Thursday, 13 September 2012

Menghitung Dosis Obat


Download Full >> Disini

MENGHITUNG DOSIS dan PENYIAPAN  LARUTAN OBAT DAN INFUS

I.                   TUJUAN
1.      Menghitung dosis yang diperlukan bagi bentuk sediaan padat (tablet,kapsul) dan bentuk sediaan cair (mixture dan preparat suntik).
2.      Menghitung jumlah yang diperlukan untuk membuat larutan sederhana dengan menggunakan presentase atau ratio.
3.      Membuat larutan dari bahan padat sesuai dengan kosentrasi yang dikehendaki.
4.      Membuat atau mengencerkan larutan ke kosentrasi yang lebih rendah untuk memudahkan penggunaanya.


II.                MATERI DAN METODE
A.    MATERI
1.      Membuat infusa
§  10 g Simplisia Temulawak
§  120 ml aquadest
§  Panci infusa
§  Kompor
§  Penyaring
§  Thermometer
§  Pengaduk
§  Gelas ukur
2.      Membuat sediaan cair dari bahan padat
§  1 tablet obat 500 mg
§  Aquadest
3.      Membuat larutan dari bahan padat    
§  Glukosa 2 g
§  Aquadest

B.     METODE
1.      Membuat larutan infusa.
Memasukkan serbuk temulawak 10 gram ke panci infus
                                               
Menambahkan aquadest sebanyak 100 ml

Menambahkan aquadest sebanyak 2x berat serbuk (10 ml x 2 = 20 ml)

Dipanaskan, diukur suhunya hingga 90o C dengan waktu 15 menit

Memasukkan larutan ke dalam tabung dengan cara disaring

Apabila larutan tidak sampai 100 ml, ditambahkan air hangat atau aquadest hingga sampai 100 ml

2.      Menentukan pelarut yang dibutuhkan pada obat tablet
Siapkan obat tablet dengan dosis 50 mg
Tumbuk obat tersebut hingga halus
Campur obat yang sudah ditumbuk dengan pelarut
Hitunglah volume yang dibutuhkan apabila konsentrasi yang dibutuhkan adalah 0,2%

3.      Menentukan pelarut yang dibutuhkan pada pencampuran dengan glukosa
Siapkan glukosa 2 gram

Cari volume aquadest yang dibutuhkan dengan konsentrasi 10%


III.             HASIL PRAKTIKUM
1)      Membuat larutan infusa.
Infus dengan kandungan temulawak 10 gram , memasukkan serbuk temulawak ke dalam panci kemudian ditambahkan aquadest 100 ml, kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 2x berat serbuk temu kunci, yaitu 20 ml. Dengan T = 90
Tunggu sampai 15 menit lalu angkat dan didinginkan. Kemudian tuang ke dalam gelas ukur dengan disaring terlebih dahulu. Volume tidak mencampai 100 ml, maka ditambahkan air hangat atau aquadest hingga 100 ml.

2)      Membuat larutan dari obat tablet
Obat tablet      : 50 mg
Konsentrasi     :  0,2%
Volume?

Maka:             
·         Konsentrasi 0,2% =
 =  = 2 ml/mg
·         Volume yang diperlukan =
50  = 2
            ? ml = 25 ml
Sehingga volume pelarut yang dibuthkan untuk membuat larutan dengan konsentrasi 0,2% sebanyak 25 ml


3)      Membuat larutan glukosa
Glukosa           = 2 gram
Konsentrasi     = 10%
Volume?
Maka:
·         Konsentrasi 10% =  = 0,1
·         Volume =
2  = 0,1
            ?ml= 20 ml
      Sehingga pelarut yang dibutuhkan untuk melarutkan glukosa 10% adalah 20 ml

IV.             PEMBAHASAN
A.    Bentuk Sediaan
a.       Sediaan Padat
ü   Tablet
Tablet merupakan satu bentuk sediaan obat padat yang memberikan banyak keuntungan. Tablet memudahkan pemberian satu takaran dan mudah disesuaikan dengan berbagai ukuran takaran dari bahan – bahan obat. Tablet biasanya menimbulkan paling sedikit masalah – masalah stabilitas. Secara umum tablet juga merupakaan sediaan yang ekonomis daripada sediaan yang lain. Namun demikian, sediaan bemntuk tablet juga mempunyai beberapa kekurangan antara lain, tablet bias dimuntahkan oleh hewan apabila tidak diberikan secara benar (Blodinger, 1994).
ü   Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan padat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari semplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan masa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat baku yang ditetapkan (Blodinger, 1994).


ü   Serbuk
Secara umum serbuk akan memberikan suatu kondisi yang lebih baik untuk mempertahankan stabilitas bahan aktif daripada larutan, emulsi dan suspensi. Keuntungan sediaan serbuk adalah serbuk dapat digunakan dalam bentuk larutan dengan volume yang lebih sedikit dibanding dalam bentuk cair. Saat diminumkan serbuk dapat melekat pada permukaan mukosa mulut sehingga meminimalisir jumlah obat yang mungkin keluar dari mulut. Serbuk juga dapat diberikan dengan cara mencampurkannya dengan makanan hewan sehingga lebih praktis. Keuntungan yang ialah stabilitasnya baik dan pengaturan takarannya mudah. Sedangkan untuk kerugiannya adalah akan lebih sukar untuk mengobati sejumlah besar hewan secara efisien. Selain itu tidak semua hewan mau memakan pakan yang sudah dicampur obat (Blodinger, 1994).

b.      Sediaan Cair
Ø   Larutan
         Larutan adalah campuran zat-zat yang saling berkombinasi secara kimiawi. Larutan dibuat dari zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute) (Wanamaker, 2004).
Ø   Suspensi
         Suspensi adalah campuran zat-zat yang zat terlarutnya terbuat dari partikel-partikel yang besar (Wanamaker, 2004).
Ø   Emulsi
         Emulsi terdiri dari substansi minyak dalam bentuk butiran yang terdispersi dalam medium cair dengan campuran yang stabil (Wanamaker, 2004).




B.     Infus dan Infusa
            Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 90° C selama 15 menit (Farmakope Indonesia, 1995). Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat bisa campur air (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang tidak mau campur air (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar) (Blodinger, 1994).
            Umumnya pada pembuatan infusa diperlukan penambahan air ekstra sebanyak 2 kali berat simplisia bertujuan untuk melembabkan simplisia kering yang digunakan. Penambahan air ini juga sebagai cara untuk mendapatkan volume yang sesuai karana pada saat pembuatan air mungkn akan menguap karena perebusan.
            Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui jarum, ke dalam pembuluh vena ( pembuluh balik ) untuk menggantikan kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh (Anonima, 2006).

C.    Percobaan:
1.      Membuat larutan infusa.
Infeksi adalah penyemprotan larutan (atau suspensi) ke dalam tubuh untuk tujuan terapetik atau diagnostik. Mereka dapat berlangsung dalam aliran darah tetapi juga dalam jaringan dan dalam organ. Jika larutan hanya sejumlah kecil dimasukkan (misalnya1,2,5,20 ml) dalam organism, dihubungkan dengan injeksi (injection = membuang ke dalam) sebaliknya jika terjadi sejumlah bsaruntuk penerapan (misalnya 1 atau beberapa liter), dikatakan infuse (infusion = penuangan keadaan) (Voigt,1994).
Cairan infus intravena dikemas dalam bentuk dosis tunggal dalam wadah plastik atau gelas steril, bebas progen serta bebas partikel – partikel lain. Karena volumenya besar, pengawet tidak pernah digunakan untuk menghindari toksisitas yang mungkin disebabkan oleh pengawet itu sendiri. Cairan infus intravena biasanya mengandung zat – zat seperti asam amino, dekstrosa, elektrolit dan vitamin (Anonima,2006).
§  Pembuatan larutan Infus:
Memasukkan serbuk temulawak 10 gram ke panci infus
                                               
Menambahkan aquadest sebanyak 100 ml

Menambahkan aquadest sebanyak 2x berat serbuk (10 ml x 2 = 20 ml),
bertujuan untuk melembabkan simplisia kering yang digunakan. Penambahan air ini juga sebagai cara untuk mendapatkan volume yang sesuai karana pada saat pembuatan air mungkn akan menguap karena perebusan.

Dipanaskan, diukur suhunya hingga 90o C dengan waktu 15 menit

Memasukkan larutan ke dalam tabung dengan cara disaring

Apabila larutan tidak sampai 100 ml, ditambahkan air hangat atau aquadest hingga sampai 100 ml
(Soemiati dan Berna, 2002).
Proses pembuatan infuse tersebut sama seperti yg dilakukan saat praktikum.
   Metode sterilisasi sediaan infus:
1.      Proses produksi dengan semua komponen produk dan peralatan dilakukan secara otomatis
2.      Design dan kebersihan ruang produksi memenuhi persyaratan
3.      Penggunaan filter khusus berukuran 0,22 mikron untuk menjamin larutan bebas pirogen dan kontaminasi mikroba dan partikel
4.      Proses strelisasi akhir dari kemasan dan isi di otoklaf pada suhu yang optimal sehingga tidak merusak zat – zat yang rentan seperti dextrose, asam amino dan albumin, dll (Anonimb,2009).

Soal :
a)      Diketahui tikus dengan berat 30 gram, akan diberi obat X, dosis 10 mg/kg BB. Apabila kosentrasi obat 0.15%. Berapakah volume obat yang harus diberikan?
b)      Anjing dengan berat 5 kg, akan diberi suatu obat Z dengan konsentrasi 5%. Bila dosis untuk anjing it adalah 25 mg/kg BB, berapa volume yang diperlukan?

Untuk menjawab soal diatas, dibutuhkan rumus untuk menghitung dosis:
                        Dose = 
                                                                                                            (Wanamaker dkk,2004)
a)      Diketahui:
BB     = 30 gram
Dosis = 10 mg/kg BB
Maka:
·         Konsentrasi = 0,15% =  = 1,5 mg/ml
·         Volume =  =   = 0,2 ml
Maka, volume obat yang harus diberikan kepada tikus adalah 0,2 ml.

b)       Diketahui:
BB     = 5 kg
Dosis = 25 mg/kg BB
Maka:
·         Konsentrasi           = 5% =  =  = 50 mg/ml
·         Volume                 =  =   = 2,5 ml
-          Maka, volume obat yang harus diberikan kepada anjing adalah 2,5 ml.

2.      Membuat larutan dari bahan padat (obat tablet)
Pada pembuatan dari sediaan obat suspense dibedakan menjadi 4 fase, yakni: 
a)      Pendistribusian atau penghancuran fase terdispersi
b)      Pencampuran dan pendispersian fase terdispersi dalam bahan pendispersi
c)      Stabilisasi untuk pencegahan atau pengurangan suatu pemisahan fase
d)     Homogenisasi, suatu penyamanan fase terdispersi dalam bahan pendispersi, sehingga dapat tercampur sedemikian rupa, sehinggga suspensi dapat digunakan sebagai salah satu bentuk sediaan cair
(Voight,1994)
Pada percobaan kali ini, disediakan obat x dengan berat 50 mg, yang harus dilarutkan ke dalam aquadest hingga 5 ml, akan tetapi kosentrasinya harus 0,2%. Hal pertama yang harus dilakukan untuk mendapatkan suspensi 25 ml yaitu
·         Konsentrasi 0,2% =
 =  = 2 ml/mg
·         Volume yang diperlukan =
50  = 2
            ? ml = 25 ml
Maka, untuk mendapatkan larutan sebanyak 25 ml, dengan konsentrasi 0,2% memerlukan obat dengan dosis 50 mg/ml.
3.      Membuat larutan glukosa 10%.
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suling kecuali dinyatakan lain. Larutan terjadi apabila suatu zat padat bersinggungan dengan suatu cairan, maka padat tai terbagi secara molecular dalam cairan tersebut. Kelarutan zat anorganik adalah:
·         Dapat larut dalam air adalah klorida, nitrat, sulfat.
·         Tidak dapat larut dalam air adalah karbonat, oksida, fosfat (Anief, 2008).
Glukosa yang tersedia adalah 2 gram. Dan, larutan yang dibutuhkan dengan kosentrasi 10%.
Glukosa harus dilarutkan ke dalam aquadest hingga 100 ml untuk mendapatkan larutan dengan kosentrasi 10%

            10%  =   4

                                   
            Akan tetapi, glukosa yang tersedia hanya 2 gram. Oleh karena itu, harus dilarutkan hingga :
  10% =  , misalnya x = volume aquadest yang dibutuhkan,
Maka,
  10%  =  = 
                        x =   =  = 20 ml
Oleh karena itu, untuk membuat larutan glukosa dengan kosentrasi 10% dengan 2 gram larutan glukosa, harus dilarutkan ke dalam aquadest volumenya 20 ml.
D.    Menghitung Dosis Obat
Rumus Umum:
            Dosis =                                      Keterangan:
§  Berat badan (g,kg)
§  Dosis obat (mg/ml)
§  Konsentrasi obat (%)
a)      Sediaan padat (tablet/kapsul)
Jumlah yang diperlukan = dosis diperlukan x 1 tablet
                                           dosis tersedia
ket : dosis dalam mg.
b)      Sediaan cair (mixture dan preparat suntik
Volume dosis diperlukan = dosis diperlukan x Volume dosis tersedia
                                             dosis tersedia
ket : dosis dalam mg ; volume dalam ml.
c)      Sediaan luar (antiseptika)
Volume diperlukan =  Kekuatan dperlukan x jumlah diperlukan
Kekuatan tersedia
Ket : kekuatan dalam % atau mg/ml ; jumlah dalam ml atau mg.
E.     Rute Pemberian Obat
Dibedakan bentuk sediaan obat untuk pemakaian luar dan bentuk sediaan obat untuk pemakaian dalam. Penggunaan dalam yang dimaksud dengan cara penggunaan di mana obat melalui mulut, tenggorokan masuk ke perut , disebut pula secara oral, sedang cara penggunaan lainnya dianggap sebagai pemakaian luar seperti:
1.      Pemakaian melalui kulit dengan jalan merobek atau menembus kulit yaitu per injeksi atau parenteral seperti: intravena, intramuskuler, di bawah kulit (subkutan).
2.      Pemakaian melalui lubang dubur (rectal) yaitu supositoria, melalui lubang kemaluan (genital) yaitu ovula, melalui lubang kencing (uro genital) yaitu bacilla dan melalui lavemen yaitu clysma.
3.      Pemakaian pada selaput lender seperti:
a.       Melalui mata yaitu collyrium (cuci mata), guttae opthalmicae (tetes mata).
b.      Melalui rongga mulut yaitu collutio (cuci mulut).
c.       Melalui telinga yaitu guttae auriculares (tetes telinga).
4.      Pemakaian pada kulit (topical) yaitu unguentum (salep), pasta, linimentum, krim (Anief, 2008).



V.                KESIMPULAN

1.      Untuk membuat larutan infusa dengan kandungan temulawak 10 gram:
a)      Memasukkan serbuk temu kunci 10 gram ke dalam panci infusa
b)      Menambahkan aquadest sebanyak 100 ml
c)      Ditambahkan aquadest sebanyak 2x berat serbuk (20 ml)
d)     Dipanaskan, diukur suhunya hingga 90 , lalu ditunggu 15 menit baru diangkat dan didinginkan
e)      Memasukkan larutan ke dalam tabung dengan disaring
f)       Apabila larutan tidak sampai 100 ml, ditambahkan air hangat atau aquadest sampai 100 ml.
2.      Untuk membuat larutan glukosa dengan kosentrasi 10%, 2 gram glukosa harus dilarutkan ke dalam aquadest hingga 20 ml.
3.      Untuk membuat suspensi dari sediaan padat (obat tablet) untuk menjadi  konsentrasi 0,2% dibutuhkan obat seberat 50 mg yang disuspensikan dalam aquadest 25 ml.
4.      Untuk menghitung dosis yang diperlukan bagi bentuk sediaan padat (tablet, kapsul) adalah dengan cara menggunakan rumus:
Jumlah yang diperlukan = dosis diperlukan x 1 tablet
                                                 dosis tersedia
ket : dosis dalam mg.
Sedangkan untuk menghitung bentuk sediaan cair (mixture dan preparat suntik) adalah dengan menggunakan rumus:
Volume dosis diperlukan = dosis diperlukan x Volume dosis tersedia
                                                   dosis tersedia
ket : dosis dalam mg ; volume dalam ml.
5.      Dosis obat memiliki rumus yang berbeda sesuai bentuk sediaan obat (padat, cair, topical, volume injeksi).
6.      Untuk membuat larutan dari bahan padat dapat dilakukan dengan cara menambahkan aquadest sesuai dengan konsentrasi yang telah dihitung.
7.      Untuk membuat atau mengencerkan larutan ke konsentrasi yang lebih rendah dapat dilakukan dengan cara menambahkan aquadest.

VI.             DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2008. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anonima. 2006. Pemberian Cairan Infus Intravena. (http://astaqauliyah.com/2006/08/30/medical-info-pemberian-cairan-infus-intravena-intravenous-fluids/) Diakses 12 September 2012.
Anonimb. 2009. Sterilisasi Sediaan Infus. (http://timmo_wordpress.com/sterilisasi-sediaan-    
   infus,.html) Diakses pada tanggal 12 September 2012.
Blodinger, J. 1994. Formulasi Bentuk Sediaan Veteriner. Surabaya: Airlangga University Press.

Soemiati, dan Berna. 2002. Uji Pendahuluan Efek Kombinasi Anti Jamur Infus Daun Sirih, Kulit buah Delima, dan Rimpang Kunyit Terhadap Jamur Canida Albicans. Jakarta: Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia.

Voigt. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wanamaker and Massey. 2008. Applied Pharmacology for the Veterinary Technician. Lowa: Saunders.

























No comments:

Post a Comment