LEARNING OBJECTIVE
1. Bagaimana etiologi ,
phatogenesis, gejalaklinis, diagnosa, pengobatan dan pencegahan dari penyakit yang
disebabkan Parvovirus ?
PEMBAHASAN
1.
Etiologi:Virus parvo pada anjing disebut jugacanine parvo virus tipe-2
(CPV-2).Virus DNA tak berselubung (non envelope)dengan
diameter 25 nm, dan berbentuk
isocahedral simetri, virus single strain DNA, replikasi virus bisa terjadi di
sel semua organ, selama sel tersebut masih aktif membelah. Ras anjing yang sangat rentan terhadap infeksi
CPV-2 adalah doberman, rottweiler, dan labrador retriever. Infeksi CPV-2 paling
parah terjadi pada anjing di bawah umur 12 minggu karena pada umur ini sel-sel
tubuh sangat aktif bermitosis dan CPV-2 menyerang virus yang sedang bermitosis,
selain itu pada umur ini imunitas maternal mulai hilang(Pullock,
1990).
Phatogenesis:Melalui
ingesti virus pada awalnya berreplikasi
di dalam jaringan lymphoid rongga tenggorokan dan Lempeng Peyer. Viraemia
berkembang pada sel target utama mereka dengan cepat bereplikasi sehingga bertambah
jumlahnya. Selama 2 minggu pertama pada hewan muda berhubungan dengan jantung
aktif sel sel otot jantung sehingga membiarkan virus berreplikasi dengan mudah
dan menyebabkan nekrosis resultan dan myocarditis. Di anjing yang lebih tua, virus menyerbu dengan aktifmerusak sel
epitelium dari sel kripta di dalam usus halus. Kehilangan jumlah sel epitel
usus dan epitel akan menyebabkan berkurangnya absorbsi dan kapasitas pencernaan
sehingga menyebabkan diare. Kejadian hemorragi juga dapat ditemukan akibat
rusaknya sel epite usus. Kerusakan pada jaringan lymphoid pada usus dan lymph
nodes akan menyebabkan immunosupresive sehingga memudahkan berkembangnya
bakteri sebagai infeksi sekunder.dan kadang juga diikuti endotoxemia (Quinn et all, 2002).
GejalaKlinis:Infeksi
oleh CPV-2 memperlihatkan gejala radang otot jantung (myocarditis) dan radang
usus (enteritis). Gejala myocarditis terjadi pada anjing yang terinfeksi virus
parvo sudah sejak kandungan dan induk belum pernah mendapatkan vaksin
parvovirus. Pada kondisi ini semua anak anjing sekelahiran akan menderita
myocarditis. Infeksi CPV-2 menyebabkan pembengkakan jantung sehingga jantung
tidak mampu mengedarkan darah ke seluruh tubuh. Gejala enteritis hampir
diderita semua anjing yang terinfeksi CPV-2. Radang usus yang disebabkan CPV-2
berjalan cepat, terkadang 2 hari pasca infeksi korban sudah mati atau dalam
keadaan shock berat.
Gejala khas pada anjing yang terinfeksi CPV-2 yaitu muntah berat, diare,
anorexia, dehidrasi, feses berwarna abu kekuningan-kuningan kadang bercampur
darah. Sedangkan pada kasus yang berat gejala tersebut ditambah dengan demam,
leukopenia, dan limfopenia(Morgan,2008).
Diagnosa:Test
hematological menunjukkan neutropenia,
lymphopenia, anemia, dan thrombocytopenia. Pada uji Serum (biokimiawi)
menunjukkan panhypoproteinemia dan ganngguan keseimbangan cairan elektrolit (Morgan,2008). Uji secara
serologis sepeti ELISA, HAI, indirect immunofluorescence akan membantu dalam
proses diagnosa (Quinn et all, 2002).
Diffensial diagnosa antara
lain Canine Corona Virus, Salmonellosis, Collibasillosis, Gastrointestinal
parasites dan keracunan (Pullock, 1990).
Pengobatan.
·
Infus
Ringer Dextrose IV,
pada penderita yang mengalami kekurangan elektrolit dan menderita muntah.
·
Vitamin
A,D,EIM, bertujuan untuk meningkatkan proses
persembuhan, meningkatkan absorbsi kalsium dan fosfor dari saluran pencernaan
serta pemeliharaan kadar kalsium dan fosfor dalam darah, serta sebagai
antioksidan.
·
Hematopan®
1 ml/5 kg BB IM,
mengandung natrium kakodilat, besi (III) amonium sitrat, metionin, histidin,
triptopan,dan vitamin B12. Baik
untuk penderita yang mengalami semua gangguan kekurangan darah .
·
Metoclopramide
0.2 mg/kg BBIV.
merupakan parasimpatomimetik yang berfungsi meningkatkan motilitas saluran
gastrointestinal bagian atas tanpa mempengaruhi sekresi asam lambung. Sehingga
metoclopramide berfungsi untuk mengurangi muntah pada kasus gastritis.
Metoclopramide dapat diberikan 3-4 kali sehari baik secara PO ataupun IV(Morgan,2008).
Pencegahan:Vaksinasi biasanya tidak bisa
mengendalikan siklus dari infeksi atau peradangan parvovirus yang
endemic di dalam kandang oleh karena itu perlu untuk memperkecil peluang terinfeksinya anak
anjing oleh virus sampai usia 20 minggu. Maternal antibodi dari induk cukup
tinggi sampai usia 8 minggu. Infeksi mudah terjadi pada umur lebih dari 8
minggu sehingga vaksinasi perlu dilakukan pada usia 8 minggu dan dapat diulang
pada usia 12 minggu kemudian dilanjutkan pada usia lebih dari 20 minggu
(O’Brian, 1994).
Vaksin parvovirus ada 2
bentuk yaitu vaksin inaktif dan vaksin modified life. Vaksin bentuk inaktif
efektif untuk anjing usia diatas 1 tahun dan aman untuk anjing betina yang
sedang bunting. Vaksin modiefied life umumnya baik (long acting protection),
namun tidak dapat diberikan pada anjing yang sedang bunting (Quinn et all, 2002).
DAFTAR
PUSTAKA
Artanto, S. 2013. First
Report of CPV Enteritis.Yogyakarta :FakultasKedokteranHewan.
Morgan, R. V. 2008. Handbook of Small Animal Practices. Fifth Edition. Saunders
Elsevier Inc. Philadhelphia
O'Brien,
S.E. (1994).Serologic response
of pups to the low-passage modified live canine parvovirus-2 component in a
combination vaccine. Journal of the
American Veterinary Medical Association, 204, 1207-1209.
Pollock, R.H.V, Carmichael, L.E. Canine viral
enteritis. In: Greene CE, ed. Infectious
diseases of the dog and cat. Philadelphia:
WB Saunders, 1990:268–279.
No comments:
Post a Comment