Download Full >> Disini
MENGHITUNG
DOSIS dan PENYIAPAN LARUTAN OBAT DAN
INFUS
I.
TUJUAN
1. Menghitung
dosis yang diperlukan bagi bentuk sediaan padat (tablet,kapsul) dan bentuk
sediaan cair (mixture dan preparat suntik).
2. Menghitung
jumlah yang diperlukan untuk membuat larutan sederhana dengan menggunakan
presentase atau ratio.
3. Membuat
larutan dari bahan padat sesuai dengan kosentrasi yang dikehendaki.
4. Membuat
atau mengencerkan larutan ke kosentrasi yang lebih rendah untuk memudahkan
penggunaanya.
II.
MATERI DAN METODE
A. MATERI
1. Membuat
infusa
§ 10
g Simplisia Temulawak
§ 120
ml aquadest
§ Panci
infusa
§ Kompor
§ Penyaring
§ Thermometer
§ Pengaduk
§ Gelas
ukur
2. Membuat
sediaan cair dari bahan padat
§ 1
tablet obat 500 mg
§ Aquadest
3. Membuat
larutan dari bahan padat
§ Glukosa
2 g
§ Aquadest
B. METODE
1. Membuat
larutan infusa.
Memasukkan
serbuk temulawak 10 gram ke panci infus
Menambahkan
aquadest sebanyak 100 ml
Menambahkan
aquadest sebanyak 2x berat serbuk (10 ml x 2 = 20 ml)
Dipanaskan,
diukur suhunya hingga 90o C dengan waktu 15 menit
Memasukkan
larutan ke dalam tabung dengan cara disaring
Apabila larutan tidak
sampai 100 ml, ditambahkan air hangat atau aquadest hingga sampai 100 ml
2. Menentukan
pelarut yang dibutuhkan pada obat tablet
Siapkan
obat tablet dengan dosis 50 mg
Tumbuk
obat tersebut hingga halus
Campur
obat yang sudah ditumbuk dengan pelarut
Hitunglah volume yang dibutuhkan apabila
konsentrasi yang dibutuhkan adalah 0,2%
3. Menentukan
pelarut yang dibutuhkan pada pencampuran dengan glukosa
Siapkan glukosa 2 gram
Cari volume aquadest
yang dibutuhkan dengan konsentrasi 10%
III.
HASIL PRAKTIKUM
1) Membuat
larutan infusa.
Infus dengan kandungan temulawak 10 gram
, memasukkan serbuk temulawak ke dalam panci kemudian ditambahkan aquadest 100
ml, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 2x berat serbuk temu kunci,
yaitu 20 ml. Dengan T = 90
Tunggu sampai 15 menit lalu angkat dan
didinginkan. Kemudian tuang ke dalam gelas ukur dengan disaring terlebih dahulu.
Volume tidak mencampai 100 ml, maka ditambahkan air hangat atau aquadest hingga
100 ml.
2) Membuat
larutan dari obat tablet
Obat tablet : 50 mg
Konsentrasi : 0,2%
Volume?
Maka:
·
Konsentrasi 0,2% =
=
=
2 ml/mg
·
Volume yang diperlukan =
50
=
2
?
ml = 25 ml
Sehingga volume pelarut yang dibuthkan
untuk membuat larutan dengan konsentrasi 0,2% sebanyak 25 ml
3) Membuat
larutan glukosa
Glukosa =
2 gram
Konsentrasi = 10%
Volume?
Maka:
·
Konsentrasi 10% =
= 0,1
·
Volume =
2
=
0,1
?ml=
20 ml
Sehingga
pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan glukosa 10% adalah 20 ml
IV.
PEMBAHASAN
A. Bentuk Sediaan
a.
Sediaan Padat
ü Tablet
Tablet
merupakan satu bentuk sediaan obat padat yang memberikan banyak keuntungan.
Tablet memudahkan pemberian satu takaran dan mudah disesuaikan dengan berbagai
ukuran takaran dari bahan – bahan obat. Tablet biasanya menimbulkan paling
sedikit masalah – masalah stabilitas. Secara umum tablet juga merupakaan
sediaan yang ekonomis daripada sediaan yang lain. Namun demikian, sediaan
bemntuk tablet juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain, tablet bias
dimuntahkan oleh hewan apabila tidak diberikan secara benar (Blodinger, 1994).
ü Ekstrak
Ekstrak
adalah sediaan padat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
semplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua
atau hamper semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan
(Blodinger, 1994).
ü Serbuk
Secara umum serbuk akan memberikan
suatu kondisi yang lebih baik untuk mempertahankan stabilitas bahan aktif
daripada larutan, emulsi dan suspensi. Keuntungan sediaan serbuk adalah serbuk
dapat digunakan dalam bentuk larutan dengan volume yang lebih sedikit dibanding
dalam bentuk cair. Saat diminumkan serbuk dapat melekat pada permukaan mukosa
mulut sehingga meminimalisir jumlah obat yang mungkin keluar dari mulut. Serbuk
juga dapat diberikan dengan cara mencampurkannya dengan makanan hewan sehingga
lebih praktis. Keuntungan yang ialah stabilitasnya baik dan pengaturan
takarannya mudah. Sedangkan untuk kerugiannya adalah akan lebih sukar untuk
mengobati sejumlah besar hewan secara efisien. Selain itu tidak semua hewan mau
memakan pakan yang sudah dicampur obat (Blodinger, 1994).
b.
Sediaan Cair
Ø Larutan
Larutan
adalah campuran zat-zat yang saling berkombinasi secara kimiawi. Larutan dibuat
dari zat pelarut (solvent) dan zat
terlarut (solute) (Wanamaker, 2004).
Ø Suspensi
Suspensi
adalah campuran zat-zat yang zat terlarutnya terbuat dari partikel-partikel
yang besar (Wanamaker, 2004).
Ø Emulsi
Emulsi
terdiri dari substansi minyak dalam bentuk butiran yang terdispersi dalam
medium cair dengan campuran yang stabil (Wanamaker, 2004).
B.
Infus
dan Infusa
Infusa adalah sediaan cair
yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu
90° C selama 15 menit (Farmakope Indonesia, 1995). Selama ini dikenal ada
beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan
menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa
campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang
tidak mau campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar)
(Blodinger, 1994).
Umumnya pada
pembuatan infusa diperlukan penambahan air ekstra sebanyak 2 kali berat
simplisia bertujuan untuk melembabkan simplisia kering yang digunakan.
Penambahan air ini juga sebagai cara untuk mendapatkan volume yang sesuai
karana pada saat pembuatan air mungkn akan menguap karena perebusan.
Infus
adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui jarum, ke dalam
pembuluh vena ( pembuluh balik ) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh (Anonima, 2006).
C. Percobaan:
1. Membuat
larutan infusa.
Infeksi adalah
penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk tujuan terapetik atau
diagnostik. Mereka dapat berlangsung dalam aliran darah tetapi juga dalam
jaringan dan dalam organ. Jika larutan hanya sejumlah kecil dimasukkan
(misalnya1,2,5,20 ml) dalam organism, dihubungkan dengan injeksi (injection =
membuang ke dalam) sebaliknya jika terjadi sejumlah bsaruntuk penerapan
(misalnya 1 atau beberapa liter), dikatakan infuse (infusion = penuangan
keadaan) (Voigt,1994).
Cairan infus intravena
dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas steril, bebas
progen serta bebas partikel – partikel lain. Karena volumenya besar, pengawet
tidak pernah digunakan untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan
oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat – zat
seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin (Anonima,2006).
§ Pembuatan
larutan Infus:
Memasukkan
serbuk temulawak 10 gram ke panci infus
Menambahkan
aquadest sebanyak 100 ml
Menambahkan aquadest sebanyak 2x
berat serbuk (10 ml x 2 = 20 ml),
bertujuan
untuk melembabkan simplisia kering yang digunakan. Penambahan air ini juga
sebagai cara untuk mendapatkan volume yang sesuai karana pada saat pembuatan
air mungkn akan menguap karena perebusan.
Dipanaskan,
diukur suhunya hingga 90o C dengan waktu 15 menit
Memasukkan
larutan ke dalam tabung dengan cara disaring
Apabila larutan tidak
sampai 100 ml, ditambahkan air hangat atau aquadest hingga sampai 100 ml
(Soemiati dan Berna, 2002).
Proses pembuatan infuse tersebut sama
seperti yg dilakukan saat praktikum.
Metode sterilisasi sediaan infus:
1. Proses
produksi dengan semua komponen produk dan peralatan dilakukan secara otomatis
2. Design
dan kebersihan ruang produksi memenuhi persyaratan
3. Penggunaan
filter khusus berukuran 0,22 mikron untuk menjamin larutan bebas pirogen dan
kontaminasi mikroba dan partikel
4. Proses
strelisasi akhir dari kemasan dan isi di otoklaf pada suhu yang optimal
sehingga tidak merusak zat – zat yang rentan seperti dextrose, asam amino dan
albumin, dll (Anonimb,2009).
Soal :
a) Diketahui
tikus dengan berat 30 gram, akan diberi obat X, dosis 10 mg/kg BB. Apabila
kosentrasi obat 0.15%. Berapakah volume obat yang harus diberikan?
b) Anjing
dengan berat 5 kg, akan diberi suatu obat Z dengan konsentrasi 5%. Bila dosis
untuk anjing it adalah 25 mg/kg BB, berapa volume yang diperlukan?
Untuk menjawab soal diatas, dibutuhkan rumus untuk menghitung
dosis:
Dose =
(Wanamaker
dkk,2004)
a) Diketahui:
BB
= 30 gram
Dosis = 10 mg/kg BB
Maka:
·
Konsentrasi = 0,15% =
=
1,5 mg/ml
·
Volume =
=
=
0,2 ml
Maka, volume obat yang harus diberikan
kepada tikus adalah 0,2 ml.
b) Diketahui:
BB
= 5 kg
Dosis = 25 mg/kg BB
Maka:
·
Konsentrasi = 5% =
=
=
50 mg/ml
·
Volume =
=
=
2,5 ml
-
Maka, volume obat yang harus diberikan
kepada anjing adalah 2,5 ml.
2. Membuat
larutan dari bahan padat (obat tablet)
Pada
pembuatan dari sediaan obat suspense dibedakan menjadi 4 fase, yakni:
a) Pendistribusian
atau penghancuran fase terdispersi
b) Pencampuran
dan pendispersian fase terdispersi dalam bahan pendispersi
c) Stabilisasi
untuk pencegahan atau pengurangan suatu pemisahan fase
d) Homogenisasi,
suatu penyamanan fase terdispersi dalam bahan pendispersi, sehingga dapat
tercampur sedemikian rupa, sehinggga suspensi dapat digunakan sebagai salah
satu bentuk sediaan cair
(Voight,1994)
Pada
percobaan kali ini, disediakan obat x dengan berat 50 mg, yang harus dilarutkan
ke dalam aquadest hingga 5 ml, akan tetapi kosentrasinya harus 0,2%. Hal
pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan suspensi 25 ml yaitu
·
Konsentrasi 0,2% =
=
=
2 ml/mg
·
Volume yang diperlukan =
50
=
2
? ml = 25 ml
Maka,
untuk mendapatkan larutan sebanyak 25 ml, dengan konsentrasi 0,2% memerlukan
obat dengan dosis 50 mg/ml.
3. Membuat
larutan glukosa 10%.
Larutan adalah sediaan
cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling
kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan
dengan suatu cairan, maka padat tai terbagi secara molecular dalam cairan
tersebut. Kelarutan zat anorganik adalah:
·
Dapat larut dalam air adalah klorida,
nitrat, sulfat.
·
Tidak dapat larut dalam air adalah
karbonat, oksida, fosfat (Anief, 2008).
Glukosa
yang tersedia adalah 2 gram. Dan, larutan yang dibutuhkan dengan kosentrasi
10%.
Glukosa harus
dilarutkan ke dalam aquadest hingga 100 ml untuk mendapatkan larutan dengan
kosentrasi 10%
|
Akan tetapi, glukosa yang tersedia
hanya 2 gram. Oleh karena itu, harus dilarutkan hingga :
10% =
,
misalnya x = volume aquadest yang dibutuhkan,
Maka,
10% =
=
x =
=
=
20 ml
Oleh
karena itu, untuk membuat larutan glukosa dengan kosentrasi 10% dengan 2 gram
larutan glukosa, harus dilarutkan ke dalam aquadest volumenya 20 ml.
D.
Menghitung
Dosis Obat
Rumus Umum:
Dosis
=
Keterangan:
§
Berat badan (g,kg)
§
Dosis obat (mg/ml)
§
Konsentrasi obat (%)
a) Sediaan
padat (tablet/kapsul)
Jumlah yang diperlukan = dosis
diperlukan x 1 tablet
dosis tersedia
ket : dosis dalam mg.
b) Sediaan
cair (mixture dan preparat suntik
Volume dosis diperlukan = dosis
diperlukan x Volume dosis tersedia
dosis tersedia
ket : dosis dalam mg ; volume dalam
ml.
c) Sediaan
luar (antiseptika)
Volume diperlukan = Kekuatan dperlukan x jumlah diperlukan
Kekuatan tersedia
Ket : kekuatan dalam % atau mg/ml ;
jumlah dalam ml atau mg.
E. Rute Pemberian Obat
Dibedakan bentuk
sediaan obat untuk pemakaian luar dan bentuk sediaan obat untuk pemakaian
dalam. Penggunaan dalam yang dimaksud dengan cara penggunaan di mana obat
melalui mulut, tenggorokan masuk ke perut , disebut pula secara oral, sedang cara penggunaan lainnya
dianggap sebagai pemakaian luar seperti:
1. Pemakaian
melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit yaitu per injeksi atau
parenteral seperti: intravena, intramuskuler, di bawah kulit (subkutan).
2. Pemakaian
melalui lubang dubur (rectal) yaitu supositoria, melalui lubang kemaluan
(genital) yaitu ovula, melalui lubang kencing (uro genital) yaitu bacilla dan
melalui lavemen yaitu clysma.
3. Pemakaian
pada selaput lender seperti:
a. Melalui
mata yaitu collyrium (cuci mata), guttae opthalmicae (tetes mata).
b. Melalui
rongga mulut yaitu collutio (cuci mulut).
c. Melalui
telinga yaitu guttae auriculares (tetes telinga).
4. Pemakaian
pada kulit (topical) yaitu unguentum (salep), pasta, linimentum, krim (Anief,
2008).
V.
KESIMPULAN
1.
Untuk membuat larutan infusa dengan
kandungan temulawak 10 gram:
a) Memasukkan
serbuk temu kunci 10 gram ke dalam panci infusa
b) Menambahkan
aquadest sebanyak 100 ml
c) Ditambahkan
aquadest sebanyak 2x berat serbuk (20 ml)
d) Dipanaskan,
diukur suhunya hingga 90
, lalu ditunggu 15 menit baru diangkat
dan didinginkan
e) Memasukkan
larutan ke dalam tabung dengan disaring
f) Apabila
larutan tidak sampai 100 ml, ditambahkan air hangat atau aquadest sampai 100
ml.
2.
Untuk membuat larutan glukosa dengan
kosentrasi 10%, 2 gram glukosa harus dilarutkan ke dalam aquadest hingga 20 ml.
3.
Untuk membuat suspensi dari sediaan padat
(obat tablet) untuk menjadi konsentrasi
0,2% dibutuhkan obat seberat 50 mg yang disuspensikan dalam aquadest 25 ml.
4.
Untuk menghitung dosis yang diperlukan
bagi bentuk sediaan padat (tablet, kapsul) adalah dengan cara menggunakan
rumus:
Jumlah
yang diperlukan = dosis diperlukan x 1 tablet
dosis tersedia
ket
: dosis dalam mg.
Sedangkan
untuk menghitung bentuk sediaan cair (mixture dan preparat suntik) adalah
dengan menggunakan rumus:
Volume
dosis diperlukan = dosis diperlukan x Volume dosis tersedia
dosis tersedia
ket
: dosis dalam mg ; volume dalam ml.
5.
Dosis obat memiliki rumus yang berbeda
sesuai bentuk sediaan obat (padat, cair, topical, volume injeksi).
6.
Untuk membuat larutan dari bahan padat
dapat dilakukan dengan cara menambahkan aquadest sesuai dengan konsentrasi yang
telah dihitung.
7.
Untuk membuat atau mengencerkan larutan
ke konsentrasi yang lebih rendah dapat dilakukan dengan cara menambahkan
aquadest.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anonima.
2006. Pemberian Cairan Infus Intravena.
(http://astaqauliyah.com/2006/08/30/medical-info-pemberian-cairan-infus-intravena-intravenous-fluids/) Diakses 12
September 2012.
infus,.html) Diakses pada tanggal 12 September 2012.
Blodinger,
J. 1994. Formulasi Bentuk Sediaan
Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.
Soemiati, dan Berna. 2002. Uji
Pendahuluan Efek Kombinasi Anti Jamur Infus Daun Sirih, Kulit buah Delima, dan
Rimpang Kunyit Terhadap Jamur Canida Albicans. Jakarta: Departemen Farmasi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.
Voigt.
1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Wanamaker
and Massey. 2008. Applied Pharmacology
for the Veterinary Technician. Lowa: Saunders.
No comments:
Post a Comment