LEARNING OBJECTIVE
1.
Bagaiamana
cara Handling, Restrain, dan Casting pada sapi?
2.
Bagimana
pemeriksaan umum dan khusus pada sapi?
PEMBAHASAN
1.
Handling,
Restrain dan Casting pada Sapi
Handling dan Restrain
Pada sapi pertama
yang dilakukan adalah inspeksi dari jarak jauh, perhatikan hewan maupun keadaan
sekitarnya (hanya untuk pemeriksaan di tempat/ di kandang). Lakukan inspeksi
dari segala arah. Bila hewan menunjukan sikap atau posisi abnormal, usahakan
agar posisinya normal dan perhatikan apakah hewan mampu untuk berdiri pada
posisi yang normal atau tidak (Rahardjo, 2009).
Untuk restrain pada
sapi biasanya menggunakan tali keluh yang dimasukan ke hidung sapi, tetapi ini
hanya digunakan untuk sapi dewasa bukan anak sapi. Bisa dengan menarik tali
hidungnya, sedikit dicambuk, digertak dengan aliran listrik. Bisa juga dengan mengikatkan tali pada tali keluh kemudian dililit
kebelakang ektremitas caudal kemudian ditarik ketali keluh sebelahnya. Ini agar
sapinya tidak bisa menyepak. Menggunakan kandang jepit untuk palpasi rektal
atau ekplorasi rektal pada sapi juga dapat dilakukan (McCurnin, 2005).
Restrain bisa juga dengan memasangkan ring hidung, pemasangan ring besi bentuk
bulat atau seperti tang atau di pedesaan namanya keluh yang terbuat dari
anyaman bambu atau dari plastik yang ditusukkan di septuminasi kemudian talinya
dilingkarkan di belakang telinga dan disimpul. Tarikan dari ring atau keluh
akan menimbulkan rasa sakit sehingga sapi mudah dikuasai. Tarikan ke atas dari
keluh/ ring dan dikaitkan di bagian yang lebih tinggi dari kepala akan
mempermudah untuk suntikkan intravena, operasi daerah ambing dan pemeriksaan
kuku (McCurnin, 2005).
CASTING
2. Pemeriksaan
Umum dan Khusus pada Sapi
Pemeriksaan Umum
a. Inspeksi
Melihat, membau dan
mendengarkan tanpa alat bantu. Inspeksi digunakan untuk mmeneliti adanya hal
lain yang abnormal. Perhatikan ekspresi muka/ temperamen, kondisi tubuh,
pernapasan (frekuensi, cara pengambilan nafas, ritme dan suara-suara abnormal)
tanpa melakukan pemeriksaan secara auskultasi, keadaan abdomen, posisi
(berdiri/ berbaring), sikap, langkah, permukaan tubuh, pengeluaran dan bau
abnormal dari lubang-lubang pelepasan (hidung, mulut, anus, telinga, mata),
adanya suara abnormal seperti batuk, bersin, ngorok, melenguh, menangis, flatus
dan eruktasi (Indarjulianto, 2011).
b. Pulsus dan nafas
Pulsus pada sapi dapat diraba pada arteri maxillaris externa,
arteri facialis, atau arteri coccygea (ventral pangkal ekor) kemudian lakukan
penghitungan selama 1 menit. Bila mengalami kesulitan dapat dilakukan selama 15
detik kemudian dikalikan empat. Frekuensi pulsus normal pada sapi : 54-84 kali/
menit (Surono, 2008).
Sementara frekuensi nafas dapat dihitung dengan memperhatikan gerak
toracoabdominal dalam keadaan hewan istirahat dan tenang atau juga dapat dengan
memperhatikan udara yang keluar masuk melalui lubang hidung. Untuk normalnya pada sapi : 20 – 42 kali/ menit (Surono, 2008).
c.
Suhu tubuh
Sebelumnya olesi ujung thermometer dengan
bahan pelicin (misal : vaselin). Masukkan ujung thermometer ke lubang anus,
tunggu sampai angkanya terhenti (± 3 menit) dan hitung skalanya. Suhu normal pada sapi : 37,6oC-39,2oC. Selain itu
termometer dapat dimasukkan dalam mulut, namun menambahkan 0,5 °C karena adanya evaporasi
(Surono, 2008).
d.
Selaput lendir
Conjunctiva : Geser ke atas kelopak mata atas dengan ibu jari, gantikan ibu jari
dengan telunjuk sedikit ditekan, maka akan tampak conjunctiva palpebrarum.
Tekan kelopak mata bawah dengan ibu jari maka conjunctiva palpebrarum bawah
akan tampak pula. Normal pada sapi berwarna merah (Indarjulianto,
2011).
Hidung, mulut, dan
vulva : untuk normalnya selalu basah dan berwarna
pink, selain itu lakukan juga pemeriksaan CRT (Capilary Refill Time/ waktu
terisinya kembali kapiler) dengan cara membuka bibir hewan kemudian menekan
gusi dan melepaskannya kembali. Waktu normal maximal 2 detik (Indarjulianto, 2011).
Pemeriksaan Khusus
a.
Sistem Pencernaan
Pada sistem
pencernaan dilakukan dengan melihat nafsu makan, cara makannya apakah ada
kesakitan menelan (Indarjulianto, 2011).
Mulut : Inspeksi pada
mulut dengan membuka mulut dengan cara memegang tali hidung dengan tangan kiri
dan masukkan tangan kanan ke spatium intraalveolar, pegang lidah dan tarik
kesamping mulut terbuka, lalu lihat keadaan mulut apakah ada lesi, benda asing,
anomali lain dan juga dicium bau mulutnya. Kemudian lakukan palpasi pada
farinx, oesophagus (Indarjulianto, 2011).
Esophagus : perhatikan leher
sebelah kiri, terutama bila sapi sedang eruktasi, regurgitasi, atau menelan
(deglutisi). Lakukan palpasi pangkal esophagus lewat mulut, lakukan palpasi
dari luar. Perhatikan bila kemungkinan ada benda asing/ sumbatan pada
esophagus. Bila terjadi sumbatan esophagus, ambil sonde kerongkongan yang
terbuat dari spiral baja. Ukur dan beri tanda batas setelah diukur panjangnya
dari mulut sampai rumen. Olesi ujung sonde (bagian yang besar) dengan vaselin
atau pelicin yang tidak merangsang dan aman, buka mulut sedikit dan masukkan
ujung sonde ke dalam mulut. Dorong pelan-pelan, biarkan sonde ditelan. Pada
keadaan normal sonde dapat ditelan terus sampai tanda batas yang tadi telah
ditentukan. Tetapi bila ada sumbatan atau penyempitan maka sonde akan berhenti
atau sukar didorong masuk (Indarjulianto,
2011).
Rumen : Kemudian ke arah
abdomen bandingkan abdomen kanan dan kiri, perhatikan fossa paralumbalis saat
inspeksi. Lakukan palpasi dan auskultasi, hitung gerakan rumen per 5 menit,
normalnya 5-10 kali per 5 menit. Lakukan perkusi pada dinding abdomen sebelah
kiri pada tiga bagian atas, tengah dan bawah. Normalnya atas suara resonan,
tengan semiresonan dan bawah pekak (Indarjulianto,
2011).
Retikulum : Auskultasi daerah
retikulum pada costocondral ke-7 sebelah
kiri perhatikan suara aliran ingesti cair. Bisa dengan bambu yang ditopang
dibawah proc. xiphoideus.
Omasum dan abomasum : Omasum tidak dapat
diperiksa secara fisik karena letak anatominya yang tidak terjangkau. Sebagian
dinding abomasum menempel pada dinding perut bawah, sebelah belakang dari
proceccus xiphoideus. Lakukan perkusi pada daerah ini, bila lambung berisi gas
akan terdengar resonansi, suara pekak bila terjadi impaction.
Usus, Rectum, dan Anus : Kemudian lanjut ke
intestinum di abdomen dexter dengarkan gerakan peristaltiknya secara
auskultasi. Kemudian lakukan ekplorasi rektal dengan memasukan tangan
pelan-pelan menerobos spingter ani. Bila rektum berisi tinja keluar secara
berlahan. Raba dinding rektum sebelah kanan dimana dalam keadaan normal dinding
ini tidak akan meampaui bidang media (Indarjulianto, 2011).
b.
Sistem Respirasi
Secara umum
inspeksi/ adspeksi kelainan yang timbul, periksa frekuensi dan bandingkan
dengan pulsus, menentukan tipe pernafasannya, periksa organ yang menunjang
sistem penafasan. Pada hidung, perhatikan leleran dan lesi serta perkusi sinus
frontalis. Pada pharynx, larynx palpasi dari luar dan periksa limfoglandula
regional. Auskultasi daerah trakea dan rongga dada. Pada rongga dada dilakukan
juga perkusi dan perhatikan suara abnormal yang timbul, lalu palapasi daerah
intercostae (Indarjulianto, 2011).
c.
Sistem Sirkulasi
Secara umum perhatikan
kelainan-kelainan alat sirkulasi yang dapat diinspeksi. Periksa denyut nadi dan
tentukan pulsusnya. Periksa jantung secara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi dan tentukan abnormalitas yang mungkin terjadi. Periksa vena
jugularis, apa ada pulsus atau tidak. Periksa pembuluh darah perifer, periksa
CRT (Indarjulianto, 2011).
d.
Sistem lokomotor
Inspeksi cara hewan
berjalan, kesimetrisan ekstremitas. Periksa muskuli, perhatikan suhu, kontur,
adanya pengerasan dan nyeri. Periksa konformasi tulang. Periksa persendian
antar tulang. Periksa kuku dan amati adanya
abnormalitas (Indarjulianto, 2010).
e.
Sistem limfatik
Limfoglandula yang
dapat dipalpasi pada sapi, yaitu : lgl. Submaxillaris, lgl. Parotidea, lgl.
Retropharingeal, lgl. Cervivalis medius, lgl. Cervicalis caudalis, lgl.
Prescapularis, lgl. Precuris, lgl. Inguinalis superficialis (betina : lgl. mammaria), dan lgl. Poplitea.
Limfoglandula yang
tidak dapat dipalpasi tetapi dapat menyebabkan gejala klinis apabila ada
pembengkakan : lgl. Mediastinalis anterior, lgl. Mediastinalis posterior, dan dengan
eksplorasi rektal lgl. Bronchialis, lgl. Mesenterialis (Indarjulianto, 2011).
f.
Sistem saraf
Syaraf pusat
•
Syaraf I : N. Olfactorius (Pembau), coba dekatkan dengan rumput-rumputan
•
Syaraf II : N. Opticus (penglihatan), coba gerakkan jari telunjuk apakah
mata sapi tersebut mengikuti / tidak dan juga periksa dengan opthalmoscope
•
Syaraf III : N. Oculomotorius
•
Syaraf IV: N. Trochlearis
•
Syaraf V : N. Trigeminus, lakukan rangsangan dan perhatikan reaksinya
pada otot – otot daerah kepala, mata, saliva dan lakrimasi.
•
Syaraf VI : N. Abducens, perhatikan gerakan palpebra atas, bola mata dan
pupil.
•
Syaraf VII : N. Facialis (wajah), Perhatikan hewan apakah nampak bodoh
(kelumpuhan bilateral) atau muka/bibir menggantung sebelah (perot) pada
kelumpuhan unilateral.
•
Syaraf VIII : N. Auditorius (pendengaran/ keseimbangan), Perhatikan
apakah hewan miring kesebelah, sempoyongan dan panggil hewan tersebut.
Selanjutnya lakukan pemeriksaan dengan otoskop.
•
Syaraf IX : N. Glossopharyngeus, buka mulut, rangsang bagian belakang
pharynk
•
Syaraf X : N. Vagus, menginervasi organ – organ visceral
•
Syaraf XI : N. Spinalis Accesssorius, perhatikan scapula: pada paralisa
unilateral salah satu scapula menggantung (kelumpuhan syaraf yang menginerfasi
m. Trapezius/ m. Sternocephalicus).
•
Syaraf XII : N. Hypoglossus, perhatikan lidah menjulur keluar (paralisa
bilateral) atau menjulur ke salah satu sisi mulut (paralisa unilateral) (Indarjulianto,
2011).
Syaraf perifer
Stimulasi dapat dilakukan dengan cara meraba,
memijit, menusuk, mencubit dengan jari atau dengan pinset.
•
Reflek superficial
- Reflek conjunctiva (untuk serabut sensorik dari
cabang ophtalmic dan cabang maxillaris syaraf cranial V)
- Reflek cornea (untuk serabut sensorik dari cabang
ophtalmic dan cabang maxillaris syaraf cranial V)
- Reflek pupil (N. Opticus sensorik, N.
Occulomotorius motorik, lakukan dengan cara menutup salah satu mata, buka, dan
liat kecepatan reaksi pengecilan pupil
- Reflek perineal (N. Spinalis), sentuh perineum,
perhatikan reaksinya
- Reflek pedal, sentuh dan pijit pada bagian
interdigiti, perhatikan reaksi aecus reflek
•
Reflek profundal (hubungan neuromuscular)
- Reflek patella, pukul ligamentum patella mediale.
Bila reflek bagus m. quadriceps femoris akan berkontraksi mendadak/ tampak
menendang.
- Reflek tarsal, lakukan perkusi pada tendo
achilles, bila refleknya baik maka m. gastrocnemicus akan kontraksi (tampak
menendang)
•
Reflek organik
- Reflek menelan, koordinasi neuromuscular didaerah
pharynx dan esophagus, gangguan mekanisme ini terjadi pada tetanus, keracunan,
paralisis
- Reflek respirasi, pusat reflek di medulla
oblongata, otak, medulla spinalis daerah thorax
- Reflek defekasi, syaraf yang menginervasi
spincter ani (Indarjulianto, 2011).
g.
Sistem urogenital
Dengan pembedaan
jenis kelamin, penetuan oragn genital apa saja yang harus diperiksa. Inspeksi
abnormalitas, seperti leleran, bau, warna dan lainnya. Palpasi bentuk dan
kedudukan organ genital. Pada glandula mamae, inspeksi dan palpasi permukaan
kulit, konsistensi, palpasi ruangan-ruangan dalam kelenjar mamae. Palpasi
puting dan perhatikan bentuk dan kedudukannya. Periksa sekret mamae (warna,
bau, jonjot). Periksa organ uropotika, cara urinasi. Palpasi ginjal dan vesica
urinaria. Kateterisasi dan pemeriksaan urin, warna dan baunya (Indarjulianto, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Indarjulianto, S.
Raharjo, Slamet. Widiyono, Irkham. 2011. Diagnosa
Klinik Veteriner. Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKH-UGM
McCurnin D.M. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. London : W. B.
Saunders
Rahardjo, S. 2009. Handling and Restraint Cat. Yogyakarta : FKH-UGM
Surono. 2008. Petunjuk Praktikum Diagnosa Klinik Veteriner.
Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKH-UGM
No comments:
Post a Comment