LEARNING
OBJECTIVE
1. Bagaimana
Mekanisme Hormon Reproduksi Hewan Betina?
2. Apa
yang dimaksud dengan pubertas beserta faktor yang mempengaruhi?
3. Bagaimana
tahapan folikulogenesis beserta hormon yang mempengaruhi?
4. Bagaimana
siklus estrus dan apa saja alat pendeteksinya?
5. Bagaimana
proses terjadinya fertilisasi?
PEMBAHASAN
1. Hormon
Reproduksi Betina
-
GnRH dari hypothalamus
merangsang pelepasan
FSH dan LH dari hypophysis
anterior
-
FSH merangsangpertumbuhanfolikel. Folikelakanmemproduksi
estradiol dan inhibin oleh sel-sel granulose dalam folikel ovarium.
-
Inhibin secara selektif
menghambat pelepasan FSH
-
Ketika progesterone
rendah, konsentrasi estradiol yang tinggi merangsang suatu lonjakan GnRH, FSH,
dan LH yang lebih besar, suatu control umpan balik positif.
-
LH menyebabkan ovulasi,
merangsang produksi dan pelepasan progesterone oleh sel-sel granulose dalam
corpus luteum.
-
Konsentrasi
progesterone yang tinggi menghambat pelepasan GnRH, FSH dan LH, suatu control
umpan balik negative
a. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi
di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior
untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH/LH)
(Toelihere, 1979).
b.
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi
di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi
memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium
hewan betina. Pelepasannya periodik/pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek
(sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh
enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback
negatif(Toelihere, 1979).
c. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial
Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis
anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka
dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan
siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan
fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya
juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus,
waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat(Toelihere, 1979).
d. Estrogen
Estrogen diproduksi terutama oleh
sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih
sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen.
Selama kebuntingan, diproduksi juga oleh plasenta. Berfungsi stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi
betina. Pada uterus,
menyebabkan proliferasi endometrium. Pada serviks, menyebabkan pelunakan serviks dan
pengentalan lendir serviks. Pada vagina,
menyebabkan proliferasi epitel vagina. Pada ambing, menstimulasi
pertumbuhan ambing. Juga mengatur distribusi lemak tubuh. Pada tulang, estrogen
juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang(Toelihere.1979).
e. Progesteron
Progesteron diproduksi terutama di
korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada
kebuntingan juga diproduksi di plasenta.Progesteron menyebabkan terjadinya
proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan
endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi(Toelihere.1979).
2. Pubertas
Pubertas adalah umur pertama kali memperlihatkan
estrus dan diikuti ovulasi, pubertas biasannya terjadi ketika gonadotropin
Releasing Hormon dihasilkan dalam jumlah tertentu sehingga mampu untuk
menstimulasi atau memulai perkembangan folikel dan berovulasi.
Setiap
jenis hewan mempunyai masa pubertas yang berbeda-beda. Berikut adalah tabel
usia pubertas :
Hewan
|
Umur (bulan)
|
Bobot badan (kg)
|
Babi
|
4-7
|
68-90
|
Domba
|
7-10
|
27-34
|
Kuda
|
15-24
|
bervariasi
|
Sapi
|
8-13
|
160-270
|
Anjing
|
6-18
|
Pubertas dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu kualitas pakan yang kurang baik, temperatur/suhu
yang tinggi dapat menghambat proses pubertas, kesehatan yang kurang terjaga dan
pengelolaan sanitasi yang buruk.
3. Folikulogenesis
Folikulogenesis
adalah suatu proses perkembangan folikel. Folikulogenesis terbagi menjadi:
a.
Stadium
folikel primer yaitu oosit dikelilingi selapis sel granulose dan dibentuk pada
masa prenatal, folikel ini apabila diamati akan terlihat berkelompok. Folikel
ini berkembang saat muali pubertas, folikel ini bertambah besar karena oosit
menambah produksi sitoplasma.
b.
Stadium
sekunder merupakan folikel merupakan stadium transisi ditandai dengan adanya
oosit yang dikelilingi oleh selapis sel granulose tanpa antrum. Epitel folikel
menjadi berlapis, dan pada akhir stadium oosit dikelilingi oleh zona pellucid
yaitu suatu glikoprotein pembungkus oosit.
c.
Folikel
tertier pada stadium ini terdapat banyak lapisan sel granulose, disertai dengan
antrum. Antrum adalah rongga pada folikel yang berisi cairan “liquor folikuli”
yaitu cairan yang mengandung banyak gormon estrogen.
d.
Folikel
De Graaf yaitu stadium preovulatori
atau stadium sebelum berovulasi, cairan ini tampak berkilau di permukaan
ovarium.
Tahapan dalam
folikulogenesis
a.
Rekrutment. Yaitu folikel tertentu mulai tumbuh dengan
ditandai meningkatnya FSH dan kadar LH rendah, serta hormone inhibin tidak
bekerjakan (dinonaktifkan) sehingga folikel tumbuh dan memproduksi estrogen.
b.
Seleksi. Folikel yang dominan mulai menonjol serta hormone
yang menojol FSH dan LH dalam kadar yang sedang serta hormone inhibin bekerja
dalam kadar yang sangat rendah.
c.
Dominasi. Folikel yang akan berovulasi (dominan) akan
semakin menonjol sedangkan folikel yang lain akan atresia.
Ada 2-3 gelombang
pertumbuhan folikel pada tiap siklus estrus (sapi 3 gelombang, domba 2
gelombang)
4. Siklus
Estrus dan Alat Pendeteksinya
Interval antara timbulnya suatu periode berahi
ke permulaan periode berahi berikutnya dikenal dengan siklus berahi (Siklus estrus). Hewan betina menjadi birahi pada interval waktu
yang teratur, namun berbeda dari spesies satu ke spesies lain.Ini dikontrol
secara langsung oleh hormon dari ovari, dan secara tidak langsung oleh hormone
dari adhenohipofisis dari kelenjar pituitary. Siklusberahiumumnyadibagi
atas 5 fase secara kontinyuyaituproestrus, estrus, metestrus, dietrus, dan
anestrus.
a.
Proestrus
Proestrus adalah fase persiapan. Fase
ini biasanya pendek, gejala yang terlihat berupa perubahan-perubahan tingkah
laku dan perubahan pada alat kelamin bagian luar. Tingkah laku betina menjadi
agak lain dengan kebiasaanya, misalnya menjadi sedikit gelisah, memperdengarkan
suara-suara yang tidak biasa terdengar atau malah diam saja. Alat kelamin
betina luar mulai memperlihatkan tanda-tanda bahwa terjadi peningkatan
peredaran darah didaerah itu. Meskipun telah ada perubahan yang menimbulkan
gairah sex, namun hewan betina ini masih menolak pejantan yang datang karena
tertarik oleh perubahan tingkah laku tersebut.
Perubahan pada
alat kelamin betina bagian dalam ialah pada ovarium, tuba fallopi, uterus dan
serviks. Pada ovariumnya terjadi pertumbuhan folikel tertier menjadi folikel De
Graff. Tuba fallopi dan uterus mendapatkan
vaskularisasi lebih banyak daripada biasanya. Kelenjar-kelenjar
endrometrium tumbuh memanjang, serviksnya mulai merelax dan kelenjar-kelenjar
lendir dalam lumen serviksnya mulai memproduksi lendir. Perubahanpada vagina, epitel permukaan kornifikasi, batas sitoplasma yang membulat di
gantikan tepi yang lurus, inti piknotik dan mungkin menghilang di tengah-tengah
proestrus, banyak terdapat eritrosit. (Partodihardjo,
1987).
b.
Estrus
Estrus adalah fase yang terpenting dalam
siklus birahi, karena dalam fase ini hewan betina memperlihatkan gejala yang khusus
untuk tiap-tiap jenis hewan, dan dalam fase ini pula hewan betina mau menerima
pejantan untuk kopulasi. Pada umumnya hewan memperlihatkan tanda-tanda gelisah,
nafsu makan berkurang atau hilang sama sekali, menghampiri pejantan dan tidak
lari bila pejantan menungganginya.
Perubahan-perubahan kelamin bagian dalam
pada waktu estrus adalah : pertumbuhan folikel yang telah dimulai pada waktu
proestrus, kini mencapai dimensi maksimal, ovum yang dikandung oleh folikel
telah cukup masak, dan dinding folikel menjadi tipis dan menonjol keluar dari
permukaan ovarium karena isi folikel telah mencapai maksimalnya. Terjadinya
ovulasi (pecahnya dinding folikel dan keluarnya ovum dari folikel) hanya
tinggal menunggu saatnya saja. Kapan folikel ini mengalami ovulasisangat
tergantung dari spesies hewan. Pada sapi ovulasi terjadi setelah gejala estrus
selesai. Endometrium pada waktu estrus menjadi menjadi semakin giat
memperkembangkan kelenjar-kelenjar susu uterus. Jika pada waktu proestrus
kelenjar susu uterus masih pendek dan cetek di permukaan endometrium, maka pada
waktu estrus kelenjar menjadi semakin panjang ke bawah. Dalam serviks jumlah
lendir maupun jumlah sekresi lendir dalam tiap-tiap kelenjar lendir bertambah.
Pada sapi lendir yang dihasilkan oleh serviks ini bersifat bening, terang,
tembus dan dapat mengalir ke vagina dan vulva hingga secara nyata terlihat
tergantung di ujung vulva. Vagina dan vulva pada beberapa jenis hewan tidak
memperlihatkan banyak perubahan, hanya pada dara pada umumnya terjadi pembengkakan
vulva serta perubahan vaskularisasi hingga warnanya agak kemerah-merahan dan
selalu terlihat pada waktu estrus.
PerubahanpadaVagina, epitel mengalami kornifikasi dengan tepi
piknotik (Partodihardjo, 1987).
c.
Metestrus
Metestrus adalah fase dalam siklus
birahi, yang terjadi segera setelah estrus selesai. Gejala yang dapat terlihat
dari luar tidak terlihat nyata, namun pada umumnya masih di dapatkan sisa-sisa
gejala estrus. Perubahan alat-alat reproduksi dalam adalah ovarium,
endometrium, dan serviks. Pada ovarium terjadi pembentukan corpus hemorragicum
di tepat folikel de Graff yang baru selesai melepaskan sebuah ovum. Ovum yang
baru saja keluar dari folikel telah berada dalam tuba fallopi menuju ke uterus.
Kelenjar-kelenjar endometrium lebih panjang sehingga hingga di beberapa tempat
mulai berkelok-kelok. Serviks telah menutup. Kelenjar-kelenjar serviks merubah
sifat hasil sekresinya dari cair menjadi kental. Lendir kental ini berfungsi
sebgai sumbat lumen serviks. Pada sapi, sebelum serviks menutup rapat, sering
terlihat adanya sedikit darah yang mengalir keluar dari uterus ke vagina. Darah
ini terliahta pada vulva. Darah ini berasal dari pembuluh-pembuluh darah
kapiler yang berada dalam karankula, karena pada akhir estrus karankula
memperoleh suplai darah cukup banyak hingga kapiler pada karankula menjadi
tegang dan beberapa diantaranya pecah dan mengeluarkan darah. Perubahanpada vagina, banyak
terdapat neutrofil, sel epitel kecil, bulat dan tanpa kornifikasi, neutrofil di
turunkan di sel epitel, debris dan eritrosit menghilang.
(Partodihardjo, 1987).
d.
Diestrus
Diestrus adalah fase
dalam siklus birahi yang ditandai oleh tidak adanya kebuntingan, tidak adanya
aktifitas kelamin dan hewan menjdi tenang. Dalam periode permulaan diestrus,
endometrium masih memperlihatkan kegiatan, yaitu pertumbuhan kelenjar-kelenjar
endometrium dari panjang menjadi berkelok-kelok dan banyak diantaranya yang
berkelok hingga membentuk spiral. Tetapi pada pertengahan fase
diestruskelenjar-kelenjar endometrium ini berdegenerasi yang akhirnya hanya
tinggal kelenjar-kelenjar permukaan yang cetek. Dalam periode permulaan
diestrus, corpus hemorragicum mengkerut karena dibawah lapisan hemoragik ini
tumbuh sel-sel kuning yang disebut luteum. (Partodihardjo, 1987).
e.
Anestrus
Anestrus adalah periode tidak aktif yang berlangsung panjang
antara musim kawin atau terjadi apabila tidak ada fertilisasi.Merupakanperiode yang
panjangnyabervariasi.Alatreproduksirelatiflaten. Perubahan yang terjadi selama anestrusdiantaranya ovarium laten, korpus luteum terus involusi, folikel berhenti berkembang.Pada uterus, endometrium tipis di batasi epitel kuboid simpleks, kelenjar jarang
dan berbentuktubuler simpleks atau bercabang. Pada anjing jumlah kelenjar
berkurang atau jarang, ukuran endometrium menurun tipis, sedangkan pada kucing
lumen uterus di batasi epitel kuboid simpleks.Pada vagina, lumen
di batasi epitel skuamus kompleks 2-4 lapis, bila level estrogen naik epitelnya
bertambah tebal, neutrofil hilang pada proestrus dan estrus, sel epitel tanpa
kornifikasi, inti uniform, besar, jelas, neutrofil sedikit, debris sel sedikit.
Pada anjing epitelnya skuamus kompleks ke kuboid kompleks. (Toelihere, 1979
;Frandson, 1992).
SIKLUS ESTRUS PADA BEBERAPA HEWAN
a. Hewan bersifat monoestrus atau poliestrus.
Hewan monoestrus (anjing) satu siklus estrus di ikuti anestrus yang panjang.
b. Hewan poliestrus (sapi, babi, rodensia) satu
siklus estrus berakhir diestrus dan kembali ke proestrus.
c. Hewan poliestrus musiman (kuda, kucing, domba
dan kambing) diestrus di ikuti anestrus sebelum proestrus, anestrus hewan ini
lebih pendek di bandingkan dengan hewan monoestrus. (
Toelihere,1979)
Siklus estrus pada beberapa hewan :
Hewan
|
Panjang siklus
|
Durasi estrus
|
Waktu ovulasi
|
Biri – biri
|
16 – 17 hari
|
24 – 36 jam
|
24 – 30 jam dari awal estrus
|
Kambing
|
21 hari
|
32 – 40 Jam
|
30 – 36 jam dari awal estrus
|
Babi
|
19 – 20 hari
|
48 – 72 jam
|
35 – 45 Jam dari awal estrus
|
Sapi
|
21 – 22 hari
|
18 – 19 Jam
|
10 – 11 jam setelah akhir estrus
|
Kuda
|
19 – 25 hari
|
4 – 8 hari
|
1 – 2 hari sebelum akhir estrus
|
(Hafez, 1975)
5. Fertilisasi
Fertilisasi
adalah proses penggabungan sel kelamin jantan dan kelamin betina membentuk
zygote.
Untuk
masuk ke dalam ovum, spermatozoa pertama – tama harus menembus massa cumulus,
zona pellucida dan membrane vitellinum. Sperma menerobos massa cumulus oophorus
dengan pergerakan sendiri, sambil melarutkan selubung asam hyaluronik pada
massa tersebut dengan enzim hyaluronidase yang dikandungnya. Ovum mengeluarkan
satu zat (fertilizin) yang bereaksi dengan sperma dan terjadilah aglutinasi.
Setelah itu akan melanjut menuju ke zona pellucida sperma akan mengelurkan anti
fertilizin yang berfungsi untuk menghalangi sperma lain mendekat ke ovum. Fase
akhir penetrasi ovum meliputi pertautan kepala sperma ke permukaan vitellus.
Periode tersebut sangat penting karena pada saat inilah terjadi aktivitas ovum. Terangsang oleh
pendekatan sperma, ovum mengalami perkembangan. Membran plasma sperma dan ovum
pecah kemudian bersatu membentuk selubung bersama. Sebagai akibatnya, sperma
memasuki vitellus, meninggalkan selubungnya bertaut pada membrane vitellus.
Satu
akibat nyata dari aktivitas ovum adalah penciutan vitellus dalam volumenya,
mendorong cairan ke ruang perivitelline. Bersamaan dengan itu kepala sperma di
dalam vitellus mengembang dan mendapat konsistensi seperti lendir dan
kehilangan bentuk khasnya. Pada fase tertentu selama puncak perkembangannya,
pronuclei jantan dan betina
mengadakan kontak. Sesudah beberapa saat mereka berkerut dan bersamaan dengan
itu mereka melebur diri. Nucleoli dan membrane inti menghilang dan pronuclei
tidak ada lagi. Setelah itu akan terjadi singami. Kromosom paternal dan
maternal mulai terlihat, mereka bersatu membentuk satu kelompok yang memulai
profase mitosis pertama. Proses fertilisasi berakhit pada tahap ini (Toelihere,
1979).
Frandson R.D. 1992.Anatomi
dan Fisiologi TernakEdisi ke-4. Alih Bahasa:
B.Srigandono dan Koen Praseno. Yogyakarta
: Gadjah Mada University Press
Hafez
E.S.E. 1975.Reproduction in Farm Animals.Philadelphia : Lea & Febiger
Partodihadjo,S. 1987. Ilmu
Reproduksi Hewan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya
Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa
No comments:
Post a Comment