A.
Merumuskan
Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1. Bagaimana
etiologi , phatogenesis, gejala klinis, diagnose, pencegahan dan pengobatan
dari Toxoplasmosis, Ancylostoma sp. dan Dipylidium sp. ?
2.
Bagaimana
pencegahan dan penanggulangan penyakit zoonosis ?
B.
Belajar
Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1. a.
Toxoplasmosis
Etiologi . Disebabkan oleh Toxoplasma
gondii yang merupakan protozoa obligat intraseluler, terdapat dalam tiga
bentuk yaitu takizoit (bentuk
proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista (berisi sporozoit)
a.
Bradizoit
b.
Oosista
c.
Takizoit
(Levine,1978).
Phatogenesis. Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes definitif
dari T. gondii. Dalam usus kecil kucing
sporozoit menembus sel epitel dan menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah
menjadi banyak sehingga terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan
banyak merozoit (skizogoni). Daur aseksual ini dilanjutkan dengan daur seksual.
Merozoit masuk ke sel epitel dan membentuk makrogametosit dan
mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah
terjadi pembuahan terbentuk ookista, dikeluarkan bersama tinja kucing. Di luar
tubuh kucing, ookista berkembang membentuk dua sporokista yang masing-masing
berisi empat sporozoit (sporogoni).
Bila ookista tertelan mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta
ayam atau burung, maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur
aseksual menghasilkan takizoit. Takizoit membelah, kecepatan membelah takizoit
ini berkurang secara berangsur , terbentuk kista yang mengandung bradizoit.
Bradizoit dalam kista ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten). Bila kucing sebagai hospes definitif makan hospes
perantara yang terinfeksi maka berbagai stadium seksual di dalam sel epitel
usus muda akan terbentuk lagi. Jika
hospes perantara imakan kucing mengandung kista T. gondii, maka masa prepatennya 2 -3 hari. Tetapi bila ookista
tertelan langsung oleh kucing, maka masa prepatennya 20 -24 hari. Dengan
demikian kucing lebih mudah terinfeksi oleh kista dari pada oleh ookista.
Gejala Klinis .
·
Anemia dan gejala anoreksia juga sangat mencolok.
·
Ekspresi muka tampa sayu, mata berair dan mukaosa
mata maupun mulut tampak pucat.
·
Migrasi larva juga menyebabkan batuk, dispnoea,
dan adanya radang paru ringan.
·
Rasa nausea terlihat bila lambung juga mengalami
iritasi oleh cacing, yang kadang keluar bersamaan dengan saat batuk atau muntah
(Griffiths,
1978).
Diagnosa.
· Ada antibody immunoglobulin
M (IgM), di dalam tubuh sedang terjadi infeksi toksoplasma akut (belum lama
terjadi).
· Kadar immunoglobulin G (IgG)
meningkat 4 x lebih tinggi dari hasil pemeriksaan 3 minggu sebelumnya, juga
menunjukkan aktifnya infeksi.
·
Uji
serologis lainnya adalah uji aglutinasi, uji komplemen, dan uji polymerase chain reaction ( PCR ), Teknik
diagnosis mutakhir seperti reaksi rantai polimerase (polymerase
chain reaction/PCR) telah digunakan untuk mendiagnosis toksoplasmosis
akut (Ballweber,
2001).
Pencegahan .
· Mencuci tangan sebelum
makan, mencuci makanan daging dan sayuran sampai bersih kemudian dimasak sampai
matang (jangan setengah matang, apalagi mentah).
· Anak kucing sangat terancam infeksi sampai umur 6
bulan, karena itu sangat penting untuk memberikan obat cacing secara reguler.
Anak kucing ekskresi telur terjadi lebih cepat daripada anak anjing, deworming
mulai dapat dilaksanakan secara efektif mulai umur
2 – 3 minggu, diulangi pada minggu ke 5, 7 dan 9. Pemberian obat (berdasarkan umur):
- Umur 2 – 12 minggu = setiap dua
minggu sekali;
- Umur 12 minggu sampai 6
bulan = setiap bulan sekali;
- Umur 6 bulan dan seterusnya
= setiap tiga bulan sekali.
·
Pada induk kucing, treatment dilakukan bersama
anaknya. Kucing dewasa ditreatment secara reguler, dilakukan monitoring agar eliminasi
parasit dapat terawasi (Ballweber, 2001).
Pengobatan . Banyak obat cacing membunuh
cacing dewasa, tetapi tidak berefek terhadap larva yang bermigrasi maupun larva dalam kista. Karena itu banyak yang
menganjurkan deworming 2 – 4 minggu setelah treatment terakhir. Pada saat
treatment terakhir, kebanyakan larva masih bermigrasi, dan saat treatment
dilakukan kedua kalinya diharapkan larva telah sampai di usus dan bisa terbunuh
oleh obat cacing. Obat yang umum digunakan, antara lain:
Kandungan
|
Minimum Umur
/ Berat Badan
|
Piperazin
salt
|
6
minggu/lebih
|
Pyrantel
pamoat / praziquantel
|
4
minggu/lebih atau 1.5 lbs/lebih
|
Milbemycin
|
6
minggu/lebih atau 1.5 lbs/lebih
|
Salamectine
|
T
minggu/lebih
atau 2.6-7.5 lbs/lebih
|
T. gondii tidak mampu memanfaatkan asam folat dari luar, untuk
memenuhi kebutuhannya organisme tersebut harus dapat menyintesiskan sendiri,
obat yang dapat menghambat sintesis asam tersebut antara lain :
·
sediaan sulfa : sulfadiasin 120 mg/kg,
diberikan 2 – 4 minggu.
·
dosis kombinasi dengan pyrimetamin
adalah untuk sulfadiasin 60 mg/kg, dan untuk pyrimetamin 0,5 mg/kg. Dosis
tersebut adalah untuk sehari.
·
antibiotik clindamycin- HCl dengan
dosis 10 – 12 mg/kg diberikan per os, sekali sehari yang diberikan selama minimal
4 minggu akanmemberikan hasil yang baik (Foreyt, 2001).
b. Ancylostomiasis
Etiologi. Cacing ini disebut
cacing kait. Angka kesakitan
(morbiditas) dan mortalitas yang tinggi. Ancylostoma sp. merupakan kelas Nematoda umum ditemukan pada anjing dan kucing. Ada lima species menyerang
pada saluran pencernaan, yaitu antara lain: Ancylostoma
caninum, Ancylostoma braziliense, Ancylostoma ceylanicum, Ancylostoma
tubaeformae dan Ancylostoma duodenale (Levine, 1978).
Phatogenesis. Menyebabkan Akut
atau kronis anemia hemoragi.
Umum pada anak anjing dan kucing dan anjing umur < dari 3 tahun (infeksi transmamae)àkadar Fe rendah
Kehilangan darah mulai hari ke 8 setelah infeksi ( L3 infeksi per oral ) cacing
dewasa muda sudah punya gigi pada capsula bucalisà memotong mukosa usus yang mengandung
arteriolaà pendarahan. Tiap
cacing menghisap darah 0,1ml/hari
(Levine,
1978).
Gejala KliniS
·
Pada infeksi akut
Anemia, gangguan pernafasan. Pada anak anjing atau
kucing yg menyusu menimbulkan anemia berat, diare berdarah, berlendir, sesak
nafas. Bisa anoxia karena anemia, bisa karena kerusakan pada pulmo.
·
Pada infeksi kronis
|
Kurus, bulu kusam, nafsu makan menurun, pica
(makan benda asing). Gangguan pernafasan, terdapat lesi pada kulit
(Griffiths,
1978).
Diagnosa. Berdasar
gejala klinis, sejarah, didukung pemeriksaan darah dan tinja (telur per
gram tinja/epg). Anak anjing atau kucing
yang masih menyusu gejala klinisnya lebih hebat, walau belum ditemukan telur
cacig dalam tinja
(Foreyt,
2001).
Pencegahan.
·
Pemberian obat cacing reguler, dan
kebersihan lingkungan dijaga.
·
Hewan bunting diobati minimal 1 kali selama bunting.
·
Hewan menyusu diobati umur 1-2 minggu (2x), diulang 2 minggu kemudian
Dosis tinggi Fenbendazole mencegah infeksi prenatal, diberikan 3 minggu sebelum
dan sesudah beranak (bisa untuk Toxocara dan Ancylos).
Pengobatan. Anthelminthika antara lain: Tenium,
Mebendazole, Fenbendazole, diclorfos. Untuk infeksi berat : injeksi Fe, diet tinggi protein,
transfusi, untuk anjing muda (Foreyt, 2001).
c. Dipylidium sp.
Etiologi . Berbentuk pipih dengan warna putih atau krem. Predileksi
di pencernaan kucing,mencapai panjang 70 cm. mempunyai
kepala (scolex) dengan beberapa mulut
penghisap berfungsi menghisap darah dan zat-zat makanan yang terdapat di usus
kucing. Di kepala terdapat rostellum, berbentuk seperti kikir bergerigi
berfungsi sebagai jangkar. Rostellum ini menancap di dinding usus kucing dan
menyebabkan luka pada usus kucing.
Badan terdiri dari banyak segmen. Setiap segmen merupakan satu unit reproduksi fungsional. Segmen paling dewasa terdapat di ekor. Bila telah matang segmen ini lepas dan
mengeluarkan 5-30 telur cacing. Cacing ini bisa
melepaskan 1 segmen dewasa setiap hari (Levine, 1978).
Phatogenesis . Hewan menggosokkan anus pada tanah, hal ini dikarenakan
iritasi pada daerah anus yang disebabkan
oleh migrasi proglottid gravid di daerah perianal. Pada infeksi berat dapat mengakibatkan
diare, konstipasi, lesu, lemah, obstruksi usus.
Segmen cacing yang matang akan melepaskan diri dari induknya
dan keluar melalui kotoran. Dalam segmen ini terdapat
telur cacing. Telur dalam segmen dapat bertahan selama beberapa bulan di daerah yang kering. Segmen yang kering
berbentuk seperti butiran beras.
Segmen jatuh ke
lantai atau alas tempat tidur kucing. Telur pinjal (kutu
kucing) yang juga menetas di tempat yang sama akan menghasilkan larva, larva
tersebut akan memakan telur cacing. Dalam tubuh pinjal, telur cacing berkembang
menjadi cysticercoid. Cysticercoid akan
berpindah ke tubuh kucing bila pinjal menggigit dan menghisap darah kucing.
Dalam tubuh kucing, cysticercoid akan berkembang menjadi cacing pita dewasa dan
kembali menghasilkan telur (Griffiths, 1978 ; Subronto,2006).
Gejala Klinis.
·
Hewan : Infeksi berat menyebabkan lemah, kurus, gangguan saraf, dan gangguan pencernaan.
·
Manusia
: Menyebabkan gangguan intestinal ringan pada anak, sakit pada epigastrium, diare dan sesekali reaksi alergi (Griffiths, 1978).
Diagnosa. Segmen pada feses dan uji apung (Foreyt, 2001).
Pengobatan.
Nama obat
|
Dosis
|
Rute
|
|
Anjing
|
Kucing
|
||
bunamidine
|
25-50 mg/kg
|
25-50 mg/kg
|
oral
|
dichlorophene
|
220 mg/kg
|
220 mg/kg
|
oral
|
epsiprantel
|
5,5 mg/kg
|
2,8 mg/kg
|
oral
|
niclosamide
|
157 mg/kg
|
157 mg/kg
|
oral
|
praziquantel
|
2,5-5 mg/kg
|
2,5-5 mg/kg
|
oral
|
(Foreyt, 2001)
2. Pencegahan
dan Penanggulangan Penyakit Zoonosis
Ada beberapa cara untuk
pencegahan dan penanggulangan penyakit zoonosis seperti Toxoplasmosis,
Dipilidiais dan Ancylostomiasis diantaranya :
- jangan makan daging mentah atau kurang matang.
- mencuci tangan setelah memegang daging mentah.
- mencuci alat dapur bekas daging mentah.
- tidak makan sayuran mentah sebagai lalap.
- mencuci tangan setelah berkebun atau memegang kucing.
- mencegah lalat dan kecoa menghinggapi makanan ( Chahya,2008).
C.
Sumber
Informasi (Daftar Pustaka)
Ballweber, L. R. 2001. The Practical Veterinarian : Veterinary
Parasitology. Woburn : Butterworth–Heineman,
Chahaya, Indra. 2008. Epidemiologi Toxoplasma
gondii. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-indra%20c4.pdf. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2014.
Foreyt, W. J. 2001. Veterinary Parasitology : Reference Manual; 5th Ed. Iowa : Blackwell Publishing.
Griffiths, H. J. 1978. A Handbook
of Veterinary Parasitology : Domestic
Animals of North America. Minneapolis : University of Minnesota Press.
Levine, N. D. 1978. Textbook of Veterinary Parasitology. USA : Burgess Publishing
Company.
Subronto, 2006. Penyakit Infeksi Parasit dan Mikroba pada Anjing dan Kucing. Yogyakarta:
UGM-Press.
No comments:
Post a Comment