Tuesday, 10 March 2015

BLOK 22 UP 3



LEARNING OBJECTIVE
1.    Mengatahui manajemen pemeliharaan dan manajemen trasnportasi mamalia air!
2.    Mengetahui penyakit yang menyerang mamalia air


PEMBAHASAN
1.    Manajemen Pemeliharaan dan Manajemen Transportasi Mamalia Air
Transportasi
        Menjaga suhu sangatlah penting. Menutup tubuh dengan lapisan tipis dan membatasi bluber. Berikut ini merupakan gambar dari tempat trasportasi untuk lumba-lumba



Manajemen Pemeliharaan
        Program perawatan mamalia air harus memperhatikan komponen behavioral, physchologycal, dan aspek fisiologis. Program perawatan yang lengkap merupakan kombinasi dari beberapa aspek, berupa nutrisi/pakan, lingkungan, handling dan prosedur transport. Aspek lain yang tak kalah penting yaitu learning dan emotions hewan yang berhubungan dengan lingkungan yang optimal dan stimulasi mental yang baik. Aspek tambahan yang perlu diperhatikan adalah staff dan cara berkomunkasinya, record keeping, dan hubungan antara manusia dan hewan itu sendiri. Semua komponen yang disebutkan penting untuk dijalani, namun dalam pelaksanaannya berbeda-beda (tergantung levelnya, tinggi/sedang/rendah) .


Lingkungan
        Ada tiga sistem pemeliharaan/sistem pengairan menurut Fowler dan Miller:
·  Terbuka (flow-through): Tidak membutuhkan filtrasi mekanik.
·  Semi tertutup dan tertutup: Membutuhkan filtrasi mekanik (dapat dengan pasir atau campuran antrasit/batubara keras, pasir, dan granit). Sistem tertutup membutuhkan treatment air yang lebih intensif karena airnya reused (dipakai lagi, karena hanya berputar dalam filtrasi). Semi tertutup dan tertutup juga ada beberapa kesulitan dalam hal mengatur salinitas, alkalinitas dan pH. Perubahan alkalinitas atau pH dapat dipengaruhi oleh pakan, peralatan, dan urine. Hal itu dapat diatasi dengan pemberian bikarbonat dan garam karbonat. Infiltrasi mekanik digunakan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak berguna dan jugan organic carbone.
·  Kolam dibuat dengan ukuran lebarnya 2x panjang tubuh, dengan dasar tumpul, dan kedalaman + 4 meter.
·  Air dapat menggunakan air alami atau pun buatan dengan menambahkan garam.
·  Kondisi air yang dibutuhkan: salinitas 35/1000, pH 7,5-8,2, suhu 28oC.
·  Beberapa desinfektan dapat digunakan untuk mencegah berkembangnya bakteri coliform, misalnya yang berbahan dasar khlorin (pemberian di bawah 1 ppm; 50% dari total) dan ozone (500-600 millivolts). Pada dosis yang lebih tinggi justru menyebabkan kerusakan saluran respirasi, kulit, dan kornea. 


Air
-        Air bersih merupakan faktor kunci dalam pemeliharaan koloni sehat mamalia laut. Semua kecuali cetacea air tawar membutuhkan air laut baik alam atau buatan. Satu dapat menyiapkan produk buatan menggunakan natrium klorida dengan atau tanpa penambahan garam lainnya.
-        Kisaran salinitas yang aman dan relatif alami adalah 25 sampai 35 bagian per seribu, dengan pH 7,5 sampai 8.2. Kebanyakan pinnipeds dapat dipertahankan di air tawar, tetapi air laut jauh lebih unggul. Jika air segar digunakan, binatang harus memiliki akses untuk mandi garam periodik atau dips
-        Bottle-nosed dolphin umumnya spesies hidup di air hangat dan suhu air yang baik adalah 10 hingga 28ºC

Pakan





Seekor anak lumba-lumba akan berhenti menyusui sekitar 6 bulan, setelah itu diberi pakan sehari-hari seperti layaknya lumba-lumba dewasa. Seekor lumba-lumba dewasa  memiliki kebutuhan pakan sebesar 4-5% dari berat badan keseluruhan per harinya, sedangkan lumba-lumba yang sedang bunting dan menyusui membutuhkan 8% (Anonim, 2000). Pakan lumba-lumba dapat berupa ikan-ikanan (mackarel, haring), creustacean, cumi. Selain itu, pada captive dolphin direkomendasikan untuk memberi suplemen. Kebutuhan vitaminnya: vit A 16000 IU; vit E 250 IU; vit C 250 mg; thiamin mononitrate 200 mg; riboflavin 15 mg; pyridoxine 15 mg; folic acid 500 mcg; biotin 250 mcg; pantothenic acid 15 mg. Pakan dapat diberikan berupa pakan segar, jika harus disimpan, dibekukan pada suhu -20oC (Fowler dan Miller, ).






2.    Penyakit pada Mamalia Air
a.   Erysipelas sp
Etiologi . Erysipelothrix rhusiopathiae adalah spesies yang patogen pada genus Erysipelothrix. Bakteri ini merupakan bakteri gram positif, fakultatif anaerobic, berbentuk batang, non spora, beramplop.

Patogenesis . Masuk ke tubuh lumba-lumba melalui ingesti saat memakan ikan yang terkontaminasi. Bakteri ini berkapsula, sehingga dapat menghindar dari proses fagositosis. Bakteri ini mempunyai enzim neuraminidase dan hyaluronidase yang berperan dalam pahogenisitas bakteri.

Gejala Klinis . Dua bentuk yaitu akut septisemia dan bentuk dermis. Bentuk dermis ditandai dengan lesi bentuk rhomboid abu-abu yang dapat ditemukan di seluruh tubuh. Biasanya lesi dermal tersebut muncul setelah hewan mengalami anoreksia dan terjadi leukositosis. Bentuk kutan terdapatnya perubahan adanya bentukan lesi berbentuk jajar genjang pada kulit yang disebut juga sebagai diamond skin disease yang berwarna keabuan, menonjol dan ireguler. Bentuk lesi tersebut dikarenakan adanya trombosis pada arteri perifer dan infarction jaringan lokal. Pada gejala septisemia akut sering ditemukan hewan mati mendadak tanpa gejala klinis, jika hewan menunjukkan gejala klinis biasanya tidak spesifik seperti anoreksia, lethargi, leukositosis dan leucopenia akut beberapa hari sebelum mati. Bentuk septisemik dapat terjadi perakut atau akut yang menyebabkan kematian mendadak.


Diagnosis. Pada pemeriksaan nekropsi hewan septisemia akut ditemukan petekie multifocal pada intestinal, haemorhagi ekimosa, pembengkaan nodus limfa dan splenomegali. Isolasi bakteri dapat diambil dari lesi yang terbentu pada organ.
Metode diagnosa
           Pengambilan sample: darah (central fluke vein), feses, bagian yang mengalami luka (diamond skin disease).
       Untuk kasus diamond skin disease ® isolasi bakteri Erysipelothrix rhusiopathie dapat dilakukan dengan:
1)   Plat Agar Darah (PAD): melihat bentuk koloni (smooth and rough).
2)   Media selektif: Water Blue Sucrose (colourless ® non-fermented sucrose)
3)   Pengecatan Gram ® Gram (+) ungu, namun untuk biakan tua akan menjadi Gram (-). Sehingga berwarna merah.
4)   Isolasi dan identifikasi: non motil, H2S (+), indole (+), katalase (+), koagulase (+), oksidase (-). 
       Mouse Protection Test: tikus kontrol (broth culture dan equine hyperimmune E. rhusiopathie antiserum) dan tikus perlakuan (broth culture) ® keduanya diberikan E. rhusiopathie  secara SC ® inkubasi selama 24 jam ® apabila (+) E. rhusiopathie maka tikus perlakuan akan mati dalam waktu 5-6 hari.
Terapi – Pencegahan. Penicillin dan cephalosporins.  Pencegahan dengan mengkontrol kualitas air dan vaksinasi, akan tetapi vaksinasi pada lumba-lumba belum efektif (Wang et al,2010).

b.   Pseudomonas sp.
Etiologi . Pseudomonas aeroginosa meruakan bakteri batang gram negatif, 0,5 -1,0 x 3,0 -4,0 um, flagel polar, kadang-kadang 2-3 flagel .

Pathogenesis . Bakteri ini menghasilkan enzim ekstrasel, elastase, protease dan dua hemolisin. Bakteri ini merupakan bakteri pathogen oportunistik yang ada di lautan. Jalur penularan melalui dua cara, yaitu melalui oral dan kontak langsung. Infeksi menyebabkan lesi kulit dan septisemia. Bakteri ini dapat menyebar melalui aliran darah menuju otak, mata, jantung, hati, ginjal, dan persendian. Terdapat tiga fase infeksi: (1) Perlekatan dan kolonisasi; (2) Invasi local; (3) Septisemia yang merupakan penyebab utama  bronchopneumonia akut dan dermatitis ekstensive .

Gejala Klinis . Kelesuan, anoreksia, halitosis parah, dyspnea, demam, dan leukositosis ditandai. Penyakit ini dapat berkembang dengan cepat

Diagnosis . Pada gejala  klinis dan dikonfirmasi oleh respon terhadap terapi.

Terapi-Pencegahan . Pengobatan terdiri dari koreksi faktor lingkungan dan terapi antibiotik dan suportif intensif. Antibiotik awal biasanya spektrum luas, biasanya sefaleksin (40 mg / kg, tid-qid), penyesuaian didasarkan pada budaya dan kepekaan dari blowhole atau sampel trakea (Austin,1993).

c.    Morbilivirus
Etiologi . Anjing laut rentan terhadap canine distemper virus dan ada hubungan kekerabatan yang dekat namun beda morbilivirus (Phocine Distemper Virus (PDVI) ). Delphinoid distemper virus (Cetacean morbilivirus (CMV) ) ada hubungan kekerabatan dengan rinderpest dan peste des petits ruminant. Harp seal dan pilot whales merupakan reservoir dari PDV dan CMV, ortalitas pada populasi tinggi dan dapat menyebabkan infeksi sekunder akibat terjadi immunosupresif.

Gejala Klinis . Pada anjing laut muda, infeksi morbilivirus menyebabkan depresi, anoreksia, conjungtivitis, adanya leleran hidung dan dyspnea dan berkembang menjadi pneumonia. Vaksinasi dengan canine distemper vaksin dapat  memberikan kekebalan untuk melawan virus. Gejala klinis seperti canine distemper yaitu demam, leleran okulonasal dari bentuk serous hingga mukopurulen, konjungtivitis, keratitis, kesulitan bernafas, diare dan abortus. Dapat juga ditemukan dermatitis, pada anjing laut.

Diagnosa . Dari gejala klinis, dapat ditentukan dengan melakukan uji PCR, ELISA, titer antibody.

Terapi-Pencegahan .  Dapat dilakukan dengan terapi suportif dan dilakukan vaksinasi dengan menggunakan vaksin distemper virus yang telah dimodivikasi, vaksin killed distemper virus, subunit distemper virus. Hasil dari vaksinasi tersebut menunjukkan adanya pembentukan kekebalan.

d.   Anisakis sp.
Etiologi . Cacing Anisakis sp termasuk dalam family Anisakidae. Larva cacing ini mempunyai panjang 11,2-34,5 mm, lebar 0,44-0,55 mm, esofagusnya relative panjang dan disertai oleh jaringan kelenjar, tidak mempunyai sekum, bibirnya tidak jelas, giginya menonjol ke depan dan mempunyai saluran pencernaan yang sederhana yaitu esophagus, ventrikulus dan usus halus.
Phatogenesis . Telur yang keluar bersama feses lumba-lumba akan menetas di air. Larva stadium yang kedua keluar dari telur akan ditelan oleh hospes perantara pertama lalu berkembang menjadi larva stadium ketiga awal. Hospes perantara pertamanya adalah udang Thysanoessa dan Euphausia. Bila hospes perantara ini dimakan oleh hospes perantara kedua, di dalam tubuhnya larva berkembang menjadi larva stadium ketiga lanjut. Hospes perantara kedua dan hospes parateniknya meliputi ikan laut dan cumi-cumi .
Gejala Klinis . Para Anasakidae bersifat patogen nematoda ditemukan di perut mamalia laut. Granuloma terbentuk di situs lampiran mereka dan dapat menyebabkan kehilangan darah, ulserasi, dan akhirnya perforasi dan peritonitis .
Diagnosis . Berdasarkan gejala klinis dan memeriksa telur pada  feses.
Terapi-Pencegahan . Disophenol (12,5 mg / kg) atau ivermectin (100 mg / kg) disuntikkan SC yang    efektif terhadap parasit ini (Anonim. 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. The Merck Veterinary Manual, 9th Edition. Merck Inc. Iowa.
Austin, B. dan D. A. Austin. 1993. Bacterial Fish Pathogens, Diesase of Farmed and Wild Fish. Edisi Kelima. Springer, London.
Fowler, M.E, Miller, R.E. 2008. Zoo and Wild Animal Madicinecurrent terapy. Saunders
Wang Q, Chang BJ, Riley TV. 2010. Erysipelothrix rhusiopathiae. Vet Microbiol 140: 405−417.

No comments:

Post a Comment