1.
Bagaimana cara
registrasi dan anamnesa?
2.
Bagaimana
handling dan restrain anjing?
3.
Bagaimana
prosedur pemeriksaan umum dan khusus Anjing?
PEMBAHASAN
1.
Cara Registrasi
dan Anamnesa
REGISTRASI
Registrasi berisi informasi penting mengenai klien dan pasien.
Informasi mengenai klien meliputi nama, alamat lengkap dan nomor telepon.
Sedangkan informasi mengenai pasien meliputi ras, jenis kelamin, umur,
tanda-tanda spesifik pada tubuh hewan. Tanda-tada spesifik pada tubuh hewan
contohnya berat badan dan warna bulu.
Fungsi penting dari
registrasi yaitu :
1. Sebagai pengigat
terutama pada pasien-pasien yang kasusnya pernah ditangani.
2. Mempermudah
komunikasi dengan kolega terutama dalam hal perujukan.
3. Efisiensi terutama
dalam pembuatan medical report pasien.
4. Pembuatan
dokumentasi untuk memonitor pasien yang dirujuk.
5. Membantu mengarahkan
diagnosa.
-Isi dari registrasi
:
• Data pemilik à nama, alamat tempat tinggal dan data lain yang menunjang
pemeriksaan pasien
• Data pasien à nama, breed, sex, age, spesific
pattern (warna, tipe rambut, anatomi special, tato,umur)
ANAMNESA
Anamnesa adalah proses wawancara antara dokter dengan klien
mengenai riwayat medis pasien, lingkungan, kebiasaan hewan, dan gejala-gejala
abnormal yang dialami anjing. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
anamnesa diantaranya sebagai berikut :
1. Diusahakan untuk
memberi pertanyaan kepada klien yang
bersifat terbuka dan hindari pertanyaan yang jawabannya iya atau tidak. Dokter
disarankan untuk menstimulasi klien untuk memberikan pertanyaan yang bersifat
deskriptif tentang pasien, contohnya mengenai kondisi lingkungan hidup pasien.
Contoh bentuk pertanyaan : “Bagaimana kondisi lingkungan hidup anjing ini,
tolong dijelaskan mengenai kebiasaan hidup anjing Bapak?”.
2. Menghindari pertanyaan
yang jawabannya bersifat memilih.
3. Diusahakan untuk
tidak memberikan pertanyaan yang beruntun pada klien.
4. Diusahakan untuk
menghindari pertanyaan yang sifatnya hanya untuk memastikan.
5. Ketika klien
menceritakan hal diluar informasi yang diinginkan, dokter harus dapat
menginterupsi untuk mengalihkan ke informasi yang diinginkan.
6. Segala bentuk
interupsi harus tetap menjaga kaidah etika dan kesopanan.
2.
Handling dan
Restrain Anjing
Handling cara menangani hewan dengan tangan
kosong agar hewan tenang dan tidak stress sehingga mempermudah
perlakuan. Restrain adalah cara menguasai
hewan dengan bantuan alat agar hewan dapat lebih mudah diberi perlakuan dengan
cara aman baik untuk pemeriksa dan hewan itu sendiri(McCurnin, 1985).
a. Fisik
Membrangus.Pastikan ukuran moncong yang akan dibrangus
sudah tepat dan tali pengikatnya juga sudah pas. Dekati anjing dari samping
atau dari belakang. Pegang tengkuk dibelakang telinga dengan erat (bisa dengan
bantuan asisten). Ikatkan tali melalui moncong anjing dan buat simpul dibawah
moncong. Kemudian lanjut dengan simpul ikatan dibelakang kepala dengan kuat dan
kencang(Crow, 2009).
Restrain anjing dengan posisi duduk
Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga lengan memegang kepala
anjing aman terhadap restrainer tubuh. Tempatkan lengan lain di sekitar kaki
belakang untuk mencegah anjing dari berdiri atau berbaring selama prosedur.
Menarik anjing dekat dengan dada lebih memungkinkan kontrol jika binatang itu
mencoba untuk bergerak (Crow, 2009).
Restraint anjing dengan posisi berdiri
Tempatkan satu tangan di bawah leher anjing sehingga memegang lengan kepala
anjing aman. Kepala harus sedemikian rupa sehingga tidak mungkin untuk anjing
menggigit salah satu pemegang atau orang melakukan prosedur. Tempatkan lengan
di bawah perut untuk mencegah anjing dari duduk atau berbaring selama. prosedur. Menarik anjing dekat tubuh untuk
memungkinkan kontrol lebih jika binatang
itu mencoba untuk bergerak
(Crow, 2009).
Restrain anjing
dalam posisi rebah lateral
Dengan anjing di
posisi berdiri, raih seluruh kaki anjing dan peganglah kaki depan dan belakang
dan dekatkan dengan tubuh handler. Perlahan-lahan angkat kaki anjing dari meja
(atau lantai), dan biarkan tubuhnya meluncur perlahan-lahan.Gunakan lengan untuk
menekan di sisi kepala, sehingga
mengurangi pergerakan kepala serta sedikit tekan panggul anjing dengan siku(Crow, 2009).
b. Farmakologik
Golongan obat-obatan tranquilizer / sedativa adalah
golongan phenotiazine, benzodiazepin, dan thiazine, bekerja terhadap susunan
syaraf pusat yang menghasilkan ketenangan dan tranquil, tetapi obat-obatan ini
dapat juga mengakibatkan ataksia dan prolaps membran nictitans dan kebanyakan
obat-obatan ini tidak menimbulkan efek analgesik (Boothe, 2001).
Golongan Phenotiazin
adalah Acepromazine maleat, chlorpromazine hydrochloride, tri flupromazine HCl.
Golongan obat preanastesi yang dipakai sebgai sedasi ini tidak bersifat
mendepresi pernafasan dan mempunyai efek minimal pada jantung sehingga sangat
efektif digunakan pada semua spesies hewan. Aplikasi secara SC, IM, OV (dengan
pengawasan). Efek klinis golongan obat ini sedasi, anti muntah, antiaritmia,
antihistamin, vasodilatasi pembuluh darah perifer, dapat mengakibatkan
kekejangan (Boothe, 2001).
Golongan Benzodiazepin
adalah diazepam, midozolan dan lorazepam. Efek golongan obat ini menghambat
GABA (gama aminobutiric acid) dan menghambat neurotransmiter hewan, anti
gelisah, relaksasi otot, antikonvulsan, efek minimalis pada sistem pernafasan
dan kardiovaskuler. Tidak disarankan untuk diberikan pada hewan yang baru lahir
dan hewan yang menderita disfungsi hati karena golongan obat ini sangat sukar
di metabolisir oleh hati
(Boothe, 2001).
Golongan Thiazine antara lain
xylazin, medetomidin, deltomidin, romitidin diklasifikasikan sebagai alpha-2
adrenoreceptor agonist yang merangsang reseptor alpha-2 adrenoreceptor yang
menyebabkan penurunan tingkatan transmisi neuro norepinephrin dalam otak yang
menghasilkan efek sedasi dan analgesia, relaksasi otot terjadi karena penghambatan
refleks dalam susunan sayaraf pusat (SSP) (Boothe, 2001).
Xylazin dikemas dalam bentuk larutan 2% (20 mg/ml)
untuk hewan kecil, dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasi dengan
ketamine, opoid dengan aplikasi IM atau IV. Antidota xylazin adalah yohimbin
dengan dosis 0,1 mg/kg BB secara IV.
Medetomidin dapat diaplikasikan secara IM atau IV ,
onset secara IV 1 menit dan 5 menit bila diberikan secara IM, sedangkan
durasinya selama 45-90 menit. Untuk antidota medetomidin dapat diberikan
atipamezol dengan dosis 0,1 – 0,4 mg/kg BB secara IM/IV (Boothe, 2001).
3.
Pemeriksaan
umum dan khusus Anjing
a.
PemeriksaanUmum
Inspeksi
Meliputi melihat,
membau dan mendengarkan tanpa alat bantu dalam jarak dekat, sedangkan dalam
jarak jauh disebut adspeksi.Usahakan agar hewan tenang dan tidak menaruh curiga
kepada pemeriksa.Lakukan inspeksi
dari jauh dan inspeksi dekat terhadap pasien secara menyeluruh dari segala arah
serta perhatikan keadaan sekitarnya. Perhatikan ekspresi
muka, kondisi tubuh, pernafasan, keadaan abdomen, posisi berdiri, keadaan
lubang alami, aksi dan suara(Widioyono, 2001).
Pulsus dan Nafas
Pemeriksaan
pulsus pada hewan kecil dapat dilakukan dengan meraba arteri femoralis. Dan
pemeriksaan nafas dengan menghitung frekuensi dan memperhatikan kualitasnya
dengan : melihat kembang kempisnya daerah toraco-abdominalis dan dengan cara
menempelkan telapak tangan di depan cuping hidung (petunjuk praktikum DKV,
2008).
Pemeriksaan
pulsus dilakukan dengan metode palpasi. Hal yang diperhatikan dalam pemeriksaan
pulsus adalah frekuensi, tipe, ritme, kesetaraan, dan kualitas. Pemeriksaan
terhadap pembuluh darah dilakukan dengan metode adspeksi dan palpasi dan
mencakup pemeriksaan waktu pengisian kapiler, tegangan pembuluh darah, dan
system vena (Widioyono, 2001).
Frekuensi
pulsus normal pada anjing : 76-148 (denyut/menit). Frekuensi nafas normal pada
anjing : 24-42/menit
Suhu Tubuh
Temperatur
tubuh internal diukur dengan mengukur suhu rectal dengan menggunakan
thermometer. Suhu tubuh menunjukkan adanya variasi sepanjang hari dan dapat
dipengaruhi oleh berbagai hal seperti penyakit, status hormonal dan aktifitas
hewan (Widioyono, 2001).
Suhu
tubuh normal pada anjing menurut: 37,8-39,5. Bila ada hal yang meragukan
misalnya radang anus lokal atau anus kendur, maka akan dapat dilakukan mengukur
suhu tubuh pada cavum oris. Hasil yang didapat ditambahkan 0,50C
karena adanya evaporasi (penguapan)(Widioyono, 2001).
Selaput lendir
Pemeriksaan
terhadap selaput lendir dilakukan dengan metode adspeksi/inspeksi. Hal-hal yang
diperhatikan meliputi warna, eksret, dan berbagai perubahan yang ada. Selain
itu bila perlu dapat dilakukan pemeriksaan kimiawi, mikroskopik, parasitologi,
dan mikrobilogi terhadap eksret yang ada. Pemeriksaan selaput lender meliputi :
Konjungtiva mata; selaput lender mulut dan hidung, vagina/vulva, penis, preputium;
rectum(Widioyono, 2001).
b.
PemeriksaanKhusus
ALAT PENCERNAAN
Mulut, pharynk dan esophagus
Pemeriksaan
dapat dilakukan dengan membuka mulut anjing kemudian melakukan inspeksi. Yang
perlu diperhatikan dalam inspeksi adalah selaput lendir, mulut, pharynk,
lidah, gusi dan gigi. Apakah terdapat lesi, perubahan warna, atau benda asing
yang terdapat didalamnya(Julianto, 2002).
Abdomen
Lakukan
inspeksi dengan cermat, bila perut membesar perlu diperiksa lebih lanjut,
apakah pembesaran tersebut disebabkan adanya anomali dari rongga
peritoneum, vesica urinaria, uterus atau bagian lain di dalam rongga perut
disamping apakah isinya cairan eksudat, limfe, air, ketuban dan sebagainya.
Benda padat baik bagian isi abdomen sendiri yang membesar, bentuk abnormal (tubuh
ganda) atau benda asing. Lakukan palpasi rongga perut, tekanan ujung jari
tangan kanan dari dua sisi perut sampai kedua
ujung jari bersentuan atau hanya di batasi oleh benda
atau organ di dalam perut penebalan usus,
hepar, gastrium, benda asing, tinja dan sebagainya, manfaatkan pula kesempatan
ini untuk mencoba organ lain kecuali alat pencernaan (vesika urinaria, ren,
dan lain sebagainya). Pada hewan kecil, palpasi dapat dilakukan dengan
meneteskan ibu jari di satu sisi dan ujung jari di sisi sebelahnya. Lakukan auskultasi
dari sebelah kanan maupun sebelah kiri untuk mengetahui peristaltik. Lanjutkan dengan
pemeriksaan rectum, lakukan eksplorasi
dengan jari kelingking pakailah sarung tangan dari karet atau plastik dan beri pelicin yang tidak
merangsang. Perhatikan kemungkinan adanya rasa nyeri pada anus dan rektum(Julianto,
2002; Widiono, 2001).
SISTEM PERNAPASAN
Hidung
Perhatikan keadaan hidung dan leleran yang
keluar. Periksa suhu lokal hidung dengan meraba cuping hidung mengggunakan
punggung tangan pada dinding luar hidung. Letakan kapas didepan hidung dan
lihat reaksi. Lakukan perkusi didaerah sinus frontalis dan dengarkan suaranya(Julianto, 2002).
Larynx, Trachea
Periksa organ-organ dari luar untuk mengetahui adanya reaksi
tertentu. Lakukan palapasi
dari luar perhatikan reaksi dan suhunya. Perhatikan limfoglandula regional(Julianto, 2002).
Rongga dada
Tentukan daerah perkusi/auskultasi paru-paru, dan gambarkan dengan
meletakan garis batas depan sejajar vertical, daerah kanan disebelah kiri dan
daerah kiri disebelah kanan kertas. Lakukan auskultasi
dan perhatikan ahasilnya. Bandingkan dengan hasil auskultasi pada daerah
trachea. Lakukan perkusi digital dengan
membaringkan anjing pada alas yang kompak, perhatikan suara perkusi yang
dihasilkan. Lakukan palpasi pada intercostae,
Perhatian adanya nyeri pada pleura dan adanya edema subcutis. Dapat
juga dilakukan pemeriksaan radiologi (Julianto, 2002).
SISTEM PEREDARAN
DARAH
Perhatikan adanya kelaianan alat peredaran darah seperti anemia,
hyperemi, ikhterus dan sianosis, pulsus venosus kelaianan pada denyut nadi,
sikap atau tingkah hewan. Periksalah frekuensi
nafas, irama, dan kualitas pulsus atau nadi. Lakukan
pemerikasaan secar inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi pada daerah
jantung dan catat (normal 76-148 per menit). Perhatikan
kemungkinan adanya pulsasi didareh vena jugularis, periksa di 1/3 daerah leher. Periksa
keadaan pembuluh darah perifer dengan pemeriksaan
selaput lendir/mukosa(Julianto, 2002).
SISTEM LIMFATIK
Lakukan inspeksi kemungkinan adana kebengkaakn limfoglandula.
Perhatikan letak-letak limfogandula seperti lgl. Submaxillaris, lgl. Paratidea,
lg. retropharyngealis, lgl. Cervicalis, lgl. Axilaris, lgl. Perscapularis, lgl.
Inguinalis, lgl. Poplitea, lgl. Mesenterialis.Lakukan palpasi didaerah lgl
tersebut, perhatikan reaksi panas, besar dan konsistensinya serta simetrisnya
antara kanan dan kiri(Julianto, 2002).
KULIT DAN RAMBUT
Melihat kilau,
keutuhan, anliege (kerapianatau keteraturan),
pigmentasiatauwarna, panjang, pendek, pertumbuhan.
Kerontokan bulu yang berlebihan dapat menandakan anjing dalam keadaan kurang
sehat. Pigmentasi dapat menurun jika kekurangan nutrisi/gangguan saraf. Anjing
yang gatal akan menggosok bulunya atau menggigit kulit(Julianto, 2002).
Melakukan palpasi terhadap ketebalan, rasa
sakit, kelembaban (bila dehidrasi maka kelembaban turun), elastisitas (jika
dehidrasi maka elastisitas menurun), temperatur (dapat meningkat karena
peningkatan temperatur tubuh secara umum atau karena peningkatan aliran darah
local dan juga dapat turun karena ada gangguan aliran darah atau sirkulasi
umum), bentuk,ukuran, konsistensi (Julianto, 2002).
SISTEM LOKOMOTOR
Perhatikan posisi,
cara berdiri dan berjalan anjing. Periksa muskuli
dengan membandingkan ekstremitas kanan dan kiri, serta melakukan palpasi
perhatikan pula suhu, kontur adanya rasa nyeri dan pengerasan. Untuk
pemeriksaan tulang perhatikan bentuk, panjang dan keadaan. Coba gerak-gerakan
apakah ada rasa nyeri atau mungkin ada krepitas (fraktur). Pemerikasaan
radiologi bila perlu. Persendian
dengan inspeksi cara berjalan, keadaan persendian, lakukan palpasi apakah ada
penebalan, cairan, gerak-gerakan, perhatikan adanya rasa nyeri, atau kekakuan
sendi(Julianto, 2002; Widiono, 2001).
SISTEM UROPETIKA
Perhatikan sikap hewan pada waktu kencing. Amati urin yang keluar,
perhatikan warna, bau dan adanya anomali. Lakukan palpasi didaerah lumbal untuk
mencari letak ginjal, perhatikan reaksi, besar, konsistensi, dan simetrisnya. Palapasi
pad rongga perut pada waktu isi, kosongkan dengan menggunakan kateter. Palapasi
dalam keadaan kosong dari vesika urinaria, raba kemungkinan adanya benda asing
atau adanya pembengkakan / penebalan dinding vesika urinaria(Julianto, 2002 ; Widiono, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Aspinall, Victoria.
2006. The Complete Text Book Of
Veterinary Nursing. New York : Elsevier, Butterworth Heinemann.
Boothe, Dawn M. 2001. Small Animal Clinical Pharmacology and
Therapeutics. USA : W.B. Saunders
Company.
Crow.Steven.E.2009.Manual of Clinical Procedures In Dogs, Cats, Rabbits, and Rodents.Wiley
Blackwell.
Dharmojono. 2002. Kapita
Selekta Kedokteran Veteriner Hewan Kecil. Jakarta : Pustaka Populer Obor
Julianto, dkk. 2002. Penuntun DiagnosaKlinikVeteriner. Yogyakarta :
Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKH UGM.
McCurnin D.M. 1985. Clinical Textbook for Veterinary Technicians.
London : W. B. Saunders
Widiyono, Irkham. 2001. Diagnosa
Klinik. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
No comments:
Post a Comment