Wednesday, 2 January 2013

BLOK 9 UP 3



LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana Mekanisme Hormon Reproduksi Hewan Betina?
2.      Apa yang dimaksud dengan pubertas beserta faktor yang mempengaruhi?
3.      Bagaimana tahapan folikulogenesis beserta hormon yang mempengaruhi?
4.      Bagaimana siklus estrus dan apa saja alat pendeteksinya?
5.      Bagaimana proses terjadinya fertilisasi?

PEMBAHASAN

1.      Hormon Reproduksi Betina
-        GnRH dari hypothalamus merangsang pelepasan FSH dan LH dari hypophysis anterior
-        FSH merangsangpertumbuhanfolikel. Folikelakanmemproduksi estradiol dan inhibin oleh sel-sel granulose dalam folikel ovarium.
-        Inhibin secara selektif menghambat pelepasan FSH
-        Ketika progesterone rendah, konsentrasi estradiol yang tinggi merangsang suatu lonjakan GnRH, FSH, dan LH yang lebih besar, suatu control umpan balik positif.
-        LH menyebabkan ovulasi, merangsang produksi dan pelepasan progesterone oleh sel-sel granulose dalam corpus luteum.
-        Konsentrasi progesterone yang tinggi menghambat pelepasan GnRH, FSH dan LH, suatu control umpan balik negative
a.      GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH/LH) (Toelihere, 1979).
b.      FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium hewan betina. Pelepasannya periodik/pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif(Toelihere, 1979).
c.       LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat(Toelihere, 1979).
d.      Estrogen
Estrogen diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Selama kebuntingan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi betina. Pada uterus, menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks, menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks. Pada vagina, menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada ambing, menstimulasi pertumbuhan ambing. Juga mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang(Toelihere.1979).
e.       Progesteron
Progesteron diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kebuntingan juga diproduksi di plasenta.Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi(Toelihere.1979).


 
2.      Pubertas
Pubertas adalah umur pertama kali memperlihatkan estrus dan diikuti ovulasi, pubertas biasannya terjadi ketika gonadotropin Releasing Hormon dihasilkan dalam jumlah tertentu sehingga mampu untuk menstimulasi atau memulai perkembangan folikel dan berovulasi.
Setiap jenis hewan mempunyai masa pubertas yang berbeda-beda. Berikut adalah tabel usia pubertas :

Hewan
Umur (bulan)
Bobot badan (kg)
Babi
4-7
68-90
Domba
7-10
27-34
Kuda
15-24
bervariasi
Sapi
8-13
160-270
Anjing
6-18

           
Pubertas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kualitas pakan yang kurang baik, temperatur/suhu yang tinggi dapat menghambat proses pubertas, kesehatan yang kurang terjaga dan pengelolaan sanitasi yang buruk.

3.      Folikulogenesis
Folikulogenesis adalah suatu proses perkembangan folikel. Folikulogenesis terbagi menjadi:
a.       Stadium folikel primer yaitu oosit dikelilingi selapis sel granulose dan dibentuk pada masa prenatal, folikel ini apabila diamati akan terlihat berkelompok. Folikel ini berkembang saat muali pubertas, folikel ini bertambah besar karena oosit menambah produksi sitoplasma.
b.      Stadium sekunder merupakan folikel merupakan stadium transisi ditandai dengan adanya oosit yang dikelilingi oleh selapis sel granulose tanpa antrum. Epitel folikel menjadi berlapis, dan pada akhir stadium oosit dikelilingi oleh zona pellucid yaitu suatu glikoprotein pembungkus oosit.
c.       Folikel tertier pada stadium ini terdapat banyak lapisan sel granulose, disertai dengan antrum. Antrum adalah rongga pada folikel yang berisi cairan “liquor folikuli” yaitu cairan yang mengandung banyak gormon estrogen.
d.      Folikel De Graaf yaitu stadium preovulatori atau stadium sebelum berovulasi, cairan ini tampak berkilau di permukaan ovarium.
Tahapan dalam folikulogenesis
a.       Rekrutment. Yaitu folikel tertentu mulai tumbuh dengan ditandai meningkatnya FSH dan kadar LH rendah, serta hormone inhibin tidak bekerjakan (dinonaktifkan) sehingga folikel tumbuh dan memproduksi estrogen.
b.      Seleksi. Folikel yang dominan mulai menonjol serta hormone yang menojol FSH dan LH dalam kadar yang sedang serta hormone inhibin bekerja dalam kadar yang sangat rendah.
c.       Dominasi. Folikel yang akan berovulasi (dominan) akan semakin menonjol sedangkan folikel yang lain akan atresia.
Ada 2-3 gelombang pertumbuhan folikel pada tiap siklus estrus (sapi 3 gelombang, domba 2 gelombang)

4.      Siklus Estrus dan Alat Pendeteksinya
Interval antara timbulnya suatu periode berahi ke permulaan periode berahi berikutnya dikenal dengan siklus berahi (Siklus estrus). Hewan betina menjadi birahi pada interval waktu yang teratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies lain.Ini dikontrol secara langsung oleh hormon dari ovari, dan secara tidak langsung oleh hormone dari adhenohipofisis dari kelenjar pituitary. Siklusberahiumumnyadibagi atas 5 fase secara kontinyuyaituproestrus, estrus, metestrus, dietrus, dan anestrus.
a.      Proestrus
Proestrus adalah fase persiapan. Fase ini biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah laku dan perubahan pada alat kelamin bagian luar. Tingkah laku betina menjadi agak lain dengan kebiasaanya, misalnya menjadi sedikit gelisah, memperdengarkan suara-suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam saja. Alat kelamin betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan peredaran darah didaerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang menimbulkan gairah sex, namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang datang karena tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut.
Perubahan pada alat kelamin betina bagian dalam ialah pada ovarium, tuba fallopi, uterus dan serviks. Pada ovariumnya terjadi pertumbuhan folikel tertier menjadi folikel De Graff. Tuba fallopi dan uterus mendapatkan  vaskularisasi lebih banyak daripada biasanya. Kelenjar-kelenjar endrometrium tumbuh memanjang, serviksnya mulai merelax dan kelenjar-kelenjar lendir dalam lumen serviksnya mulai memproduksi lendir. Perubahanpada vagina, epitel permukaan kornifikasi, batas sitoplasma yang membulat di gantikan tepi yang lurus, inti piknotik dan mungkin menghilang di tengah-tengah proestrus, banyak terdapat eritrosit. (Partodihardjo, 1987).
b.      Estrus
Estrus adalah fase yang terpenting dalam siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus untuk tiap-tiap jenis hewan, dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima pejantan untuk kopulasi. Pada umumnya hewan memperlihatkan tanda-tanda gelisah, nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak lari bila pejantan menungganginya.
Perubahan-perubahan kelamin bagian dalam pada waktu estrus adalah : pertumbuhan folikel yang telah dimulai pada waktu proestrus, kini mencapai dimensi maksimal, ovum yang dikandung oleh folikel telah cukup masak, dan dinding folikel menjadi tipis dan menonjol keluar dari permukaan ovarium karena isi folikel telah mencapai maksimalnya. Terjadinya ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel) hanya tinggal menunggu saatnya saja. Kapan folikel ini mengalami ovulasisangat tergantung dari spesies hewan. Pada sapi ovulasi terjadi setelah gejala estrus selesai. Endometrium pada waktu estrus menjadi menjadi semakin giat memperkembangkan kelenjar-kelenjar susu uterus. Jika pada waktu proestrus kelenjar susu uterus masih pendek dan cetek di permukaan endometrium, maka pada waktu estrus kelenjar menjadi semakin panjang ke bawah. Dalam serviks jumlah lendir maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah. Pada sapi lendir yang dihasilkan oleh serviks ini bersifat bening, terang, tembus dan dapat mengalir ke vagina dan vulva hingga secara nyata terlihat tergantung di ujung vulva. Vagina dan vulva pada beberapa jenis hewan tidak memperlihatkan banyak perubahan, hanya pada dara pada umumnya terjadi pembengkakan vulva serta perubahan vaskularisasi hingga warnanya agak kemerah-merahan dan selalu terlihat pada waktu estrus. PerubahanpadaVagina, epitel mengalami kornifikasi dengan tepi piknotik (Partodihardjo, 1987).
c.       Metestrus
Metestrus adalah fase dalam siklus birahi, yang terjadi segera setelah estrus selesai. Gejala yang dapat terlihat dari luar tidak terlihat nyata, namun pada umumnya masih di dapatkan sisa-sisa gejala estrus. Perubahan alat-alat reproduksi dalam adalah ovarium, endometrium, dan serviks. Pada ovarium terjadi pembentukan corpus hemorragicum di tepat folikel de Graff yang baru selesai melepaskan sebuah ovum. Ovum yang baru saja keluar dari folikel telah berada dalam tuba fallopi menuju ke uterus. Kelenjar-kelenjar endometrium lebih panjang sehingga hingga di beberapa tempat mulai berkelok-kelok. Serviks telah menutup. Kelenjar-kelenjar serviks merubah sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi sebgai sumbat lumen serviks. Pada sapi, sebelum serviks menutup rapat, sering terlihat adanya sedikit darah yang mengalir keluar dari uterus ke vagina. Darah ini terliahta pada vulva. Darah ini berasal dari pembuluh-pembuluh darah kapiler yang berada dalam karankula, karena pada akhir estrus karankula memperoleh suplai darah cukup banyak hingga kapiler pada karankula menjadi tegang dan beberapa diantaranya pecah dan mengeluarkan darah. Perubahanpada vagina, banyak terdapat neutrofil, sel epitel kecil, bulat dan tanpa kornifikasi, neutrofil di turunkan di sel epitel, debris dan eritrosit menghilang. (Partodihardjo, 1987).
d.      Diestrus
Diestrus adalah fase dalam siklus birahi yang ditandai oleh tidak adanya kebuntingan, tidak adanya aktifitas kelamin dan hewan menjdi tenang. Dalam periode permulaan diestrus, endometrium masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada pertengahan fase diestruskelenjar-kelenjar endometrium ini berdegenerasi yang akhirnya hanya tinggal kelenjar-kelenjar permukaan yang cetek. Dalam periode permulaan diestrus, corpus hemorragicum mengkerut karena dibawah lapisan hemoragik ini tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum. (Partodihardjo, 1987).
e.       Anestrus
Anestrus adalah periode tidak aktif yang berlangsung panjang antara musim kawin atau terjadi apabila tidak ada fertilisasi.Merupakanperiode yang panjangnyabervariasi.Alatreproduksirelatiflaten. Perubahan yang terjadi selama anestrusdiantaranya ovarium laten, korpus luteum terus involusi, folikel berhenti berkembang.Pada uterus, endometrium tipis di batasi epitel kuboid simpleks, kelenjar jarang dan berbentuktubuler simpleks atau bercabang. Pada anjing jumlah kelenjar berkurang atau jarang, ukuran endometrium menurun tipis, sedangkan pada kucing lumen uterus di batasi epitel kuboid simpleks.Pada vagina, lumen di batasi epitel skuamus kompleks 2-4 lapis, bila level estrogen naik epitelnya bertambah tebal, neutrofil hilang pada proestrus dan estrus, sel epitel tanpa kornifikasi, inti uniform, besar, jelas, neutrofil sedikit, debris sel sedikit. Pada anjing epitelnya skuamus kompleks ke kuboid kompleks. (Toelihere, 1979 ;Frandson, 1992).

      SIKLUS ESTRUS PADA BEBERAPA HEWAN
a.       Hewan bersifat monoestrus atau poliestrus. Hewan monoestrus (anjing) satu siklus estrus di ikuti anestrus yang panjang.
b.      Hewan poliestrus (sapi, babi, rodensia) satu siklus estrus berakhir diestrus dan kembali ke proestrus.
c.       Hewan poliestrus musiman (kuda, kucing, domba dan kambing) diestrus di ikuti anestrus sebelum proestrus, anestrus hewan ini lebih pendek di bandingkan dengan hewan monoestrus. ( Toelihere,1979)
Siklus estrus pada beberapa hewan :
Hewan
Panjang siklus
Durasi estrus
Waktu ovulasi
Biri – biri
16 – 17 hari
24 – 36 jam
24 – 30 jam dari awal estrus
Kambing
21 hari
32 – 40 Jam
30 – 36 jam dari awal estrus
Babi
19 – 20 hari
48 – 72 jam
35 – 45 Jam dari awal estrus
Sapi
21 – 22 hari
18 – 19 Jam
10 – 11 jam setelah akhir estrus
Kuda
19 – 25 hari
4 – 8 hari
1 – 2 hari sebelum akhir estrus
(Hafez, 1975)

5.      Fertilisasi
Fertilisasi adalah proses penggabungan sel kelamin jantan dan kelamin betina membentuk zygote.
Untuk masuk ke dalam ovum, spermatozoa pertama – tama harus menembus massa cumulus, zona pellucida dan membrane vitellinum. Sperma menerobos massa cumulus oophorus dengan pergerakan sendiri, sambil melarutkan selubung asam hyaluronik pada massa tersebut dengan enzim hyaluronidase yang dikandungnya. Ovum mengeluarkan satu zat (fertilizin) yang bereaksi dengan sperma dan terjadilah aglutinasi. Setelah itu akan melanjut menuju ke zona pellucida sperma akan mengelurkan anti fertilizin yang berfungsi untuk menghalangi sperma lain mendekat ke ovum. Fase akhir penetrasi ovum meliputi pertautan kepala sperma ke permukaan vitellus. Periode tersebut sangat penting karena pada saat inilah terjadi aktivitas ovum. Terangsang oleh pendekatan sperma, ovum mengalami perkembangan. Membran plasma sperma dan ovum pecah kemudian bersatu membentuk selubung bersama. Sebagai akibatnya, sperma memasuki vitellus, meninggalkan selubungnya bertaut pada membrane vitellus.
Satu akibat nyata dari aktivitas ovum adalah penciutan vitellus dalam volumenya, mendorong cairan ke ruang perivitelline. Bersamaan dengan itu kepala sperma di dalam vitellus mengembang dan mendapat konsistensi seperti lendir dan kehilangan bentuk khasnya. Pada fase tertentu selama puncak perkembangannya, pronuclei jantan dan betina mengadakan kontak. Sesudah beberapa saat mereka berkerut dan bersamaan dengan itu mereka melebur diri. Nucleoli dan membrane inti menghilang dan pronuclei tidak ada lagi. Setelah itu akan terjadi singami. Kromosom paternal dan maternal mulai terlihat, mereka bersatu membentuk satu kelompok yang memulai profase mitosis pertama. Proses fertilisasi berakhit pada tahap ini (Toelihere, 1979).
DAFTAR PUSTAKA
Frandson R.D. 1992.Anatomi dan Fisiologi TernakEdisi ke-4. Alih Bahasa: B.Srigandono dan Koen Praseno. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hafez E.S.E. 1975.Reproduction in Farm Animals.Philadelphia : Lea & Febiger
Partodihadjo,S. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya
Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa

No comments:

Post a Comment