Wednesday, 29 May 2013

Blok 12 UP 1


LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana cara registrasi dan anamnesa?
2.      Bagaimana handling dan restrain anjing?
3.      Bagaimana prosedur pemeriksaan umum dan khusus Anjing?



PEMBAHASAN
1.    Cara Registrasi dan Anamnesa
REGISTRASI

Registrasi berisi informasi penting mengenai klien dan pasien. Informasi mengenai klien meliputi nama, alamat lengkap dan nomor telepon. Sedangkan informasi mengenai pasien meliputi ras, jenis kelamin, umur, tanda-tanda spesifik pada tubuh hewan. Tanda-tada spesifik pada tubuh hewan contohnya berat badan dan warna bulu.

Fungsi penting dari registrasi yaitu :
1.      Sebagai pengigat terutama pada pasien-pasien yang kasusnya pernah ditangani.
2.      Mempermudah komunikasi dengan kolega terutama dalam hal perujukan.
3.      Efisiensi terutama dalam pembuatan medical report pasien.
4.      Pembuatan dokumentasi untuk memonitor pasien yang dirujuk.
5.      Membantu mengarahkan diagnosa.

-Isi dari registrasi :
  Data pemilik à nama, alamat tempat tinggal dan data lain yang menunjang pemeriksaan pasien
  Data pasien à nama, breed, sex, age, spesific pattern (warna, tipe rambut, anatomi special, tato,umur)

ANAMNESA
Anamnesa adalah proses wawancara antara dokter dengan klien mengenai riwayat medis pasien, lingkungan, kebiasaan hewan, dan gejala-gejala abnormal yang dialami anjing. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam anamnesa diantaranya sebagai berikut :
1.      Diusahakan untuk memberi pertanyaan kepada  klien yang bersifat terbuka dan hindari pertanyaan yang jawabannya iya atau tidak. Dokter disarankan untuk menstimulasi klien untuk memberikan pertanyaan yang bersifat deskriptif tentang pasien, contohnya mengenai kondisi lingkungan hidup pasien. Contoh bentuk pertanyaan : “Bagaimana kondisi lingkungan hidup anjing ini, tolong dijelaskan mengenai kebiasaan hidup anjing Bapak?”.
2.      Menghindari pertanyaan yang jawabannya bersifat memilih.
3.      Diusahakan untuk tidak memberikan pertanyaan yang beruntun pada klien.
4.      Diusahakan untuk menghindari pertanyaan yang sifatnya hanya untuk memastikan.
5.      Ketika klien menceritakan hal diluar informasi yang diinginkan, dokter harus dapat menginterupsi untuk mengalihkan ke informasi yang diinginkan.
6.      Segala bentuk interupsi harus tetap menjaga kaidah etika dan kesopanan.

2.    Handling dan Restrain Anjing
Handling cara menangani hewan dengan tangan kosong agar hewan tenang dan tidak stress sehingga mempermudah perlakuan. Restrain adalah cara menguasai hewan dengan bantuan alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan dengan cara aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri(McCurnin, 1985).
a.      Fisik
Membrangus.Pastikan ukuran moncong yang akan dibrangus sudah tepat dan tali pengikatnya juga sudah pas. Dekati anjing dari samping atau dari belakang. Pegang tengkuk dibelakang telinga dengan erat (bisa dengan bantuan asisten). Ikatkan tali melalui moncong anjing dan buat simpul dibawah moncong. Kemudian lanjut dengan simpul ikatan dibelakang kepala dengan kuat dan kencang(Crow, 2009).

Restrain anjing dengan posisi duduk
Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga lengan memegang kepala anjing aman terhadap restrainer tubuh. Tempatkan lengan lain di sekitar kaki belakang untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama prosedur. Menarik anjing dekat dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu mencoba untuk bergerak (Crow, 2009).



Restraint anjing dengan posisi berdiri
Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga memegang lengan kepala anjing aman. Kepala harus sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing menggigit salah satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan di bawah perut untuk mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk memungkinkan  kontrol lebih jika binatang itu mencoba untuk bergerak (Crow, 2009).
Restrain anjing dalam posisi rebah lateral
Dengan anjing di posisi berdiri, raih seluruh kaki anjing dan peganglah kaki depan dan belakang dan dekatkan dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari meja (atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-lahan.Gunakan lengan untuk menekan di sisi  kepala, sehingga mengurangi pergerakan kepala serta sedikit tekan panggul anjing dengan siku(Crow, 2009).
b.      Farmakologik
Golongan obat-obatan tranquilizer / sedativa adalah golongan phenotiazine, benzodiazepin, dan thiazine, bekerja terhadap susunan syaraf pusat yang menghasilkan ketenangan dan tranquil, tetapi obat-obatan ini dapat juga mengakibatkan ataksia dan prolaps membran nictitans dan kebanyakan obat-obatan ini tidak menimbulkan efek analgesik (Boothe, 2001).
Golongan Phenotiazin adalah Acepromazine maleat, chlorpromazine hydrochloride, tri flupromazine HCl. Golongan obat preanastesi yang dipakai sebgai sedasi ini tidak bersifat mendepresi pernafasan dan mempunyai efek minimal pada jantung sehingga sangat efektif digunakan pada semua spesies hewan. Aplikasi secara SC, IM, OV (dengan pengawasan). Efek klinis golongan obat ini sedasi, anti muntah, antiaritmia, antihistamin, vasodilatasi pembuluh darah perifer, dapat mengakibatkan kekejangan (Boothe, 2001).
Golongan Benzodiazepin adalah diazepam, midozolan dan lorazepam. Efek golongan obat ini menghambat GABA (gama aminobutiric acid) dan menghambat neurotransmiter hewan, anti gelisah, relaksasi otot, antikonvulsan, efek minimalis pada sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Tidak disarankan untuk diberikan pada hewan yang baru lahir dan hewan yang menderita disfungsi hati karena golongan obat ini sangat sukar di metabolisir oleh hati (Boothe, 2001).
Golongan Thiazine antara lain xylazin, medetomidin, deltomidin, romitidin diklasifikasikan sebagai alpha-2 adrenoreceptor agonist yang merangsang reseptor alpha-2 adrenoreceptor yang menyebabkan penurunan tingkatan transmisi neuro norepinephrin dalam otak yang menghasilkan efek sedasi dan analgesia, relaksasi otot terjadi karena penghambatan refleks dalam susunan sayaraf pusat (SSP) (Boothe, 2001).
Xylazin dikemas dalam bentuk larutan 2% (20 mg/ml) untuk hewan kecil, dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasi dengan ketamine, opoid dengan aplikasi IM atau IV. Antidota xylazin adalah yohimbin dengan dosis 0,1 mg/kg BB secara IV.
Medetomidin dapat diaplikasikan secara IM atau IV , onset secara IV 1 menit dan 5 menit bila diberikan secara IM, sedangkan durasinya selama 45-90 menit. Untuk antidota medetomidin dapat diberikan atipamezol dengan dosis 0,1 – 0,4 mg/kg BB secara IM/IV (Boothe, 2001).

3.    Pemeriksaan umum dan khusus Anjing
a.      PemeriksaanUmum
Inspeksi
Meliputi melihat, membau dan mendengarkan tanpa alat bantu dalam jarak dekat, sedangkan dalam jarak jauh disebut adspeksi.Usahakan agar hewan tenang dan tidak menaruh curiga kepada pemeriksa.Lakukan inspeksi dari jauh dan inspeksi dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan lubang alami, aksi dan suara(Widioyono, 2001).
Pulsus dan Nafas
Pemeriksaan pulsus pada hewan kecil dapat dilakukan dengan meraba arteri femoralis. Dan pemeriksaan nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya dengan : melihat kembang kempisnya daerah toraco-abdominalis dan dengan cara menempelkan telapak tangan di depan cuping hidung (petunjuk praktikum DKV, 2008).
Pemeriksaan pulsus dilakukan dengan metode palpasi. Hal yang diperhatikan dalam pemeriksaan pulsus adalah frekuensi, tipe, ritme, kesetaraan, dan kualitas. Pemeriksaan terhadap pembuluh darah dilakukan dengan metode adspeksi dan palpasi dan mencakup pemeriksaan waktu pengisian kapiler, tegangan pembuluh darah, dan system vena (Widioyono, 2001).
Frekuensi pulsus normal pada anjing : 76-148 (denyut/menit). Frekuensi nafas normal pada anjing : 24-42/menit
Suhu Tubuh
Temperatur tubuh internal diukur dengan mengukur suhu rectal dengan menggunakan thermometer. Suhu tubuh menunjukkan adanya variasi sepanjang hari dan dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti penyakit, status hormonal dan aktifitas hewan (Widioyono, 2001).
Suhu tubuh normal pada anjing menurut: 37,8-39,5. Bila ada hal yang meragukan misalnya radang anus lokal atau anus kendur, maka akan dapat dilakukan mengukur suhu tubuh pada cavum oris. Hasil yang didapat ditambahkan 0,50C karena adanya evaporasi (penguapan)(Widioyono, 2001).
Selaput lendir
Pemeriksaan terhadap selaput lendir dilakukan dengan metode adspeksi/inspeksi. Hal-hal yang diperhatikan meliputi warna, eksret, dan berbagai perubahan yang ada. Selain itu bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan kimiawi, mikroskopik, parasitologi, dan mikrobilogi terhadap eksret yang ada. Pemeriksaan selaput lender meliputi : Konjungtiva mata; selaput lender mulut dan hidung, vagina/vulva, penis, preputium; rectum(Widioyono, 2001).

b.      PemeriksaanKhusus
ALAT PENCERNAAN
Mulut, pharynk dan esophagus
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan membuka mulut anjing kemudian melakukan inspeksi. Yang perlu diperhatikan dalam inspeksi adalah selaput lendir, mulut, pharynk, lidah, gusi dan gigi. Apakah terdapat lesi, perubahan warna, atau benda asing yang terdapat didalamnya(Julianto, 2002).
Abdomen
Lakukan inspeksi dengan cermat, bila perut membesar perlu diperiksa lebih lanjut, apakah pembesaran tersebut disebabkan adanya anomali dari rongga peritoneum, vesica urinaria, uterus atau bagian lain di dalam rongga perut disamping apakah isinya cairan eksudat, limfe, air, ketuban dan sebagainya. Benda padat baik bagian isi abdomen sendiri yang membesar, bentuk abnormal (tubuh ganda) atau benda asing. Lakukan palpasi rongga perut, tekanan ujung jari tangan kanan dari dua sisi perut sampai kedua ujung jari bersentuan atau hanya di batasi oleh benda atau organ di dalam perut penebalan usus, hepar, gastrium, benda asing, tinja dan sebagainya, manfaatkan pula kesempatan ini untuk mencoba organ lain kecuali alat pencernaan (vesika urinaria, ren, dan lain sebagainya). Pada hewan kecil, palpasi dapat dilakukan dengan meneteskan ibu jari di satu sisi dan ujung jari di sisi sebelahnya. Lakukan auskultasi dari sebelah kanan maupun sebelah kiri untuk mengetahui peristaltik. Lanjutkan dengan pemeriksaan rectum, lakukan eksplorasi dengan jari kelingking pakailah sarung tangan dari karet atau plastik dan beri pelicin yang tidak merangsang. Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus dan rektum(Julianto, 2002; Widiono, 2001).

SISTEM PERNAPASAN
Hidung
Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang keluar. Periksa suhu lokal hidung dengan meraba cuping hidung mengggunakan punggung tangan pada dinding luar hidung. Letakan kapas didepan hidung dan lihat reaksi. Lakukan perkusi didaerah sinus frontalis dan dengarkan suaranya(Julianto, 2002).
Larynx, Trachea
Periksa organ-organ dari luar untuk mengetahui adanya reaksi tertentu. Lakukan palapasi dari luar perhatikan reaksi dan suhunya. Perhatikan limfoglandula regional(Julianto, 2002).
Rongga dada
Tentukan daerah perkusi/auskultasi paru-paru, dan gambarkan dengan meletakan garis batas depan sejajar vertical, daerah kanan disebelah kiri dan daerah kiri disebelah kanan kertas. Lakukan auskultasi dan perhatikan ahasilnya. Bandingkan dengan hasil auskultasi pada daerah trachea. Lakukan perkusi digital dengan membaringkan anjing pada alas yang kompak, perhatikan suara perkusi yang dihasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae, Perhatian adanya nyeri pada pleura dan adanya edema subcutis. Dapat juga dilakukan pemeriksaan radiologi (Julianto, 2002).

SISTEM PEREDARAN DARAH
Perhatikan adanya kelaianan alat peredaran darah seperti anemia, hyperemi, ikhterus dan sianosis, pulsus venosus kelaianan pada denyut nadi, sikap atau tingkah hewan. Periksalah frekuensi nafas, irama, dan kualitas pulsus atau nadi. Lakukan pemerikasaan secar inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah jantung dan catat (normal 76-148 per menit). Perhatikan kemungkinan adanya pulsasi didareh vena jugularis, periksa di 1/3 daerah leher. Periksa keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan selaput lendir/mukosa(Julianto, 2002).

SISTEM LIMFATIK
Lakukan inspeksi kemungkinan adana kebengkaakn limfoglandula. Perhatikan letak-letak limfogandula seperti lgl. Submaxillaris, lgl. Paratidea, lg. retropharyngealis, lgl. Cervicalis, lgl. Axilaris, lgl. Perscapularis, lgl. Inguinalis, lgl. Poplitea, lgl. Mesenterialis.Lakukan palpasi didaerah lgl tersebut, perhatikan reaksi panas, besar dan konsistensinya serta simetrisnya antara kanan dan kiri(Julianto, 2002).

KULIT DAN RAMBUT
Melihat kilau, keutuhan, anliege (kerapianatau keteraturan), pigmentasiatauwarna, panjang, pendek, pertumbuhan. Kerontokan bulu yang berlebihan dapat menandakan anjing dalam keadaan kurang sehat. Pigmentasi dapat menurun jika kekurangan nutrisi/gangguan saraf. Anjing yang gatal akan menggosok bulunya atau menggigit kulit(Julianto, 2002).
Melakukan palpasi terhadap ketebalan, rasa sakit, kelembaban (bila dehidrasi maka kelembaban turun), elastisitas (jika dehidrasi maka elastisitas menurun), temperatur (dapat meningkat karena peningkatan temperatur tubuh secara umum atau karena peningkatan aliran darah local dan juga dapat turun karena ada gangguan aliran darah atau sirkulasi umum), bentuk,ukuran, konsistensi (Julianto, 2002).

SISTEM LOKOMOTOR
Perhatikan posisi, cara berdiri dan berjalan anjing. Periksa muskuli dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri, serta melakukan palpasi perhatikan pula suhu, kontur adanya rasa nyeri dan pengerasan. Untuk pemeriksaan tulang perhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakan apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitas (fraktur). Pemerikasaan radiologi bila perlu. Persendian dengan inspeksi cara berjalan, keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada penebalan, cairan, gerak-gerakan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan sendi(Julianto, 2002; Widiono, 2001).

SISTEM UROPETIKA
Perhatikan sikap hewan pada waktu kencing. Amati urin yang keluar, perhatikan warna, bau dan adanya anomali. Lakukan palpasi didaerah lumbal untuk mencari letak ginjal, perhatikan reaksi, besar, konsistensi, dan simetrisnya. Palapasi pad rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan menggunakan kateter. Palapasi dalam keadaan kosong dari vesika urinaria, raba kemungkinan adanya benda asing atau adanya pembengkakan / penebalan dinding vesika urinaria(Julianto, 2002 ; Widiono, 2001).

DAFTAR PUSTAKA
Aspinall, Victoria. 2006. The Complete Text Book Of Veterinary Nursing. New York : Elsevier, Butterworth Heinemann.
Boothe, Dawn M. 2001. Small Animal Clinical Pharmacology and Therapeutics. USA : W.B.      Saunders Company.
Crow.Steven.E.2009.Manual of Clinical Procedures In Dogs, Cats, Rabbits, and Rodents.Wiley Blackwell.
Dharmojono. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner Hewan Kecil. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Julianto, dkk. 2002. Penuntun DiagnosaKlinikVeteriner. Yogyakarta : Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM. 
McCurnin D.M. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technicians. London : W. B. Saunders
Widiyono, Irkham. 2001. Diagnosa Klinik. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

No comments:

Post a Comment