Wednesday 9 January 2013

Blok 9 UP 4



LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana tahap-tahap periode kebuntingan?
2.      Apa saja hormon-hormon yang berpengaruh selama kebuntingan?
3.      Bagaimana mendeteksi tanda-tanda kebuntingan baik secara eksternal maupun internal?
4.      Bagaimana cara melakukan pemeriksaan kebuntingan?

PEMBAHASAN

1.      Periode Kebuntingan
Perkembangan Embrio
1)      Periode ovum
Merupakan periode yang dimulai dari fertilisasi sampai terjadinya implantasi. Setelah fertilisasi ovum akan mengalami pembelahan (di ampulla isthmus junction) menjadi morulla. Pada sapi masuknya morula ke dalam uterus terjadi pada hari ke 3—4 setelah fertilisasi, 5-8 pada anjing dan kucing dan hari ke 3 pada babi. Setelah hari ke delapan blastocyst akan mengalami pembesaran secara cepat, lama periode ini pada sapi sampai 12 hari, kuda 12 hari, domba dan kambing 10 hari, babi 6 hari dan anjing serta kucing 5 hari (Toelihere,1979).
2)      Periode Embrio/organogenesis
Suatu periode ketika sel-sel berada dalam proses pembentukan organ-organ spesifik dalam tubuh embrio. Merupakan periode dimulainya implantasi sampai saat dimulainya pembentukan organ tubuh bagian dalam. Pada sapi berkisar hari ke 12-45, kucing 6-24, dan kuda 12-50 setelah fertilisasi. Selama periode ini akan terbentuk lamina germinativa selaput embrionik dan organ tubuh.
Pada periode ini meliputi pembentukan:
a)      Lapisan-lapisan lembaga (germ layer)
(1)   Endoderm  (Lapisan germ yang paling dalam)
·      Pertama tampak ketika suatu lapisan sel tunggal  terdorong keluar dari inner cell mass dan tumbuh mengelilingi blastokul
·      Merupakan awal/origo dari sistem digesti, hepar, pulmo, organ internal lain
(2)   Mesoderm (Lapisan germ/lembaga  tengah)
·      Lapisan sel2 inner cell mass, yang terdorong di antara endoderm dan ektoderm
·      Origo dari sistem skelet, otot, sistem sirkulasi dan sistem reproduksi
(3)   Ektoderm (Lapisan germ yang paling luar)
·      Origo dari sistem syaraf, organ indera, rambut, gl.mamme
b)      Trofoblast akan menjadi:
(1)   Amnion
·      Non-vaskuler, berisi cairan yang dihasilkan fetus
·      Bantalan untuk proteksi
·      Robek saat kelahiran
(2)   Yolk sac
·      sebagai cadangan makanan                   
·      Mammalia: atropi
(3)   Allantois
·      Penuh dengan pembuluh darah
·      Menyatu dengan chorion (Allantochorion)
·      Membawa darah ke chorion
(4)   Chorion
·      Membran fetus terluar
·      Melekat pada induk

3)      Periode fetus
Periode ini demulai dari terbentuknya alat-alat tubuh bagian dalam, terbentuknya ekstremitas, hingga lahir. Dimulai kira-kira pada hari 34 kebuntingan (domba dan anjing). Hari ke 45 pada sapi dan hari ke 55 pada kuda. Selama periode ini terjadi perubahan dan diferensiasi organ, jaringan, dan sistem tubuh (Toelihere,1979).


2.      Hormon Kebuntingan 
-        Sumber utama Progesteron untuk kebuntingan sapi yaitu dari CL, sedangkan plasenta hanya memproduksi sebagian kecil saja.
-        Konsentrasi progesteron pada kebuntingan 14 hari sama dengan saat fase diestrus.
-        18 hari post ovulasi, jika tidak terjadi fertilisasi maka progesteron akan menurun drastis, jika terjadi fertilisasi progesteron sedikit turun dan kemudian secara cepat konsentrasinya naik sampai pada hari 20-30 hari prepartum.
-        Konsentrasi estrogen pada awal dan pertengahan kebuntingan rendah yaitu kurang dari 100 pg/ml. Sedangkan pada akhir kebuntingan setelah hari ke 250 konsentrasinya akan meningkat sekitar 2-5 hari prepartum yaitu kira-kira 7 ng/ml. Dan konsentrasinya secara cepat akan menurun pada 8 jam prepartum sampai postpartum.
-        FSH dan LH konsentrasinya rendah selama kebuntingan dan tidak menunjukkan fluktuasi yang signifikan
-        Prolaktin, konsentrasinya rendah saat bunting sampai sebelum partus yaitu 50-60 ng/ml meningkat menjadi 320 ng/ml pada 20 jam prepartum dan menurun konsentrasinya pada 30 jam postpartum
-        Lactogen plasenta sapi ada pada harike 160 kebuntingan dan meningkat drastis pada 200 hari kebuntingan. Fungsinya belum jelas, namun keberadaannya dapat memacu prolaktin dan hormon lain uuntuk bekerja (Arthur, 2001).
 Hormon yang paling berperan dalam kebuntingan salah satunya adalah progesterone yang berfungsi menormalkan/menekan kerja hormon estrogen sehingga semua organ bekerja dalam keadaan seimbang (menjaga kebuntingan).
Progesterone dihasilkan oleh dua organ yaitu dari corpus luteum dan dari plasenta.
a.       Progesteron dari Corpus luteum
Diperlukan selama trimester kebuntingan pertama pada kebanyakan hewan (dapi, kambing, babi, dan kelinci Cl diperlukan sepanjang kebuntingan. Sedangkan pada domba diperlukan selama 50-60 hari kebuntingan.
b.      Progesteron Plasenta
Pada manusia, kuda dan domba, progesteron plasenta diperlukan selama trimester kedua dan ketiga kebuntingan untuk menggantikan Progesteron Corpus luteum.Pada kuda terdapat hormon yang juga berpengaruh yaitu ecg disekresikan kira-kira 30 – 140 hari kebuntingan selain itu juga Menginduksi pembentukan Corpus Luteum sekunder. Corpus Luteum sekunder mensuplai sejumlah progesteron untuk mempertahankan kebuntingan Mengalami regeresi kira-kira 150 hari kebuntingan.
Selain itu perubahan hormon selama kebuntingan juga terdapat pada :
1)      Estrogen. Mengalami peningkatan mendekati pertengahan sampai akhir kebuntingan.
2)      Lactogen Plasenta (somatotropic like-hormon). Terdapat pada manusia, sapi, domba.
3)      Somatotropic. Berfungsi meningkatkan pertumbuhan
4)      Laktogenic. Berfungsi pertumbuhan glandula mamae (Toelihere,1979).

3.      Tanda-tanda kebuntingan
Indikasi Deteksi Kebuntingan
1)      Indikasi kebuntingan secara eksternal
a)      Tidak adanya estrus
b)      Rambut terlihat mengkilat
c)      Abdomen cenderung membesar
d)     Ambing membesar
e)      Berat badan meningkat
2)      Indikasi kebuntingan secara internal
a)      Kornu uteri tidak simetris
b)      Palpasi kantong amnino
c)      Penggelinciran selaput janin/ alanto korion
d)     Palpasi fetus
e)      Palpasi placentom
f)       Palpasi premitus
3)      Perubahan Anatomi
a)      Vulva dan Vagina
Pada saat kebuntingan mencapai 6-7 bulan, pada sapi dara akan terlihat adanya edema pada vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin jelas edema pada vulva ini. Edema yang terjadi di tandai kebengkakan vulva. Perubahan vagina terlihat sebagai pertambahan vaskularisasi mukosa vagina.

b)      Serviks
Perubahan yang pertama terjadi ialah pada kelenjar-kelenjar serviks. Kripta-kripta menghasilkan lendir kental, semakin tua umur kebuntingannya semakin kental lendir yang di hasilkannya. Kekentalan lendir ini diperlukan untuk menyumbat lumen serviks (sumbat cervix). Selain perubahan sekresi, serviks mengalami perubahan lain yaitu kontraksi tonus dari muskulatur cerviks, berlangsung selama kebuntingan sampai akhir partus.
c)      Uterus
Perubahan pada uterus yang pertama ialah terjadinya vaskularisasi pada endometrium, terbentuk lebih banyak kelenjar endometrium, sedang kelenjar yang telah ada tumbuh lebih panjang berkelok-kelok seperti spiral. Perubahan-perubahan ini terjadi setelah fertilisasi.
d)     Cairan amnion dan Allantois
Pembesaran volume uterus pada permulaan kebuntingan sebagian besar disebabkan oleh pertambahan cairan amnion dan allantois, sedang volune enbrio hampir tidak berarti. Pada pertengahan kebuntingan, pertambahan volume cairan menjadi hampir sama pertambahan volume fetus, sedang pada saat masa kebuntingan hendak berakhir, volume uterus dalam ruang abdomen, sebagian besar merupakan volume fetus.
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga mengalami perubahan. Hampir pada semua spesies cairan amnion menjadi lebih banyak daripada volume cairan allantois, tetapi pada akhir masa kebuntingan cairan allantois menjadi lebih banyak.Volume cairan allantois pada kuda ± 10 L, domba ± 1,75 L, sapi ± 20 L.
e)      Ovarium
Terbentuknya corpus luteum pada ovarium (Partodihardjo, 1987).

4.      PKB
Pemeriksaan Kebuntingan dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:
1)      Palpasi rectal
Merupakan diagnose yang silakukan dengan palpasi ovarium dan uterus dengan tangan yang dimasukkan ke dalam rectum. Tujuan palpasi rectal adalah mendeteksi adanya pembesaran salah satu cornu uteri dan memeriksa fetus. Pada pemeriksaan yang sama dilakukan pemeriksaan overium untuk memastikan terdapatnya corpus luteum yang berkembang sebagai penghasil progesterone untuk menjaga kebuntingan.
2)      Penaksiran progesterone
Prinsip kerja metoda ini adalah paerbedaan konsentrasi progesterone antara hewan yang berhasil bunting dengan corpus luteum yang dipertahankan dan hewan yang gagal bunting dengan regresi corpus luteum.
3)      Penggunaan Ultrasonografi
Suatu alat dengan menggunakan prinsip suara berfrekuensi tinggi dan panjang gelombang sangaat pendek memungkinkan untuk mendeteksi adanya suatu aspek dari pulsus fetus (jantung/tali pusat)
4)      Pemeriksaan abdomen
Laparoskopi, pemasukan endoskop ke dalam rongga abdomen untuk mendeteksi uterus bunting atau adanya corpus luteum, diterapkan paling tepat pada hari ke 17 setelah kawin. Pemeriksaan ini memberikan informasi pada stadium uterus juga organ-organ abdominal lainnya. Tipe pemeriksaan ini dapat digunakan untuk diagnose kebuntingan awal, pyometra, dan sista ovary.
5)      Biopsy vagina
Yaitu pengambilan selapis sel epitel melalui pengerokan sederhana bagian anterior vagina. Dasar diagnosis ini adalah perubahan dalam morfologi sel epitel dibawah pengaruh meningkatnya titer progesterone dalam sirkulasi darah.
6)      Esei progesterone
Konsentrasi progesterone dalam plasma periferi akan naik seiring dengan/selama berlangsungnya kebuningan pada induk. Hal ini biasa dilakukan pada kuda.
7)      Radiografi
Radiografi kemungkinan berhubungan dengan resiko terhadap fetus, meskipun dilakukan pada akhir kebuntingan. Dalam penelitian, resiko neoplasia atau hemotopetik meningkat pada anak beagle yang induknya diradiasi selam kebuntingan.
8)      Pemeriksaan hematolgi
Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan antara bunting semu dengan bunting normal. Pemeriksaan ini meliputi eritrosit, hematokrit, angka sedimentasi, platelet darah, leukosit, factor-faktor koagulasi, fibrinogen, kadar serum, kreatinin, serum gamma globulin (Toelihere,1979).

DAFTAR PUSTAKA
Arthur, G.H. Noakes D.E., Pearson H. And Pakinson T. 2008. Arthur’s Veterinary Reproduction and Obstetrics 8th Ed. British: W.B. Saunders.
Frandson R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Alih Bahasa: B.Srigandono dan Koen Praseno. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Partodihadjo,Soebandi. 1987. Ilmu Reproduksi Hewan. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya
Toelihere, M.R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak. Bandung : Penerbit Angkasa

No comments:

Post a Comment