Tuesday 27 March 2012

Blok 4 UP 6


Download disini
LEARNING OBJECTIVE
1.      Apa yang dimaksud Homeostasis? (Fungsi)
2.      Bagaimana mekanisme keseimbangan asam-basa?
3.      Apa saja Patologi yang ada pada sirkulasi darah?

Pembahasan

1.      Homeostasis
Hemostatis ialah keadaan lingkungan tubuh dimana terjadi keseimbangan volume cairan. Merupakan control asam-basa dalam berbagai cairan tubuh. Pengaturan tersebut dapat dilakukan oleh ginjal dan paru-paru dengan jalan pernapasan. Untuk mencapai keseimbangan homeostatis harus ada keseimbangan antara asupan/produksi ion hydrogen dan pembuangannya dari tubuh. Ion hydrogen (H+) adalah proton tunggal bebas yang dilepaskan dari atom hydrogen. Molekul yang mengandung atom hydrogen dan dapat melepaskan ion hydrogen dalam larutan dikenal sebagai asam. Sedangkan basa adalah molekul/ion yang dapat menerima ion hydrogen.
Konsentrasi ion hydrogen dalam tubuh dipertahankan pada tingkat yang rendah dibandingkan dengan ion-ion yang lain yaitu sekitar 40mEq/liter (0,0000004 Eq/liter). Karena konsentrasinya yang rendah ini maka ion hydrogen sering disebutkan dalam skala logaritma dengan menggunakan satuan pH. Rumus untuk mengukurnya:
pH = log     1     = - log (H+)

pH = - log (0,0000004) = 7,4
Nilai pH normal darah arteri adalah 7,4 sedangkan pH darah vena adalah 7,35 akibat junlah ekstra CO2 yang dibebaskan dari jaringan untuk membentuk H2CO3. Karena pH normal arteri adalah 7,4 sehingga dikatakan asidosis saat pH turun dibawah nilai itu dan mengalami alkalosis saat pH naik diatas nilai normal. (Guyton; Hall, 1997)
Fungsi
Homeostasis berfungsi dalam menjaga stabilitas lingkungan internal secara konstan relatif yang dinamis, untuk menyelenggarakan seluruh aktivitas sel dalam tubuh, yang memerlukan berbagai bahan dari lingkungan secara konstan, misalnya oksigen, nutrien, dan garam. Perubahan lingkungan internal dalam tubuh dapat mempengaruhi aktivitas sel dalam tubuh yang menghasilkan bermacam-macam hasil sekresi sel bermanfaat dan berbagai zat sisa yang dialirkan ke lingkungan internal berupa cairan ekstraseluler. Oleh karena itu jika aktivitas sel dalam tubuh terganggu maka pengambilan zat dari lingkungan luar dan pengeluaran zat dari dalam tubuh akan berubah, dan perubahan tersebut akan mengubah keadaan lingkungan internal. (Isnaeni,. W. 2006).

2.      Mekanisme Keseimbangan asam-basa
Ada 3 sistem utama yang mengatur konsentrasi ion hydrogen dalam cairan tubuh untuk mencegah asidosis atau alkalosis:
a.       system penyangga kimiawi dalam cairan tubuh, yang dengan segera bergabung dengan asam atau basa untuk mencegah perubahan konsentrasi ion hydrogen yang berlebihan.
b.      pusat pernapasan, yang mengatur pembuangan CO2 dari cairan ekstraseluler.
c.       ginjal, yang dapat mengekskresikan urin asam atau urin alkalin, sehingga menyesuaikan kembali konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler menuju normal selama asidosis atau alkalosis.
Sistem penyangga kimiawi
Suatu penyangga adalah zat apapun yang secara terbalik dapat mengikat ion-ion hydrogen. Misalnya system penyangga bikarbonat yang terdiri dari larutan air yang mengandung mengandung dua zat: asam lemah (H2CO3) dan garam bikarbonat (NaHCO3). H2CO3 dibentuk dalam tubuh oleh reaksi CO2 dengan H2O.
                        karbonik anhidrase
CO2 + H2O                                H2CO3
H2CO3 berionisasi lemah membentuk sejumlah kecil H+ dan HCO3-

Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa
Peningkatan PCO2 cairan ekstraseluler mengakibatkan pH turun (asam), sedangkan penurunan PCO2 mengakibatkan pH naik (basa). Dengan menyesuaikan PCO2, paru-paru secara efektif dapat mengatur konsentrasi ion hydrogen di dalam cairan ekstraseluler. (Guyton; Hall, 1997)

Kontrol Keseimbangan Asam Basa Oleh Ginjal
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau urin basa oleh ginjal adalah sejumlah besar ion bikarbonat disaring secara terus menerus ke dalam tubulus., dan bila ion bikarbonat di eksresikan ke dalam urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sebaliknya, sejumlah besar ion hydrogen juga diekskresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel-sel epitel tubulus, jadi menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak ion hydrogen yang disekresikan daripada ion bikarbonat yang disaring, akan terdapat kehilangan asam dari cairan ekstraseluler dan sebaliknya.
Bila terdapat pengurangan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler (alkalosis), ginjal gagal mengabsorbsi semua bikarbonat yang disaring, sehingga meningkatkan ekskresi bikarbonat. Karena ion bikarbonat normalnya menyangga hydrogen dalam cairan esktraseluler, kehilangan bikarbonat ini sama dengan penambahan 1 ion hydrogen ke dalam cairan ekstraseluler. Oleh karena itu pada alkalosis, pengeluaran ion bikarbonat akan meningkatkan konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler kembali normal.
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam urin tetapi mereabsorbsi semua bikarbonat yang disaring dan menghasilkan bikarbonat baru, yang ditambahkan kembali ke cairan ekstraseluler. Hal ini mengurangi konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler kembali menuju normal.
Jadi ginjal mengatur konsentrasi ion hydrogen cairan ekstraseluler melalui 3 mekanisme  dasar: sekresi ion-ion hydrogen, reabsorbsi ion-ion bikarbonat baru dan produksi ion-ion bikarbonat baru. (Guyton; Hall, 1997)
Mekanisme homeostatis ini diatur oleh otak terutama hipotalamus, yang bila terangsang akan merangsang koordinasi tubuh. Proses ini akan terjadi terus menerus hingga lingkungan dinamis dalam tubuh akan berada pada jumlah yang normal.
Koordinasi tubuh yang terlibat ialah:
-          Kordinasi kimia - Seperti hormon
-          Kordinasi saraf - Seperti impuls saraf






3.      Patologi pada sirkulasi darah
1. Kongesti (Hiperemia)
Kongesti adalah keadaan dimana terdapat darah secara berlebihan (peningkatan jumlah darah) di dalam pembuluh darah pada daerah tertentu. Kata lain untuk kongesti adalah hiperemia.

Pada dasarnya terdapat dua mekanisme dimana kongesti dapat timbul :
Kongesti aktif
Kenaikan jumlah darah yang mengalir ke daerah itu dari biasanya. Kenaikan aliran darah lokal ini disebabkan oleh karena adanya dilatasi arteriol yang bekerja sebagai katup yang mengatur aliran ke dalam mikrosirkulasi lokal. Kongesti aktif ini biasanya terjadi dengan waktu yang relatif singkat.
Contoh : Warna merah padam pada wajah pada saat marah/ malu, yang pada
dasarnya adalah vasodilatasi yang timbul akibat respon terhadap stimulus neurogenik.
Kongesti pasif
Penurunan jumlah darah yang mengalir dari daerah yang disebabkan oleh adanya tekanan pada venula-venula dan vena-vena yang mengalirkan darah dari jaringan. Selain sebab lokal tadi, kingesti pasif juga dapat terjadi akibat sebab sistemik, sebagai contoh adalah kegagalan jantung dalam memompa darah yang mengakibatkan gangguan aliran vena. Berdasarkan waktu serangannya, kongesti pasif dibagi 2, yaitu:
a. Kongesti pasif akut : berlangsung singkat, tidak ada pengaruh pada jaringan yang terkena.
b. Kongesti pasif kronis : berlangsung lama, dapat terjadi perubahan- perubahan yang permanen pada jaringan, terjadi dilatasi vena.
Contoh kongesti pasif adalah varises.

2. Edema
Edema adalah penimbunan cairan secara berlebihan diantara sel-sel tubuh atau di dalam berbagai rongga tubuh (beberapa ahli juga memasukkan dalam definisi itu penimbunan cairan berlebihan di dalam sel). Jika edema mengumpul dalam rongga, biasanya dinamakan efusi, misalnya efusi perikardium, efusi pleura. Penimbunan cairan di dalam rongga peritoneum biasanya diberi nama asites. Sedangkan edema umum atau menyeluruh disebut anasarka.
Etiologi edema ada beberapa, yaitu:
1) Tekanan hidrostatik
2) Obstruksi saluran limfe
3) Kenaikan permeabilitas dinding pembuluh
4) Penurunan konsentrasi protein
Dalam edema, cairan yang tertimbun digolongkan menjadi 2, yaitu :
1) Transudat : yaitu cairan yang tertimbun di dalam jaringan karena bertambahnya permeabilitas pembuluh terhadap protein.
2) Eksudat : yaitu cairan yang tertimbun karena alasan-alasan lain dan bukan akibat dari perubahan permeabilitas pembuluh.
Akibat dari edema adalah sebagai petunjuk untuk mengetahui ada sesuatu yang terganggu dalam tubuh kita. Sebagai contoh adalah pada kasus payah jantung kongestif, terdapat edema pada mata kaki si penderita. Hal ini menjadi indikator adanya kehilangan protein. Edema juga berbahaya jika mengenai otak, otak akan membengkak dan tertekan pada tulang pembatas tengkorak, peningkatan tekanan intrakranial akan membahayakan aliran darah dalam otak dan dapat menimbulkan kematian.

3. Perdarahan
Perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem kardiovaskuler, disertai penimbunan dalam jaringan atau ruang tubuh atau disertai keluarnya darah dari tubuh. Untuk menyatakan berbagai keadaan pendarahan digunakan istilah-istilah deskriptif khusus. Penimbunan darah pada jaringan disebut hematoma. Jika darah masuk ke dalam berbagai ruang dalam tubuh, maka dinamakan menurut ruangannya.
Misalnya : hemoperikardium, hemotoraks, hemoperitoneum, hematosalping.
Penyebab perdarahan yang paling sering dijumpai adalah hilangnya integritas dinding pembuluh darah yang memungkinkan darah keluar, dan hal ini sering disebabkan oleh trauma eksternal contohnya cedara yang disertai memar. Dinding pembuluh bisa pecah akibat penyakit maupun trauma. Penyebab lainnya adalah adanya gangguan faktor pembekuan darah.

4. Trombosis
Proses pembentukan bekuan darah atau koagulum dalam sistem kardiovaskuler selama manusia masih hidup, disebut trombosis. Koagulum darah dinamakan trombus. Terdapat tiga keadaan dasar dimana bekuan terbentuk secara tidak normal, yaitu :
a. Adanya kelainan dinding dan lapisan pembuluh,
b. Kelainan aliran darah,
c. Peningkatan daya koagulasi darah sendiri


5. Embolisme
Embolisme adalah transportasi massa fisik yang terbawa dalam aliran darah dari satu tempat ke tempat lain dan tersangkut di tempat baru. Massa fisik itu sendiri dinamakan emboli. Emboli berasal dari :
1) Emboli pada manusia yang paling sering dijumpai berasal dari trombus dan dinamakan tromboemboli.
2) Pecahan jaringan dapat menjadi emboli bila memasuki sistem pembuluh darah, biasanya dapat terjadi pada trauma.
3) Sel-sel kanker dapat menjadi emboli, cara penyebaran penyakit yang sangat tidak diharapkan.
4) Benda asing yang disuntikkan ke dalam sistem kardiovaskular.
5) Tetesan cairan yang terbentuk dalam sirkulasi akibat dari berbagai keadaan atau yang masuk ke dalam sirkulasi melaui suntikan dapat menjadi emboli.
6) Gelembung gas juga dapat menjadi emboli.
Emboli dalam tubuh terutama berasal dari trombus vena, paling sering pada vena profunda di tungkai atau di panggul. Karena keadaan anatomis, emboli yang berasal dari trombus vena biasanya berakhir sebagai emboli arteri pulmonalis.
Akibat dari emboli :
1) Jika fragmen trombus yang sangat besar menjadi emboli maka sebagian besar suplai arteri pulmonalis dapat tersumbat dengan mendadak. Hal ini dapat menimbulkan kematian mendadak.
2) Sebaliknya, emboli arteri pulmonalis yang lebih kecil dapat tanpa gejala, mengakibatkan perdarahan paru-paru sekunder karena kerusakan vaskular atau dapat mengakibatkan nekrosis sebagian dari paru-paru.

6. Aterosklerosis
Aterosklerosis atau ”pengerasan arteri” merupakan fenomena penyakit yang sangat penting pada kebanyakan negara maju. Istilah aterosklerosis sebenarnya meliputi setiap keadaan pembuluh arteri yang mengakibatkan penebalan atau pengerasan dinding.
Ä Etiologi dan Insidens Aterosklerosis
Laju peningkatan ukuran dan jumlah ateroma dipengaruhi oleh berbagai faktor.
1) Faktor genetik tertentu penting, dan aterosklerosis serta komplikasinya sering cenderung terjadi dalam keluarga.
2) Orang dengan kadar kolesterol yang meninggi ( Hiperkolesterol )
3) Orang yang menderita D.M. (Diabetes Melitus) seringkali peka akan aterosklerosis.
4) Tekanan darah merupakan faktor penting bagi insiden dan beratnya aterosklerosis. Pada umumnya penderita hipertensi akan menderita aterosklerosis lebih awal dan lebih berat dan beratnya penyakit mempunyai hubungan dengan tekanan darah, walaupun dalam batas normal.
5) Faktor risiko lain di dalam perkembangan aterosklerosis adalah merokok. Merokok merupakan faktor lingkungan utama yang menyebabkan peningkatan beratnya aterosklerosis.
Ä Akibat Aterosklerosis
Akibat aterosklerosis sebagian bergantung pada ukuran arteri yang terserang.
1) Jika arteri berukuran sedang, aterosklerosis lambat laun dapat mengakibatkan penyempitan atau obstruksi total. Komplikasi aterosklerosis dapat mengakibatkan penyumbatan mendadak. (Trombosis cenderung menimbulkan penyumbatan dalam arteri kecil ataupun ukuran sedang, tetapi mungkin dalam bentuk endapan mural yang relatif tipis pada pembuluh besar seperti aorta).
2) Pembentukan trombus pada intima yang kasar, yang ditimbulkan oleh bercak aterosklerosis.
3) Komplikasi lain aterosklerosis adalah perdarahan ke pusat bercak yang lunak
4) Komplikasi lain yang dapat mengakibatkan penyumbatan arteri akut adalah ruptur bercak disertai pembengkakan kandungan lipid yang lunak ke dalam lumen dan penyumbatan pada bagian hilir pembuluh yang lebih sempit.
5) Kerusakan tunika media yang dapat mengakibatkan kemungkinan terbentuknya ”aneurisma aterosklerosis” yang merupakan penggelembungan dinding arteri yang lemah.

7. Iskemia dan Infark
Iskemia adalah suplai darah yang tidak memadai ke suatu daerah/jaringan. Jika jaringan dibuat iskemik, jaringan tersebut akan menderita karena tidak mendapat suplai oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan. Setiap hal yang mempengaruhi aliran darah dapat menimbulkan iskemia jaringan. Sebab yang paling jelas adalah obstruksi lokal arteri.
Pengaruh iskemia bervariasi tergantung pada intensitas iskemianya, kecepatan timbulnya, dan kebutuhan metabolik pada jaringan itu. Akibat dari Iskemik :
1) Pada beberapa keadaan iskemia, biasanya yang mengenai jaringan otot, rasa sakit dapat merupakan gejala penurunan suplai darah.
2) Efek lain dari iskemia jika timbul perlahan-lahan dan berlangsung lama, adalah atrofi dari jaringan yang terkena. (pengurangan massa jaringan)
3) Akibat iskemia yang paling ekstrim adalah kematian jaringan yang iskemik. Daerah yang mengalami nekrosis iskemik dinamakan infark. Dan proses pembentukan infark disebut infarksi.

8. Shock
Shock adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidakseimbangan) antara volume darah dengan ruang susunan vaskuler.
Gejala-gejala shock : Rasa Lesu dan Lemas, Kulit yang basah (keringat), Kesadaran
menurun, kolaps vena, terutama vena-vena superfisial, Kepucatan, Nadi cepat dan lemah, Tachicardia (tekanan nadi tidak normal), Pernafasan dangkal (Sesak nafas), Tekanan darah rendah (hipotensi), oliguria dan kadang-kadang disertai muntah yang berwarna seperti air kopi akibat perdarahan dalam lambung (hematemesis).

9. Dehidrasi
Dehidrasi ialah suatu gangguan dalam keseimbangan air yang disertai ”output” yang melebihi ”intake” sehingga jumlah air pada tubuh berkurang. Meskipun yang hilang terutama ialah cairan tubuh, tetapi dehidrasi juga disertai gangguan elektrolit.
Dehidrasi dapat terjadi karena :
1. Kemiskinan air (water depletion) ;
2. Kemiskinan natrium (sodium depletion) ;
3. Water and sodium depletion bersama-sama
.


DAFTAR PUSTAKA
Cunningham. 2001. Veterinary Phisiology. WB Saunders Company: Philadelphia

Guyton, Arthur. C; Hall, John.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook of Medicak Physiology). Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta

Isnaeni. 2002. Fisiologi Hewan. Penerbit: Kanisius. Yogyakarta

No comments:

Post a Comment