosit).
2) salah
bentuk. Yang terbentuk dalam perubahan-perubahan ini adalah: anencephali (otak
tidak terbentuk), cranioschisis (tengkorak sebagian atau seluruhnya tidak
tertutup), amyelia (medulla spinalis tidak ada), encephalocele (burut jaringan
saraf), macro dan micro-cepahli (otak terlalu besar atau terlalu kecil),
microgyria (tiap-tiap girus lebih kecil daripada normal), anophthalmia (tidak
ada mata), cyclopia (hanya ada satu mata yang terletak di tengah),
hydrocephalia congenita termasuk di dalamnya.
3) penyakit
saraf tersifat
a. atrofi
spinal otot pada anjing. Anak anjing menjadi lumpuh pada umur 8-14 minggu
disebabkan oleh atrofi otot-otot tungkai dan kehilangan neuron-neuron motorik dalam
medulla spinalis.
b. Miotoni
bawaan pada kambing. Ketika mendengar bunyi, dia terkejut dan lari. Kemudian
kakinya kejang dan ia tidak dapat bergerak untuk beberapa menit, namun tetap
dalam keadaan sadar. Penyakit ini merupakan penyakit bawaan.
c. ataksi
anak sapi. Juga bersifat turun temurun. Gejala klinisnya inkoordinasi, tidak
adanya kerjasama yang sempurna antar otot-otot badan, gejala ini menyerupai
gejala hipoplasi cerebellum akan tetapi pada anomali ada kalanya sapi baru
memperlihatkan perubahan pada umur 2-3 minggu dan tidak setelah hewan lahir.
d. paralisis
tubuh belakang anak sapi. Sesudah lahir anak sapi tidak dapat berdiri. Sesekali
terlihat kejang kedik, getar otot-otot dan keratitis. Pada SSP tidak ditemukan
kelainan-kelainan.
e. epilepsi
(sawan). Kehilangan kesadaran tiba-tiba dalam jangka pendek atau panjang yang
biasanya disertai konvulsi (kejang).
f. tuli
pada hewan putih (kucing, anjing). Kelainan yang bersifat bawaan ini disebabkan
atrofi dan perubahan-perubahan karena degenerasi alat Corti, cabang cochlear n.
Acusticus, dan ganglion.
2. Penyakit
Sistem Saraf
1. Enchephalomalacia
(Ensefalomalasi): perlunakan atau nekrosa otak).
Disebabkan
oleh gangguan vaskularisasi (emboli, trombosa), perdarahan-perdarahan otak,
radang bernanah, infeksi jamur, dan defisiensi gizi.
Perubahan-Perubahan
Peredaran Darah Dan Limfe Ssp
a. pembendungan
pasif. Hal ini ditemukan bila fungsi jantung terganggu atau bila peredarah
darah SPP dirintangi oleh umpamanya tumor, parasit, dsb.
b. hiperemi
aktif. Pembuluh-pembuluh darah selaput otak dan otak jelas terlihat karena
kelengar matahari. Pada rabies tampak jelas.
c. anemi.
Ketika hewan disembelih SSP terlihat pucat.
d. hemoragi.
Perdarahan pada SSP atau selaput-selaput selamanya menyolok karena jaringan
putih berubah warna menjadi merah.
e. emboli
dan trombosa SSP sangat jarang terjadi pada hewan. Akibatnya adalah nekrosa
iskhemik dan perlunakan jaringan.
f. edema.
Disebabkan oleh gangguan peredaran darah (edema pembendungan) atau oleh radang.
2. Hydrocephalia
Interna Atau Kepala Busung
Terlalu
banyak cairan tertimbun di ventrikel otak.
3. Radang
Selaput-Selaput Otak Dan Selaput-Selaput Medull A Spinalis
Radang durameter dinamakan juga pachymeningitis
(cerebralis, spinalis atau cerebro-spinalis), sedang radang pada arachnoidea
dan piameter dinamakan juga leptomeningitis. Bila jaringan otak atau medulla
spinalis ikut serta dalam proses radang maka disebut meningo-encephalitis dan
meningo-myelitis.
4. Pengapuran
Durameter Spinalis
Perubahan ini hanya dikenal pada anjing. Yang
berubah yakni durameter bagian pinggang dan leher tulang belakang. Pada
beberapa tempat durameter kasar dan berwarna keruh-putih disebabakan oleh
pulau-pulau kalsium yang berbentuk panjang, bundar atau lonjong.
5. Radang
Otak Dan Medulla Spinalis
Bila hanya bagian kelabu terserang, maka radang itu
dinamakan polioencephalitis atau poliomyelitis atau polioencephalomyelitis.
Yang menyebabkan radang bernanah adalah infeksi secara hematogen atau limfogen
oleh kuman-kuman pyogenes ump. Pada ingus tenang kuda ataau pada infeksi dengan
streptokok anak babi. Radang yang tidak bernanah disebabkan:
·
Kuman-kuman (Mycobact, tuberculosis,
Listeria monocytogenes dan kuman-kuman koli pada jenis sapi)
·
virus (rabies, distemper, sampar babi,
sampar ayam)
·
protozoa (toxoplasma, trypanosomiasis)
·
jamur (aspergillus, cryptococcus, dll)
·
cacing atau larvanya (Coenurus
cerebralis, nematoda, dan filaria)
·
vaksinasi (ensefalitis post-vaksinal)
·
penyinaran kepala (radiasi dengan
sinar-sinar gamma).
Perubahan mikroskopik yang tampak pada pembuluh
darah yang terlihat sebagai hiperemi, edema perivaskuler dan sejumlah limfosit
di dalam ruangan Virchow-Robin. Perubahan ini terlihat dalam bagian kelabu dan
putih otak. Sel-sel otak dan serabut-serabut saraf otak mengalami degenerasi
(Ressang, 1984).
3. Titik
tangkap obat pada Sistem Saraf
CARA
KERJA OBAT OTONOM
Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system kolinergik maupun adrenergik, yaitu :
Terdapat beberapa kemungkinan pengaruh obat pada transmisi system kolinergik maupun adrenergik, yaitu :
·
Hambatan
pada sintesis atau pelepasan transmitor
1) Kolinergik
Hemikolinium menghambat ambilan
kolin ke dalam ujung saraf dan dengan demikian mengurangi sintesis Ach. Toksin
botulinus n menghabat pelepasan Ach di semua saraf kolinergik sehingga dapat
menyebabkan kematian akibat paralysis pernapasan perifer. Toksin tersebut
memblok secara ireversibel pelepasan Ach dari gelembung saraf di ujung akson
dan merupakan salah satu toksin paling potenn yang dikenal orang. Toksin
tetanus mempunyai mekanisme keraja yang serupa.
2) Adrenergik
Metiltirosin memblok sintesis NE.
Sebaliknya metildopa, penghambat dopa dekarboksilase, seperti dopa sendiri
didekarboksilasi dan dihidroksilasi menjadi a-metil NE. Guanetidin dan
bretilium juga mengganggu pelepasan dan penyimpanan NE.
·
Menyebabkan
pelepasan transmitor
1) Kolinergik
Racun laba-laba Black window
menyebabkan pelepasan Ach(eksositosis) yang berlebihan, disusul dengan blokade
pelepasan ini.
2) Adrenergik
Banyak obat dapat meningkakan
pelepasan NE. Tergantung dari kecepatan dan lamanya pelepasan, efek yang
terlihat dapat berlawanan. Tiramin, efedrin , amfetamin, dan obat sejenisnya
menyebabkan pelepasan NE yang relatif cepat dan singkat sehingga mengahasilkan
efek simpatomimetik. Sebaliknya reser pin, dengan memblok transport aktif NE ke
dalam vesikel menyebabkan pelepasan NE secara lambat dari dalam vesikel ke
aksoplasma sehingga NE dipecah oleh MAO. Akibatnya terjadi blokadd adreergik
akibat pengosongan depot NE di ujung saraf.
·
Ikatan
dengan reseptor
Obat yang menduduki reseptor dan
dapat menimbulkan efek yang mirip dengan efek transmitor disebut agonis. Obat
yang hanya menduduki reseptor tanpa enimbulkan efek langsung, tetapui efek
akibat hilangnya efek transmitor(karena tergeser transmitor dari reseptor)
disebut antagonis atau bloker.
Contoh obat kolinergik :
hemikolinium, toksin botolinus, atropine, pirenzepin, trimetafan, dll.
Contoh obat adrenergic :
guanetidin, tiramin, amfetamin, imipiramin, klonidin, salbutamol, doxazosin,
dll.
·
Hambatan
destruktif transmitor
1) Kolinergik
Antikolinesterase merupakan
kelompok besar yang menghanbat destruksi Ach karena menghambat AChE, dengn
akibat perangsangan berlebihan di reseptor muskarinik oleh Ach dan terjadinya
perangsangan disusul blockade di reseptor nikotinik.
2) Adrenergik
Ambilan kembali NE setelah
pelepasannya di ujung saraf merupakan mekanisme utama penghentian transmisi
adrenergic. Hambatan proses ini oleh kokain dan impiramin mendasari peningkatan
respon terhadap perangsangan simpatis oleh obat tersebut.
PENGGOLONGAN
OBAT OTONOM
Menurut
efek utamanya, maka obat otonom dapat dibagi ke dalam 5 golongan, yaitu :
1. Parasimpatomimetik atau Kolinergik
Efek obat golongan ini menyerupai
efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf parasimpatis.
2. Simpatomimetik atau Adrenergik
Efek obat golongan ini menyerupai
efek yang ditimbulkan oleh aktivitas susunan saraf simpatis.
3. Parasimpatolitik atau Penghambat
kolinergik
Efek obat golongan ini menghambat
timbulnya efek akibat aktivitas saraf parasimpatis.
4. Simpatolitik atau Pengahanbat adrenergic
Efek obat golongan ini menghambat
timbulnya efek akibat aktivitas saraf simpatis.
5. Obat Ganglion
Efek obat golongan ini merangsang atau
menghambat penerusan impuls ganglion (Pearce, 2002).
DAFTAR
PUSTAKA
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta
: Gramedia Pustaka Umum.
Ressang, AA. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Denpasar: Team Leader IFAD Project.
No comments:
Post a Comment