Wednesday 3 September 2014

BLOK 19 UP 2



LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana etiologi , phatogenesis, gejalaklinis, diagnosa, pengobatan dan pencegahan dari penyakit yang disebabkan Parvovirus ?


PEMBAHASAN
1.   Etiologi:Virus parvo pada anjing disebut jugacanine parvo virus tipe-2 (CPV-2).Virus DNA tak berselubung (non envelope)dengan diameter 25 nm, dan berbentuk isocahedral simetri, virus single strain DNA, replikasi virus bisa terjadi di sel semua organ, selama sel tersebut masih aktif membelah.  Ras anjing yang sangat rentan terhadap infeksi CPV-2 adalah doberman, rottweiler, dan labrador retriever. Infeksi CPV-2 paling parah terjadi pada anjing di bawah umur 12 minggu karena pada umur ini sel-sel tubuh sangat aktif bermitosis dan CPV-2 menyerang virus yang sedang bermitosis, selain itu pada umur ini imunitas maternal mulai hilang(Pullock, 1990).

Phatogenesis:Melalui ingesti virus pada awalnya berreplikasi di dalam jaringan lymphoid rongga tenggorokan dan Lempeng Peyer. Viraemia berkembang pada sel target utama mereka dengan cepat bereplikasi sehingga bertambah jumlahnya. Selama 2 minggu pertama pada hewan muda berhubungan dengan jantung aktif sel sel otot jantung sehingga membiarkan virus berreplikasi dengan mudah dan menyebabkan nekrosis resultan dan myocarditis. Di anjing yang lebih tua,  virus menyerbu dengan aktifmerusak sel epitelium dari sel kripta di dalam usus halus. Kehilangan jumlah sel epitel usus dan epitel akan menyebabkan berkurangnya absorbsi dan kapasitas pencernaan sehingga menyebabkan diare. Kejadian hemorragi juga dapat ditemukan akibat rusaknya sel epite usus. Kerusakan pada jaringan lymphoid pada usus dan lymph nodes akan menyebabkan immunosupresive sehingga memudahkan berkembangnya bakteri sebagai infeksi sekunder.dan kadang juga diikuti endotoxemia (Quinn et all, 2002).

GejalaKlinis:Infeksi oleh CPV-2 memperlihatkan gejala radang otot jantung (myocarditis) dan radang usus (enteritis). Gejala myocarditis terjadi pada anjing yang terinfeksi virus parvo sudah sejak kandungan dan induk belum pernah mendapatkan vaksin parvovirus. Pada kondisi ini semua anak anjing sekelahiran akan menderita myocarditis. Infeksi CPV-2 menyebabkan pembengkakan jantung sehingga jantung tidak mampu mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Gejala enteritis hampir diderita semua anjing yang terinfeksi CPV-2. Radang usus yang disebabkan CPV-2 berjalan cepat, terkadang 2 hari pasca infeksi korban sudah mati atau dalam keadaan shock berat. Gejala khas pada anjing yang terinfeksi CPV-2 yaitu muntah berat, diare, anorexia, dehidrasi, feses berwarna abu kekuningan-kuningan kadang bercampur darah. Sedangkan pada kasus yang berat gejala tersebut ditambah dengan demam, leukopenia, dan limfopenia(Morgan,2008).

  Diagnosa:Test hematological menunjukkan neutropenia, lymphopenia, anemia, dan thrombocytopenia. Pada uji Serum (biokimiawi) menunjukkan panhypoproteinemia dan ganngguan keseimbangan cairan elektrolit (Morgan,2008). Uji secara serologis sepeti ELISA, HAI, indirect immunofluorescence akan membantu dalam proses diagnosa (Quinn et all, 2002).
Diffensial diagnosa antara lain Canine Corona Virus, Salmonellosis, Collibasillosis, Gastrointestinal parasites dan keracunan (Pullock, 1990).

Pengobatan.
·         Infus Ringer Dextrose IV, pada penderita yang mengalami kekurangan elektrolit dan menderita muntah.
·         Vitamin A,D,EIM, bertujuan untuk meningkatkan proses persembuhan, meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan serta pemeliharaan kadar kalsium dan fosfor dalam darah, serta sebagai antioksidan.
·         Hematopan® 1 ml/5 kg BB IM, mengandung natrium kakodilat, besi (III) amonium sitrat, metionin, histidin, triptopan,dan vitamin B12. Baik untuk penderita yang mengalami semua gangguan kekurangan darah .
·         Metoclopramide 0.2 mg/kg BBIV. merupakan parasimpatomimetik yang berfungsi meningkatkan motilitas saluran gastrointestinal bagian atas tanpa mempengaruhi sekresi asam lambung. Sehingga metoclopramide berfungsi untuk mengurangi muntah pada kasus gastritis. Metoclopramide dapat diberikan 3-4 kali sehari baik secara PO ataupun IV(Morgan,2008).

Pencegahan:Vaksinasi biasanya tidak bisa mengendalikan siklus dari infeksi atau peradangan parvovirus yang endemic di dalam kandang oleh karena itu perlu  untuk memperkecil peluang terinfeksinya anak anjing oleh virus sampai usia 20 minggu. Maternal antibodi dari induk cukup tinggi sampai usia 8 minggu. Infeksi mudah terjadi pada umur lebih dari 8 minggu sehingga vaksinasi perlu dilakukan pada usia 8 minggu dan dapat diulang pada usia 12 minggu kemudian dilanjutkan pada usia lebih dari 20 minggu (O’Brian, 1994).
Vaksin parvovirus ada 2 bentuk yaitu vaksin inaktif dan vaksin modified life. Vaksin bentuk inaktif efektif untuk anjing usia diatas 1 tahun dan aman untuk anjing betina yang sedang bunting. Vaksin modiefied life umumnya baik (long acting protection), namun tidak dapat diberikan pada anjing yang sedang bunting (Quinn et all, 2002).

DAFTAR PUSTAKA
Artanto, S. 2013. First Report of CPV Enteritis.Yogyakarta :FakultasKedokteranHewan.
Morgan,  R. V. 2008. Handbook of Small Animal Practices. Fifth Edition. Saunders Elsevier Inc. Philadhelphia
O'Brien, S.E. (1994).Serologic response of pups to the low-passage modified live canine parvovirus-2 component in a combination vaccine. Journal of the American Veterinary Medical Association, 204, 1207-1209.
Pollock, R.H.V, Carmichael, L.E. Canine viral enteritis. In: Greene CE, ed. Infectious diseases of the dog and cat. Philadelphia: WB Saunders, 1990:268–279.
Quinn, P.J , Markey, B.K., Carter, M.E., Donelly, W.J.C., Leonard, F.C. 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Oxford: Black well Science

No comments:

Post a Comment