Wednesday, 23 April 2014

BLOK 17 UP 3



LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana Etiologi, Patogenesis, Gejala Klinis, Diagnosa, Penanganan dan Pencegahan pada ODF?
2.      Bagaimana pemberian ransum yang baik untuk kuda?


PEMBAHASAN
1.    ODF
Nama lain: Nutritional secondary hyperparathyroidism (NSHPT), bran disease, big head, miller’s disease, osteitis fibrosa, dan equine osteoporosis.
a.    Etiologi
Osteodistrofia fibrosa (ODF) terjadi saat usus tidak menyerap kalsium dengan cukup, karena diet defisiensi kalsium atau terlalu banyak mengandung fosfor, yang mengganggu uptake kalsium (Coumbe, 2001). Diet yang berisi fosfor/kalsium dengan rasio 3:1 atau lebih dapat menyebabkan ODF. Penyakit ini berhubungan dengan pakan yang terlalu banyak sekam padi atau gabah. Sekam yang mengandung fosfor tinggi akan meningkatkan absorpsi fosfor dan menurunkan absorpsi kalsium. Beberapa rumput mengandung oksalat yang tinggi, yang bisa mengikat kalsium dalam pakan membentuk kalsium oksalat (Ca(CO2)2) yang tidak larut pada pH tinggi, merupakan faktor predisposisi ODF (Reed, et al., 2004).
b.   Patogenesis
Tingginya kadar fosfat dan rendahnya kadar kalsium pada pakan akan menginduksi hiperplasia sel paratiroid kuda. Hiperphosphataemia secara langsung menstimulasi sekresi PTH dan menghambat sintesis 1,25(OH)2D (1,25-Dihydroxycholecalciferol, metabolit aktif dari vitamin D, yang penting dalam homeostasis kalsium dan fosfat) di ginjal. Fungsi utama 1,25(OH)2D adalah menstimulasi absorpsi Kalsium (Ca2+) dan fosfat di intestinum. Kalsium diserap di duodenum, dan fosfat di jejunum dan ileum. Karena 1,25(OH)2D menghambat ekspresi dan sintesis PTH, rendahnya konsentrasi 1,25(OH)2D menyebabkan hiperplasia sel paratiroid dan meningkatkan sekresi PTH (Reed, et al., 2004).
Meskipun terjadi defisiensi vitamin D dapat menyebabkan ODF pada spesies lain, tetapi sedikit bukti yang menunjukkan bahwa hipovitaminosis D menyebabkan ODF pada kuda (Reed, et al., 2004).
Terjadi resorpsi besar-besaran pada tulang dan penggantian dengan jaringan ikat. Pada kuda menyebabkan pembengkakan maxilla, mandibula, dan tulang frontal. Fraktur spontan pada tulang panjang dan rusuk sering terjadi (Reed, et al., 2004).
c.    Gejala dan Diagnosa
Karena kalsium dibuang dari tulang, akan digantikan dengan jaringan fibrous, menyebabkan tulang membesar. Pada kuda dewasa, paling mudah teramati pada tulang kepala (big head). Kondisi ini dapat dikelirukan dengan suture line exotosis, yang menyebabkan pembengkakan ringan di sepanjang garis sutura tengkorak. Pembengkakan ini disebabkan oleh respon proliferatif periosteum terhadap trauma.Kelumpuhan terjadi secara bertahap dan nyeri tulang dan sendi terjadi (Coumbe, 2001).
Secara patologi klinis menunjukkan adanya hipokalsemia dan hiperphos-phatemia. Konsentrasi PTH serum meningkat. Clearance kalsium dari fraksi urine rendah dan fosfat tinggi. Aktivitas alkaline phosphatase pada serum mungkin meningkat (Reed, et al., 2004).
Alkaline phosphatase (ALP) adalah enzim yang ditemukan pada membran berbagai tipe sel. Hepatic isoenzyme, meningkat pada penyakit empedu, disfungsi pituitari pars intermedia, atau terapi kortikosteroid. Bone isoenzyme, meningkat bersama peningkatan aktivitas osteoblas, yaitu saat lisis tulang, lesi proliferatif tulang, hiperparatiroidisme primer dan sekunder, serta pada hewan muda yang berkembang) (Wilson, 2011).
Radiografi Tulang
Telah diketahui bahwa terbentuknya citra radiografi adalah disebabkan oleh sinar-x yang setelah melalui objek tiba pada film dan merubah susunan kristal perak hallde menjadi butir perak berwarna hitam. Aksi sinar-x (kombinasi sinar-x dengan layar pendar) dan cahaya sangat dilipatgandakan oleh cairan pembangkit, tahap prosessing selanjutnya membuat citra menjadi permanen dan dapat diamati di depan viewer (Reed, et al., 2004).
Tujuan membuat citra adalah agar citra dapat dilihat dengan jelas, untuk itu citra harus memiliki bentuk yang tegas diiringi oleh adanya kontras radiografi yang cukup. Kontras radiografi adalah perbedaan terang diantara berbagai bagian citra, bagaimana sesuai dengan perbedaan daya serap bagian tubuh terhadap sinar-X. Struktur dan objek tidak akan terlihat, bila nilai kontras disekitarnya tidak cukup. Ada empat hal dari citra radiografi yang perlu dibedakan, yaitu:
1.      Bentuk jelas/tegas
2.      Detail/definition, menunjukkan bagian kecil dari objek dapat dilihat (ketajaman)
3.      Kontras radiografi, menunjukkan perbedaan terang (hitam/putih)
4.      Distorsi, perubahan bentuk dan ukuran pada citra radiografi.
Tulang yang menjadi sklerotik akan terlihat lebih radiopaque, sedangkan tulang yang mengalami demineralisasi akan terlihat lebih radioluscent. Perubahan ini hampir tidak kentara atau tidak dapat dideteksi, karena peningkatan sedikitnya 30% mineral pada matriks tulang dibutuhkan untuk menjadi jelas secara radiografi. Resorpsi rongga alveolar dan hilangnya lamina dura dentes pada gigi dapat terjadi sebelum terjadi perubahan radiografik, dan tulang panjang dapat terlibat hanya pada kasus yang lebih lanjut (Reed, et al., 2004).

d.   Penanganan
Pada kuda dengan murni masalah diet (pada hewan kecil, gagal ginjal dapat sebagai faktor), pengembalian diet dengan rasio kalsium/fosfor yang cukup akan menghilangkan gejala.Bran (kulit padi, sekam) memiliki fosfor yang tinggi sehingga jangan diberikan sebagai pakan utama kuda (Coumbe, 2001).
Suplementasi dengan kalsium karbonat (gamping) dan dikalsium fosfat pada pakan terbukti meningkatkan kesembuhan kuda dengan ODF. Untuk 2-3 bulan suplementasi kalsium diberikan dua kali sehari. Penambahan jerami alfalfa pada pakan dan pengurangan bijian dapat membantu. Air kapur gamping dapat menurunkan palatabilitas pakan, sehingga dibutuhkan penambahan molasse.
Pengurungan kuda yang menderita ODF berat dianjurkan. Penggunaan NSAIDs diberikan pada kuda dengan rasa sakit yang berat, tetapi diperhatikan bahwa obat tersebut dapat menyebabkan fraktur karena peningkatan aktivitas.
Kuda membutuhkan 9-12 bulan untuk sembuh secara sempurna dan untuk regresi lesi tulang. Pemilik harus menghindari penggunaan pakan yang mengandung oksalat tinggi. Bila perlu dilakukan penambahan 20 mg kalsium per kilogram dan 10 mg fosforus per kilogram berat badan per hari (Reed, et al., 2004).

2.    Ransum kuda
Ransum yang diberikan pada kuda tergantung kebutuhan kuda itu sendiri apabila energi yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar maka pemberian konsetrat juga harus tinggi. Beberapa hijauan atau tanaman pakan kuda subtropik yang mempunyai kualitas baik, yang telah dikenal golongan rumput: Bahia (Paspalum notatum Flügge), Bermuda (Cynodon dactylon (L.) Pers.), Digitaria (Digitaria decumbens Stent), Ryegrass (Lolium perenne L.), Pearlmillet (Pennisetum americanum (L.) Leeke); golongan biji-bijian: Rye (Lolium multiflorum Lam.), Wheat (Agropyron sp.) Oats (Avena sp), Triticale: dan legum: Rhizome peanut (Arachis sp), Alfalfa (Medicago sativa L), Alyceclover (Alysicarpusvaginalis), Crimson (Trifolium incarnatum L.), Redclover (Trifolium pratense) dan masih banyak yang lainnya seperti rumput Matua yang sangat baik pada saat kehamilan dan masa laktasi (Guay et al., 2002).
Pemberian  ransum pada kuda menurut Qisthon (2006) harus sesuai kebutuhan, diantaranya adalah :
1.      Kuda yg bekerja ringan (< 3 jam) : Konsentrat 0.5% BT; Jerami 1-1.25% BT
2.      Kuda yg bekerja sedang (3—5 jam): Konsertrat = 1% BT; Jerami =1--1.25% BT
3.      Kuda yg bekerja berat (> 5 jam): Kosentrat = 1.25% BT; Jerami = 1% BT
4.      Kuda bunting: Konsentrat = 0.75—1.5% BT; Jerami = 0.75- 1.5% BT
5.      Kuda muda (foal)   lahir—6 minggu : ASI,  6 minggu: legum 0.75% BT + Kosentrat 0.75% BT Jumlah pemberian bertahap meningkat; Kosentrat mengandung PK minim 12%; SK minim 5%  (Qisthon, 2006).

DAFTAR PUSTAKA
Coumbe, K. 2001. The Equine Veterinary Nursing Manual. Oxford: Blackwell Science
Guay, K.A., H.A. Brandy, V.G. Allen, K.R. Pond, D.B. Wester, L.A. Janecka and N.L. Heninger. 2002. Matua bromegrass hay for mares in gestation and lactation. J. Anim. Sci.
Lewis, L. D. 2010. Feeding and Care of the Horse (2nd Ed.). Philadelphia: Lippinott Williams and Wilkins.
Qisthon, Arif. Ir. M.Si. 2006. Nutrisi Pada Kuda. Lampung : Fakultas Peternakan, Universitas Lampung
Reed, S., Bayly, W., Sellon, D. 2004. Equine Internal Medicine 2nd. St. Louis: Saunders Elsevier
Wilson, D. 2011. Clinical Veterinary Advisor - The Horse.Philadelphia: Saunders Elsevier

No comments:

Post a Comment