Wednesday, 6 June 2012

Blok 6 UP 2


LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana Fisiologi Sistem Reproduksi Hewan Betina?
2.      Apa Saja Patologi Sistem Reproduksi Hewan Betina?
3.      Apa Saja Parasit yang Menyerang Sistem Reproduksi Hewan Betina?

PEMBAHASAN

1.      Fisiologi Reproduksi Hewan Betina
a.       Oogenesis
Oogenesis melalui berbagi tahap yaitu, proliferasi, meiosis dan transformasi (pematangan). Pada tahap proliferasi terjadi perkembangan oogenium menjadi oosit primer, pada tahap ini oosit primer memiliki kromosom yang diploid. Saat memasuki tahap meiosis I, terjadi pembelahan oosit primer menjadi oosit sekunder yang berkromosom haploid dan polosit primer yang akan berdegenerasi secara teratur. Setelah itu oosit sekunder memasuki tahap meiosis II dimana ia akan membelah menjadi ootid yang kemudian tumbuh menjadi ovum berkromosom haploid dan polosit primer yang berdegenerasi menjadi polosit sekunder. Maka hasil dari proliferasi dan meiosis adalah 1 sel ovum dan 3 polosit.
Pada saat tahap transformasi terjadi :
1.      Vitellogenesis, yaitu penyimpanan deutoplasma dan cortical granules
2.      Organisasi daerah bakal embrio
3.      Pembentukan selaput pelindung (Yatim, 1994)
Sel germinativum primordial yang belum terdiferensiasi pada ovarium janin dsbut dengan Oogonium.Oogonium membelah diri secara mitosis untuk menghasilkan 6-7 juta oogonia.Selama bagian terakhir masa kehidupan janin,oogonia mengalami proses meiosis I (yang diselesaikan pada saat ada pembuahan).Sel yang dihasilkan pada meiosis I adalah oosit primer yang masih berkumpul dalam pasangan homolog (belum saling memisah).Oosit primer tetap berada dalam keadaan meiosis yang terhenti sampai dipersiapkan untuk ovulasi.
Sebelum lahir.setiap oosit primer dikelilingi oleh lapisan sel granulose untuk membentuk folikel primer.Oosit yang tidak membentuk folikel akan berdegenerasi.Setelah lahir tidak ada pembentukan oosit/folikel baru.Folikel yang berada di ovarium saat lahir berfungsi sebagai reservoir (merupakan asal dari semua ovum sepanjang masa reproduktiv betina).Folikel dalam perkembangan akan mencapai kematangan dan berovulasi atau berdegenerasi menjadi jaringan parut ( atresia ).
Oosit primer dalam folikel primer berupa sel diploid (mengandung jumlah kromosom lengkap dari sel induk).Perkembangan folikel sekunder ditandai oleh pertumbuhan oosit primer.Pembesaran oosit disebabkan oleh penimbunan sitoplasma.Sesaat sebelum ovulasi,oosit primer melanjutkan meiosis I,menghasilkan 2 sel anak ( oosit sekunder ) masing masing menerima ½  dari jumlah kromosom induk.Hasil yang sedikit menerima kromosom akan membentuk badan polar I.Masuknya sperma ke dalam oosit sekunder akan memicu pembelahan meiosis II.Separuh set kromosom dan sitoplasma disingkirkan membentuk badan polar II.Separuh set kromosom yang tertinggal disebut sebagai ovum matang.Jika badan polar pertama belum berdegenerasi,badan akan mengalami pembelahan meiosis II pada saat oosit sekunder yang dibuahi melakukan pembelahan kromosom ( L.Sherwood,709-710).
c7

b.      Siklus reproduksi
1)      Proestrus, periode pematangan, terjadi pembesaran folikel, penebalan di dinding vagina dan peningkatan vaskularisasi uteri.
2)      Estrus, periode birahi, terjadi ovulasi.
3)      Metestrus, pembentukan korpus luteum, bila terjadi fertilisasi terjadi kebuntingan, bila tidak terjadi fertilisasi terjadi menstruasi.
4)      Diestrus, periode istirahat (Frandson, 1992)
Siklus estrus umumnya dibagi menjadi 4 fase yaitu proestrus,estrus,metestrus dan diestrus . beberapa hewan liar seperti beruang,serigaladan anjing adalah monestrus yaitu hanya mengalami satu periode estrus per tahun sedangkan hewan-hewan betina dari spesies lain adalah poliestrus.
Proestrus adalah fase sebelum estrus dimana folikel  graaf tumbuh dibawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang semakin bertambah . System reproduksi memulai persiapan untuk melepaskan ovum dari ovarium . Sekresi estrogen dalam urine meningkat dan progesterone dalam darah menurun . Pada akhir periode ini hewan betina memperhatikan hewan jantan.
Estrus adalah periode yang ditandai dengan penerimaan pejantan oleh betina untuk melakukan kopulasi . Folikel graaf membesar dan matang, uterus dan tuba fallopi tegang, suplai darah ke uterus bertambah dan mukosa vaginanya sangat menebal.
Metestrus adalah periode setelah estrus dimana corpus luteum tumbuh cepat dan dibawah pengaruh hormone progesteron. Progesteron menghambat sekresi FSH sehingga menghambat pembentukan folikel graaf dan mencegah timbulnya estrus . Uterus mempersiapkan diri untuk menerima dan memberi makan embrio. Apabila kebuntingan tidak terjadi maka uterus dan saluran selebihnya akan beregresi ke keadaan yang kurang aktif yang disebut diestrus.
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama silkus estrus ternak mammalia. Corpus luteum matang, progesteron pengaruhnya sangat nyata . Endometrium uterus menebal dan kelenjar berhipertropi. Cervix menutup. Pada akhir periode corpus luteum memperlihatkan perubahan retrogresif dan vacuolisasi secara gradual . Mula-mula terjadi perkembangan folikel dan akhirnya kembali ke proestrus . Beberapa spesies yang bukan poliestrus dapat terjadi anestrus ( Mozes, 1985).

Tabel Perbedaan Antar Spesies:

Kuda
Sapi
Domba
Babi
Anjing
Mencapai pubertas
18 bl (10-24 bl)
4-24 bl
4-12 bl
3-7 bl
6-24 bl
Perkawinan pertama
2-3 th
14-22 bl
12-18 bl
8-10 bl
12-18 bl
Panjang siklus estrus
21 hari (19-21)
21 hr (18-24 hr)
16 1/2 hr
(14-20 hr)
21 hr
(18-24 hr)
6-12 hr
Lama estrus
5 hr (4 1/2- 7 1/2 )
18 hari (12-28 hr)
24-48 jam
2 hr (1-5 hr)
9 hr (5-19 hr)
Periode kebuntingan
336 hari       (323-344)
282 hr (274-291)
150 hr (140-160)
114 hr (110-116)
63 hr (60-65)
Saat ovulasi
1-2 hr sebelum akhir estrus
10-15 jam setelah berakhir estrus
12-24 jm sebelum estrus berakhir
30-36 jm setelah permulaan estrus
1-2 hr setelah permulaan estrus sejati
Saat terbaik untuk kawin
3-4 hr sebelum berakhir estrus atau hari ke2/ke3 estrus
Segera sebelum pertengahan estrus sampai akhir estrus
18-24 jm setelah permulaan estrus
12-30 jm setelah permulaan estrus
2-3 hr setelah permulaan estrus sejati/10-14 hr setelah permulaan perdarahan proestrus
Saat perkawinan terbaik setelah kelahiran
25-35 hr/ estrus ke 2
60-90 hr
Musim gugur berikutnya (daerah subtropik)
Estrus 1 3-9 hari setelah sapih
Umumnya estrus 1 atau 2/3 bulan setelah sapih

Perbedaan spesies :
·         Hewan bersifat monoestrus atau poliestrus. Hewan monoestrus (anjing) satu siklus estrus di ikuti anestrus yang panjang.
·         Hewan poliestrus (sapi, babi, rodensia) satu siklus estrus berakhir diestrus dan kembali ke proestrus.
·         Hewan poliestrus musiman (kuda, kucing, domba dan kambing) diestrus di ikuti anestrus sebelum proestrus, anestrus hewan ini lebih pendek di bandingkan dengan hewan monoestrus.

c.       Kebuntingan
      Perkembangan embrio meliputi bersatunya oosit dan spermatozoon dalam oviduk. Perkembangan individu baru membutuhkan transfer gamet jantan ke saluran reproduksi betina untuk fertilisasi gamet betina. Sperma diejakulasikan di vagina, pada anjing, kuda dan babi diejakulasi langsung didalam cervik dan kedalam uterus. Gerakan sperma dibantu oleh rangsangan estrogen dalam mukus servik yang memberikan informasi saluran yg memfasilitasi gerakan sperma, primata mukus ada saat sebelum ovulasi. Ada reservoir sperma dalam saluran reproduksi betina, servik dan oviduk, uterotubule junction dan dalam ampulla. Sperma mengalami “kapasitasi” pelepasan glikoprotein dari permukaan sperma yang menyebabkan reaksi akrosom saat kontak dengan oosit.

Reaksi akrosome meliputi:
Ø  Pelepasan enzim hidrolitik dari akrosom à penting untuk menerobos sel granulosa dan zona pelusida pada membran oosit
Ø  Hyaluronidase à penghancuran asam hyaluronik, komponen penting matrik interseluler granulosa  sel
Ø  Acrosin à enzim proteolitik yang mencerna selimut aselluler yg mengelilingi oosit
Ø  Merubah permukaan sperma shg dapat menyatu dengan oosit
Ø  Pergerakan ekor sperma sehingga gerakan sperma lurus kedepan
            Gamet jantan sudah ada sebelum gamet betina menunjukkan bahwa oosit siap untuk fertilisasi begitu datang di ampulla, sebuah persyaratan sebelum fertilisasi “pembelahan meiotik” yang terjadi sebelum ovulasi kecuali pada kuda dan anjing. Fertilisasi à embrio à morula à blastosis dalam oviduk 4-5 hari à uterus : glandula endometrium mensekresi nutrien dibawah pengaruh progesterone.
Kelanjutan kehidupan korpus luteum pada hewan besar dan kucing penting untuk mempertahankan kebuntingan.
Untuk hewan domestik (sapi, domba, kuda, babi dan kambing) aktivitas luteal dikontrol oleh uterus, modifikasi sintesa PGF2a uterus dan pelepasannya kritis untuk kelangsungan kebuntingan. Embrio memproduksi zat yg memodifikasi produksi PGF uterus. Sintesa estrogen salah satu jalan untuk mengenalkan adanya embrio di uterus. Protein khusus dari embrio “trophoblastin” diproduksi sebelum hari ke-14 kebuntingan (postovulasi) pada domba dan sapi yang struktur mirip interferon penting untuk adanya kebuntingan. Gerakan embrio dalam saluran/uterus juga penting untuk penandaan kebuntingan; pada kuda embrio bergerak dikedua tanduk uteri sebelum implantasi hari ke 16. pada babi minimal 4 embrio à proses kebuntingan. Hasil akhir ditekannya sintesa PGF atau modus sekresinya seperti pada kambing untuk perpanjangan fungsi CL. Pada kucing CL akhir 35-40 hari setelah ovulasi, modifikasi awal aktivitas luteal tidak penting untuk kebuntingan. Implantasi hari ke 13 diikuti dengan fetoplasenta dan aktivitas luteal yang panjang, LH yang bertanggung jawab untuk menjaga kerja luteal tidak diketahui. Relaksin bersinergi dengan progesteron untuk mensuport kebuntingan, reaksin diproduksi sekitar heri ke 20 kebuntingan. Pada anjing fase lutealtidak diperpanjang selama kebuntingan; tidak bunting fase luteal 70 hari, bunting 56-58 hari. Aktivitas luteal terjadi melalui relaksin, progesteron sekresi 20 hari atau beberapa setelah implantasi. Pada primata diproduksi luteotropin “chorionik gonadotropin (hCG)” oleh sel trophoblas embrio à interstitial implantation, embrio memasuki endometrium ± 8-9 hari setelah fertilisasi di manusia dan primata. Sekresi hCG mulai 24-48 jam setelah implantasi dengan peningkatan progesterone. Hewan domestik lebih tergantung pada sekresi endometrium untuk mendukung kebuntingan daripada primata. Kuda dan sapi indikasi pertama kebuntingan ± 25-30 hari setelah fertilisasi dan butuh 7-10 hari sebelum dapat nutrisi penuh melalui tempat implantasi. Type plasenta anjing, kucing eccentric, ruminansia caruncle, vilus pada babi dan kuda. Bentuk servik merupakan penahan terhadap kontaminasi uterus baik bunting ataupun tidak bunting à seal servik.
Plasenta beraksi sebagai organ endokrin
Selain berperan penting untuk penyediaan nutrisi dan oksigen untuk metabolisme embrio, plasenta juga berfungsi sebagai organ endokrin. Penghasil progesterone, Primata awal kebuntingan s/d 2-3 minggu setelah implantasi dan di akhir pada hewan domestik (kambing 50 dari 150 hari; kuda hari ke 70 dari 340 hari kebuntingan; kucing hari ke 45 dari 65 hari). Pregnenolone (prekursor P4 –fetus– adrenal cortek—androgen, dehydroepiandrosterone à plasenta – estrogen/estriol ). Penghasil relaksin. Penghasil chorionic gonadotrophin, eCG/PMSG (35 hari) à peningkatan P4 oleh CL. Penghasil laktogen : domba dan kambing à growth hormon dan prolaktin-like properties. Pada sapi penting untuk pertumbuhan alveolus glandula. Penghasil prolaktin (Cunningham, 2002).\

d.      Kelahiran
            Proses ini diawali dengan relaksin yang dikeluarkan oleh placenta untuk meningkatkan fleksibelitas daerah panggul dan pelebaran mulut serta leher rahim. Pelebaran leher rahim akan menghasilkan refleks pengeluaran hormone oksitosin dari hypothalamus melalui hipofisis. Oksitosin akan merangsang otot rahim untuk berkontraksi sehingga individu muda terdorong ke jalan lahir yang menyebabkan cervics semakin meregang. Hal ini akan mendorong jumlah pengeluaran oksitosin yang lebih banyak lagi sehingga kontraksi dinding uterus pun semakin kuat. Keadaan ini akan berlangsung sampai hewan muda akan terdorong keluar (Isnaeni, 2006).
1.      Stadium pertama kelahiran
Ø  Servik terbuka dan fetus melewati saluran pelvis
Ø  Tekanan abdomen dg menutup epiglotis dan kontraksi otot perut induk
2.      Stadium kedua kelahiran
Ø  Proses kelahiran yang sebenarnya dengan keluarnya fetus
3.      Stadium ketiga kelahiran
Ø  Keluarnya membran fetus (Cunningham, 2002).

e.       Hormon yang berperan dalam reproduksi betina
Pituitari terdiri atas tiga bagian: lobus anterior yang diberi nama adenohipofisis atau pars-distalis; lobus intermedius yang diberi nama pars-intermedia; dan lobus posterior yang diberi nama neurohipofisis atau pars-nervosa. Lobus-lobus itu asal embriologinya lain-lain: pars-distalis dari endo-ektoderm (asalnya dari lipatan kecil pada bagian dorsal faring yang bernama kantong rathke) sedangkan pars-intermedia dan pars-nerfosa asalnya dari neuro-ektoderm. Adenohipofisis menghasilkan hormon protein yang penting untuk mengontrol reproduksi, yakni 2 gonadotropin (FSH dan LH), dan hormon ke 3 bernama prolaktin. Hormon pituitari lainnya ialah GH, ACTH, dan TSH. Dalam mempersiapkan ovulasi FSH dan LH bekerja sinergestik: FSH memegang peran lebih dominan selama pengembangan folikel, sedangkan LH memegang peranan lebih dominan selama stadium akhir pemasakan folikel sampai ovulasi. Gonadotropin dan TSH diberi nama glikoprotein karena molekulnya mengandung gugus karbohidrat yang mendukung fungsinya. Oksitosin yang dihasilkan oleh neurohipofisis adalah hormon yang penting untuk reproduksi. Di samping merupakan pusat penting pengatur reproduksi, hipotalamus mengatur nafsu makan dan suhu tubuh serta memadukan aktivitas sistem saraf otonom. Karena asal embriologinya sama, hipotalamus mempunyai hubungan langsung dengan neurohipofisis. Hubungan ini melalui tangkai saraf yang mengandung akson berasal dari tubuh sel yang terletak di hipotalamus. Dua pasang neuron dalam hipotalamus, yakni nukleus supraoptikus dan nukleus sparaventrikularis bertanggung jawab terhadap sintesis vasopresin dan oksitosin. Hormon peptid yang kecil ini digabungkan ke molekul peptid yang lebih besar bernama neurofisin dan diangkut dari lokasi sintesis di hipotalamus (tubuh sel) melalui akson ke lokasi penyimpanan dan pelepasan, yakni neurohipofisis. Hubungan antara hipotalamus dan adenohipofisis tidak secara langsung lewat akson, tetapi lewat sistem portal vena yang menghubungkan eminensia media di hipotalamus ke adenohipofisis. Zat dari hipotalamus yang mengontrol adenohipofisis diangkut dari eminensia media ke pituitari lewat sistem porta vena. Misalnya GnRH (gonadotropin-releasing hormone; suatu peptid) dihasilkan di dalam nukleus-preoptikus, sedangkan dopamin –suatu asam amino– dihasilkan oleh nukleus arkuatus. Akson mengangkut kedua zat itu dari hipotalamus ke eminensia media; dari sini keduanya dicurahkan ke sistem porta vena. Sintesis GnRH, seperti halnya oksitosin dan vasopresin, melibatkan produksi molekul prekursor yang lebih besar, dengan daerah terminal-C dari 50 asam amino bernama peptid terkait-GNRH, atau GAP (GnRH-associated Peptide). Meskipun GAP dapat merangsang pelepasan FSH dan LH, GnRH tetap dianggap sebagai hormon kritis bagi pelepasan gonadotropin. Fungsi GAP yang lebih penting ialah kemampuannya menghambat sekresi prolaktin.

2.      Patologi Reproduksi Hewan Betina
1)      Perdarahan
Aliran darah dapat berasal dari trauma minor pada dinding saluran peranakan selama proses partus.Saluran peranakan saat melahirkan bersifat hiperemik dan kerusakan mukosa dapat diperburuk ole laserasi arteri yang menyebabkan kehilangan darah.
2)      Ruptur Uterus
Paling umum terjadi pada sapid an domba.Sering terjadi pada kasus disproporsi fetopelvis.
3)      Laserasi Serviks
Disebabkan oleh kerusakan pada proses kelahiran,jika serviks tidak terdilatasi sempurna saat partus.Laserasi sering tidak terdeteksi sampai pemeriksaan pasca melahirkan saluran genital (serviks kembali ke bentuk dan ukuran semula).
4)      Laserasi Vagina
Sering terjadi pada kuda dan sapi.Pada kuda  terjadi pada kasus malpostur fetus.
5)      Prolaps Uterus
Paling sering pada babi dan kambing (jarang pada kuda).Merupakan eversi dari organ,yang bagian dalamnya keluar sewaktu melewati melalui vagina sebagai sebuah prolaps.Dapat disebkan oleh tonus uteri yang jelek,peningkatan pengejanan,tarikan yang berlebihan saat membantu proses kelahiran.
6)      Vaginitis Nekrotik
Terutama pada sapi dan domba.Khususnya terjadi pada sapi dara yang melahirkan anak pertama yang mengalami distokia akibat disproporsi fetopelvik
7)      Metritis Septik Akut Postpartum
Dikenal sebagai Metritis Puerperal.Infeksi disebabkan oleh streptococci,E.coli dan Arcanobacter pyogenes dan kadang oleh Clostridia.Gejalanya sapi terlihat sakit 24-72 jam setelah melahirkan.Hewan tampak bodoh dan anoreksia.Leleran vagina yang berbau busuk.
8)      Mastitis
Disebabkan oleh bakteri streptococci,staphylococci,dan E.coli.
9)      Klampsia
Dikenal sebagai Tetanus Puerperal/Tetanus Laktasi.Disebabkan oleh hipokalsemia.Terlihat terutama selama masa laktasi pada anjing dan kucing.Alkalosis respirasi yang dihasilkan dapat menyebabkan ion-ion kalsium yang terikat ke protein dan dapat menyebabkan hipokalsemia
10)  Brucellosis / penyakit Bang
Disebabkan oleh suatu kuman kecil berbentuk batang dan bersifat gam-negatif, Brucella abortus yang tumbuh di dalam sel. Bakteri ini berjangkit pada sapi di seluruh dunia. Brucella abortus menyebabkan keguguran pada trimester terakhir masa kebuntingan dan diikuti oleh suatu periode infertilitas. Bakteri ini menyebabkan demam “ undulans “ . Bakteri ini ditemukan di dalam chorion placenta di mana ia menyebabkan perubahan-perubahan patologik yang parah termasuk nekrosa dan oedema. Ia juga ditemukan pada saluran pencenaan dan paru-paru foetus.
11)  Leptospirosis
Pada sapi disebabkan oleh spirochete yang kecil dan berbentuk filament dengan kurang lebih 40 serotipe. Abortus dalam tengahan kedua masa kebuntingan dapat terjadi 1 samapai 3 minggu sesudah penghentian fase demam akut. Tidak semua sapi yang terjangkit mengalami keguguran, kadang-kadang seekor induk dapat melahirkan anak yang hidup, lemah dan beberapa hari kemudian mati.
12)  Campylobacteriosis
Disebabkan oleh Campylobacter foetus venerealis adalah suatu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan dan ditandai dengan infertilitas dengan jumlah perkawinan yang makin tinggi untuk konsepsi. Umumnya ditemukan kematian embrio dini dan abortus pada bulan keempat sampai akhir masa kebuntingan (Mozez, T, 2006 ).

3.      Parasit pada Sistem Reproduksi Hewan Betina
a.       Tritrichomonas foetus
Menyebabkan keguguran pada sapi betina dan ditularkan oleh sapi jantan pada waktu koitus. Sebagian besar sapi betina yang terinfeksi kehilangan infeksinya secara spontan sesudah keguguran, tetapi sapi jantan tetap terinfeksi seumur hidup jikalau tidak diobati (Levine, 1994).
b.      Tripanosoma equiperdum
Parasit yang menginfeksi alat kelamin pada kuda, sapi dan keledai yang ditularkan melalui senggama timbulnya penyakit dourine dengan gejala seperti demam remiten, pembengkakan edema pada bagian bawah abdomen, genetilia, kulit, mengeluarkan cairan encer dari mata dan hidung serta menderita anemia (Levine, 1994).
c.       Campylobacter venerealis
Campylobacteriosis yang disebabkan oleh Campylobacter foetus venerealis adalah suatu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan dan ditandai dengan infertilisasi dengan jumlah perkawinan yang makin tinggi untuk konsepsi. Umumnya ditemukan kematian embrio dini dan abortus pada bulan keempat sampai akhir masa kebuntingan.
d.      Brucella abortus
Disebabkan oleh kuman kecil berbentuk batang dan bersifat gram-negatif, Brucella abortus tumbah dalam sel. Bakteri ini berjangkit pada sapi di seluruh dunia. Parasit ini menyebabkan keguguran pada trimester terakhir masa kebuntingan dan diikuti periode infertilisasi.
e.       Spirochete
Parasit ini menyebabkan Leptospirosis pada sapi. Terjadi abortus pada petengahan kedua masa kebuntingan. Kadang-kadang seekor induk dapat melahirkan fetus yang hidup, lemah dan beberapa hari kemudian mati.


DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, James G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology. W.B.Saunders : Philadelpia.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University  Press : Yogyakarta.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Kanisius.
Levine, D Norman. 1994. Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Mozez T. 2006. Ilmu Kebidanan Pada Ternak Sapid an Kerbau. UI Press : Jakarta.
Sherwood, L.. 2001. Fisiologi Manusia Cetakan 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Yatim, W, 1990. Reproduksi dan Embryologi. Tarsito, Bandung.

No comments:

Post a Comment