Wednesday 13 June 2012

Blok 6 UP 3


Learning Objective
1.      Bagaimana Komparasi dan Struktur Anatomi Organa Genitalia Masculina?
2.      Bagaimana Histologi Organa Genitalia Masculina?

PEMBAHASAN

1.      Anatomi Organa Genitalia Masculina
System reproduksi jantan terdiri atas :
1)      Skrotum
ada semua mamalia yang hidup di laut dan pakidermis (binatang berkulit tebal) testis mengalami penurunan. Kearah stratum pada unggas, testis tidak mengalami penurunan, tetapi tetap tinggal disekitar ginjal. Fungsi utama skrotum adalah untuk memberikan kepada testis suatu lingkungan yang memiliki suhu 1 sampai 8 C lebih dingin dibandingkan temperature rongga tubuh. Fungsi ini dapat terlaksana disebabkan adanya pengaturan oleh system otot rangkap yang menarik testis mendekati dinding tubuh untuk memanasi testis atau membiarkan testis atau membiarkan testis menjauhi dinding tubuh agar lebih dingin.

2)      Testis
Gonad indiferen sewaktu embrio dini pada betina berdeferensisi menjadi ovarium, sedangkan pada jantan menjadi testis. Pada semua spesies testis berkembang didekat ginjal yaitu pada daerah Krista genitalis primitip pada mamalia, testis mengalami penurunan yang clukup jauh, pada kebanyakan spesies berakhir pada skrotum. Pada burung, testis tidak mengalami penurunan, tetap tinggal pada posisi disekitar daerah testis itu berasal. Fungsi testis ada dua macam: yang menghasilkan hormon seks jantan yaitu androgen dan menghasilkan gamet jantan disebut sperma. Sperma dihasilkan ditubulus seminiferus. Tubulus-tubulus tersebut sangat berliku-liku pada jantan yang lebih tua spermatogonia tumbuh menjadi spermatosit primer, yang setelah pembelahan meiosis pertama tumbuh menjadi spermatosit sekunder haploid selanjutnya spermatosit sekunder haploid tumbuh menjadi spermatid yang setelah mengalami sederetan transpormasi disebut spermiogenesis, kemudian tumbuh ,menjadi sel sperma yang terdiri atas sebuah kepala sebuah bagian tangah (tubuh) serta sebuah bagian ekor. Fungsi testis lainnya yang penting adalah sekresi hormon seks jantan. Bukti-bukti yang ada dan yang terbaik menunjukan bahwa hanya sel leydig yang terdapat pada jaringan interestisial mensekresi hormone androgen.
Gonade jantan atau testis terdiri atas banyak saluran yang melilit-lilit. Saluran tersebut adalah tubulus seminiferus, dimana pada tempat tersebut sperma terbentuk. Sel-sel leydig yang tersebar diantara tubulus semeniferus menghasilkan testosterone dan androgen yang merupakan hormon seks jantan. Produksi sperma yang normal tidak akan dapat terjadi pada suhu tubuh sebagian besar mamalia, sehingga testis manusia dan mamalia lain dipertahankan berada diluar ronnga abdomen tepatnya didalam skrotum, yang merupakan pelipatan dinding tubuh. Suhu dalam sakrotum adalah sekitar 2C dibawah suhu rongga abdomen.

3)      Epididimis
Dari tubula seminiferus testis, sperma lewat kedalam saluran mengulir pada epididimis. Selama perjalanan ini sperma menjadi motil dan mendapatkan kemampuan untuk membuahi. Selama ejakulasi, sperma didorong dari epididimis melalui vasdeferens berotot. Kedua duktus ini berawal dari skrotum disekitar dan dibelakang kandung kemih, dimana masing-masing menyatu dengan duktus dari visikula seminalis, yang membentuk duktus ejakulasi yang pendek. Duktus ejakulasi itu membuka ke uretra, yaitu saluran yang mengosongkan isi system ekskresi dan system reproduksi. Uretra terdapat disepanjang penis dan membuka keluar pada ujung penis.

4)      Duktus deferens
Sistem duktus pada jantan sebagian besar berasal dari system duktus wolff pada ginjal mesonefrik. Tubulus mesonefrik berkembang menjadi vasdeferens, duktus mesonefris menjadi epididimis, sedangkan vasdiperens dan vesikula seminalis dibentuk terakhir dari evagianasi duktus. Sisa-sisa dari system duktus yang lain (uretra prostatik membranosa dan kavernosa) berkembang dari sinus urogenitalis seperti halnya dua kelenjar asesoris jantan yang lain, yaitu kelenjar prostate dan kelenjar cowper (kelenjar bulbo-uretra) vasdeferens dibungkus oleh lapisan otot yang berkembang baik yaitu lapisan-lapisan otot longitudinal luar dan dalam dengan lapisan sirkuler diantara keduanya kontraksi lapian otot ini mungkin merupakan sebagian yang bertanggung jawab pada gerakan sperma yang melalui system duktus.
Duktus Deferens merupakan saluran yang membentang dari cauda epididymiske urethra pars pelvina. Dalam canalis vaginalis,ductus deferens berjalan dengan :
a.spermatica,v.spermatica (membentuk plexus pampiniformis ), pembuluh limfe,danm.cremaster internus. Ampula adalah bagian dinding ductus deferens yang menebal yang berada di dekat vesica urinaria. Ampula berupa kelenjar,menghasilkan cairan berupa gelatin.Terdapat pada kuda,sapi dan anjing. Tidak terdapat pada babi dan kucing. Pada kuda dan ruminant,ductus deferens bersatu dengan ductus excretorius yang disebut “ Ductus Ejaculatorius”,.Kedua ductus bermuara pada  pada “ Colliculus Seminalis” ( peninggian pada daerah permulaan urethra), lubang muaranya disebut “ostium ejaculatorium”. Karnivora tidak memilki ductus excretorius.Pada babi mempunyai muara sendiri-sendiri. Medial dari muara ductus deferens terdapat pintu masuk dari uteri maculinus (sisa- sisa embrional duktus Mulleri)

5)      Funiculus Spermaticus
      Merupakan jaringan yang ikut tertarik ke scrotum pada saat descensus testiculorum. Dalam funikulus spermaticus terdapat :
a) a.spermaticus,                            e) m.cremaster internus
b) v.spermaticus,                           f) tunika vaginalis viceralis
c) saluran limfe,                             g) n. Symphaticus
d) plexus testicularis,

6)      Tunica Vaginalis
Berbentuk kantong, berasal dari peritoneum abdominalis yang masuk ke scrotum melalui canalis vaginalis. Memiliki 2 lapisan :
a)Lamina parietalis tunika vaginalis
Dari peritoneum parietale.Membungkus funikulus spermaticus. Dinamakan Mesorchium. Dalam scrotum akan membantuk suatu ruang disebut “ cavum vaginale “(berisi cairan bersifat sereus)
b)      Lamina viceralis tunika vaginalis
Lanjutan dari peritoneum visceral. Melapisi funikulus spermaticus, testis dan epididymis.

7)      kelenjar aksesori (kelenjar vesikulosa, prostate dan bulbouretralis )
      Yang termasuk kelenjar pelengkap adalah sepasang vesikula seminalis, prostate (yang pada tikus terdiri atas tiga lobi, sedangkan pada mamalia berupa bangunan tunggal), dan sepasang kelenjar bulbo uretra atau kelenjar cowper. Pada berbagai spesies terdapat variasi yang sangat berbeda, baik mengenai ukuran relatifnya maupun bentuk anatomi kelenjar-kelenjar aksesorisnya.
      Sel-sel sperma yang ditemukan dalam tubulus semi niverus serta duktus-duktus ekskreterius bagian proximal tidak dapat bergerak. Sel-sel sperma ini kemudian dapat bergerak dan mungkin aktif mengadakan metabolisme setelah mengadakan kontak dengan apa yang disebut dengan plasma semen.
      Plasma semen mempunyai dua fungsi utama yaitu: berfungsi sebagai media pelarut dan sebagai pengaktif bagi sperma yang mula-mula tidak dapat bergerak serta melengkapi sel-sel dengan substrat yang kaya akan elektrolit (natrium dan kalium klorida), nitrogen, asam sitrat, fruktosa, asam askorbat, inositol, fosfatase sera ergonin, dan sedikit (trace) vitamin-vitamin serta enzi-enzim.

8)      Uretra
      Kumpulan kelenjar aksesoris (vesikula seminalis, prostate, dan kelenjar bulbo uretralis). Vesikula seminalis menyumbangkan sekitar 60 % total volume semen. Cairan tersebut mengandung mukus, gula fruktosa (yang menyediakan sebagian besar energi yang digunakan oleh sperma), enzim pengkoagulasi, asam askorbat, dan prostaglandin. Kelenjar prostate adalah kelenjar pensekresi terbesar. Cairan prostat bersifat encer dan seperti susu, mengandung enzim antikoagulan, sitrat (nutrient bagi sperma), dan sedikit asam. Kelenjar bulbouretralis adalah sepasang kelenjar kecil yang terletak disepanjang uretra, dibawah prostate. Sebelum ejakulasi kelenjar tersebut mensekresikan mucus bening yang menetralkan setiap urine asam yang masih tersisa dalam uretra.
      Pada hewan jantan urethra juga menyalurkan sperma maka disebut “canalis urogenitalis” / “urethra masculian”. Terbagi menjadi 2 bagian yaitu pars pelvina (dalam ruang pelvis) dan pars externa. Pada caudal dari ostium ejaculatorium terdapat calliculus seminalis (muara ductus deferens,gld.vesicularis,dan prostate)

9)      Penis
      pada manusia penis terdiri atas tiga (pada mamalia domestikasi dan mamalia laboraturium terdiri atas dua buah) bangunan silinder disebut korpora covernosa penis. Ujung penis yang disebut dengan glan penis, dilengkapi dengan suatu produk pada korpora kalvernosanya (Anonymous 1, 2009).
ANATOMI KOMPARASI
·      PISCES
Pada pisces, ketika masih muda sulit di bedakan antara hewan jantan dan betina, baik secara morfologi maupun anatomi. Organ reproduksi jantan dan betina pada waktu masih muda memiliki struktur yang sama dan disebut ganoda. Setelah dewasa organ reproduksi jantan pada ikan, dapat di bedakan organ genitalia masculine tampak berwarna putih susu dengan permukaan licin berisi spermatozoa ( Campbell, 2002 ).
Testis berjumlah sepasang menggantung pada dinding tengah rongga abdomen oleh mesorsium. Berbentuk oval dengan permukaan yang kasar. Kebanyakan testisnya panjang, berwarna putih dan seringkali berlobus. ( Campbell, 2002 ).
Testis ikan berbentuk seperti kantong dengan lipatan-lipatan, serta dilapisi dengan suatu lapisan sel spermatogenik (spermatosit). Sepasang testis pada jantan tersebut akan mulai membesar pada saat musim memijah dan saat terjadi perkawinan, dan sperma jantan bergerak melalui vas deferens menuju celah atau lubang urogenital ( Campbell, 2002 ).
Saluran reproduksi, pada Elasmoranchi beberapa tubulus mesonefrus bagian anterior akan menjadi duktus aferen dan menghubungkan testis dengan mesonefrus, yang disebut dutus deferen. Baian posterior duktus aferen berdilatasi membentuk vesikula seminalis, lalu dari sini akan terbentuk kantung sperma. Dutus deferen akan bermuara di kloaka ( Sukiya, 2001 ).
Pada Teleostei saluran dari sistem ekskresi dan system reproduksi menuju kloaka secara terpisah. Organ kopulatoris merupakan modifikasi sirip anal maupun sirip pelvis. Sirip pelvis pada elasmoranchi akan termodifikasi menjadi clasper. Pada teleostei sirip anal memanjang membentuk gonopodium ( Campbell, 2002 ).

·      AMPHIBI
Sistem Genitalia Jantan pada amphibi berupa sepasang testis, vasa eferentina dan cloaca. Testes berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium (berupa selubung tipis).testes adalah gonade yang menghasilkan spermatozoa. Di sebelah cranial testes di temukan adanya corpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen ( Campbell, 2002 ).
Saluran reproduksi. tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya pada saat musim kawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal (cranial ren) dan bermuara pada ductus mesonephridicus (saluran kencing). Di sebelah kaudal mengadakan pelebaran kecil di sebut vesicula seminalis yang menghasilkan kelenjar untuk kehidupan sperma. Di sini sel kelamin jantan di beri suatu getah dari dinding vesicular seminalis, akhirnya vesicula seminalis ini bermuara di dalam cloaka. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai. Tidak memiliki organ kopulatoris karena fertilisasinya terjadi secara eksternal ( Campbell, 2002 ).

·      REPTIL
Pada reptil, organ genitalia masculine terdiri atas testis yang berbentuk oval, relatif kecil, berwarna keputih-putihan, berjumlah sepasang, terletak di dorsal rongga abdomen yang di gantung oleh mesorchium. Pada kadal dan ular, salah satu testis terletak lebih ke depan dari pada yang lain. Testis akan membesar saat musim kawin ( Campbell, 2002 ).
Saluran reproduksi, duktus mesonefrus berfungsi sebagai saluran reproduksi, dan saluran ini akan menuju kloaka. Sebagian duktus wolf dekat testis bergelung membentuk epididimis. Epididimis sebagai saluran yang sangat berkelok-kelok keluar dari testes di sebelah lateral testes. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen yang menghubungkan tubulus seminiferus testis dengan epididimis. Duktus wolf bagian posterior menjadi duktus deferen. Pada kebanyakan reptil, duktus deferen bersatu dengan ureter dan memasuki kloaka melalui satu lubang, yaitu sinus urogenital yang pendek ( Campbell, 2002 ).
Hemipenis merupakan sepasang alat capulatio yang berupa tonjolan di dinding cloaka. Hemipenis ini jika dalam keadaan istirahat akan melipat masuk ke dalam pangkal cauda dengan dinding ototnya di bagian luar, kemudian jika akan mengadakan copulatio di tonjolkan keluar. Semua reptil selain spenodon memiliki organ kopulatoris, ular dan kadal mempunyai hemipenis, sedangkan pada buaya penis ( Sukiya, 2001 )

·      AVES
Pada aves sistem genitalia jantan berupa testes, epididimis dan ductus deferens. Testis pada aves berjumlah sepasang, berbentuk oval atau bulat, bagian permukannya licin, terletak di sebelah ventral lobus renis bagian paling kranial.alat penggantung testes adalah mesorchium yang merupakan lipatan dari peritoneum. Pada musim kawin ukurannya membesar. Di sinilah tempat untuk membuat dan menyimpan spermatozoa. Burung, yang mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya. Menurut teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk menjaga suhu optimal testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu tubuh. Saluran reproduksi. Tubulus mesonefrus membentuk duktus aferen dan epididimis. Duktus wolf bergelung dan membentuk duktus deferen. Pada burung-burung kecil, duktus deferen bagian distal yang sangat panjang membentuk sebuah gelendong yang disebut glomere. Di Dekat glomere bagian posterior dari duktus aferen berdilatasi membentuk duktus ampula yang bermuara di kloaka sebagai duktus ejakulatori.duktus eferen berhubungan dengan epididimis yang kecil kemudian menuju duktud deferen. Duktus deferen tidak ada hubungannya dengan ureter ketika masuk kloaka ( Campbell, 2002 ).
Epididimis berjumlah sepasang, berukuran kecil terletak pada sisi dorsal testis, epididimis ini adalah berupa saluran yang di lewati sperma dan menuju ke ductus deferens. Ductus deferens berjumlah sepasang. Pada burung muda tampak halus, sedang pada burung tua nampak berkelok-kelok berjalan ke caudal menyilangi ureter kemudian bermuara pada urodaeum ( Campbell, 2002 ).

2.      Histologi Organa Genitalia Masculina
Sistem reproduksi jantan terdiri dari :
1)   Testis
Testis berupa kelenjar tubuler kompleks yang dibungkus oleh scrotum dipermukaan luar yang berupa kulit, sedangkan di bagian terdalam dibungkus oleh tunika albuginea berupa jaringan ikat padat ireguler yang banyak otot polos pada kuda ( Dellmann, 1992).
Diantara dua pembungkus terdapat peritoneum yaitu lamina visceralis dari tunika vaginalis. Permukaan peritoneum tersebut dilapisi mesotelium yang dibawahnya terdapat jaringan ikat menyatu dengan tunika albuginea. Tunika albuginea tersebut masuk ke organ membentuk septa yang membagi organ menjadi lobuli. Di sentralnya bersamaan dengan jaringan ikat longgar membentuk mediastinum testis. Dalam tiap lobulus terdapat epitelium kompleks dari sel spermatogenik dan sel sertoli. Berbagai tingkat perkembangan sel spermatogenik terdapat pada invaginasi lateral dan apeks dari sel sertoli, Mulai dari lamina basalis, di dekatnya ada spermatogonia, kemudian tingkatan selanjutnya spermatosit primer, sekunder, kemudian di dekat lumen terdapat spermatid yang sudah memiliki ekor dan kepala. Sel sertoli memanjang dari membrana basalis mencapai ke lumen tubulus ( Dellmann, 1992).
Di jaringan ikat antar tubulus terdapat sel leydig yang berfungsi penghasil testosteron. Bentuknya polihedral, nukleus kecil, bulat dan sitoplasma tercat asidofil. Dari tubulus seminiferus melanjut ke tubulus rektus yang mlanjut sebagai rete testis yang dibatasi epitelium skuamus simpleks( Dellmann, 1992).

Testis yang dikelilingi tunika vaginalis dan selubung testis.
a.    Tunika Vaginalis : terdiri dari lapis parietal, dan lapis viseralis. Lapis parietal melekat pada skrotum, sedangkan lapis viseralis membalut peritoneum pada testis tetap bertaut pada kapsula testis di bawahnya, yakni tunika albuginea. Lapis viseralis terdiri dari mesotel dan jaringan ikat yang melekat pada tunika albuginea (Dellmann, 1992).
b.   Tunika Albuginea : merupakan kapsula yang padat, terdiri dari jaringan ikat padat tidak teratur. Materi utamanya adalah serabut kolagen dan sedikit serabut elastik. Pada kuda, babi, dan domba jantan, sering tampak otot polos di dalamnya. Banyak cabang arteri dan vena testikularis membentuk lamina vaskulosa. Lapisan ini berada cukup dalam pada tunika albuginea babi dan kuda, dan superfisial pada anjing dan domba (Dellmann, 1992).
c.    Septula Testis dan Jaringan Ikat Intralobularis : tunika albuginea berlanjut dengan trabekula yang disebut septula testis, yang arah susunannya memusat ke mediastinum testis. Trabekula terdiri dari serabut kolagen, mengandung pembuluh darah dan saraf, dan membagi testis menjadi sejumlah lobulus yang masig-masing mengandung satu sampai empat tubuli konvoluti. Septula testis berlanjut dengan jaringan ikat intralobularis atau jaringan interstitial (Dellmann, 1992).
d.   Mediastinum Testis : pada kuda jantan, mediastinum testis terbatas pada kutub kranial testis, tetapi pada hewan piaraan biasanya menempati posisi sentral (Dellmann, 1992).
e.    Sel-sel Interstitial : jaringan ikat yang mengisi ruang intertubular mengandung pembuluh darah dan limfe, fibrosit, sel-sel mononuklear bebas dan sel-sel interstitial endokrin (Dellmann, 1992).
f.    Tubuli Seminiferi Konvoluti : berbenruk buluh yang berliku-liku dengan diameter 200-400 µm dibalut oleh epitel banyak lapis yang mengandung dua jenis sel dasar yang berbeda yakni sel penunjang (Sel Sertoli) dan sel-sel spermatogenik

-       Sel Penunjang (Sel Sertoli)
Berkembang dari sel penunjang yang tidak mengalami diferensiasi dari gonad prapubertas. Sel ini bersifat mitotik aktif, mengandung banyak rER, dan menghasilkan hormon antiparamesonefritik, suatu glikogen yang menekan perkembangan tuba Falopii, uterus serta vagina pada jenis jantan. Sel penunjang pada hewan piaraan banyak mengandung lipid dan glikogen sebagai paraplasma, juga filamen mikro, buluh mikro, dan sER (Dellmann, 1992).
-       Sel Spermatogenik
Panjangnya bervariasi antara 50-75 m, terdiri atas caput dan kauda. Kauda sendiri terdiri atas neck (leher), middle piece (bagian tengah), principal (bagian pokok) dan end piece (bagian ujung). Pembagian nya didasarkan atas perbedaan diameter. Dengan mikroskop cahaya perbedaan struktur internanya tidak jelas, tetapi dengan EM terdapat perbedaan struktur interna nya jelas, tetapi dengan EM terdapat perbedaan yang cukup mencolok. Midle piece berbentuk silindris panjangnya lima sampai tujuh m, tebalnya mencapai 1 m. Bagian ini timbul dari polus pasterior dari caput yaitu pada bagian yang mempunyai struktur mirip dengan cincin Annulus. Principal piece panjangnya kira-kira 45 m dengan tebal 0,5 m, makin keujung makin mengecil membentuk end piece ( Dellmann, 1992 ).
Spermatogonia terdapat diatas satu sampai dua lapis membran basal. Sel induk ini bersifat mitosis aktif, jadi sering terlihat bentuk pembelahan sel. Menurut penelitian dibedakan adanya spermatogonia tipe A dan B. Tipe A terdapat langsung pada membran basal dan tipe B diatas tipe A. Tipe A membelah secara mitosis menjadi tipe A dan tipe B, tipe B inilah yang menumbuhkan spermatosit primer ( Dellmann, 1992 ).
Sel pada lapis berikutnya lebih besar diameternya, intinya lebih besar serta lebih banyak mengandung khromatin disebut : sprematosit primer. Selanjutnya sel ini mengalami meiosis dan pada pembelahan pertama menghasilkan sel yang lebih kecil disebut : spermatosit sekunder. Umur sel tersebut pendek karena segera mengalami pembelahan kedua (mitosis) menjadi spermatid, dari satu sel spermatozoa menjadi empat spermatid yang secara morfologis identik, tetapi gen yang dikandung dapat berbeda. ukuran sel kecil inti miskin kromatin dan sentriole masih tampak. Dalam tahap spermatositogenesis, spermatid selanjutnya mengalami tahap transformasi, berubah dari bentuk sel menjadi spermatozoa yang memiliki kepala, leher, badan dan ekor. Spermatozoa yang berkembang ini tampak membenamkan kepalanya kedalam kutub bebas sel sertoli ( Dellmann, 1992 ).
Air mani sering disebut sperma atau semen, terdiri dari campuran spermatozoa dan sekresi kelenjar asesorius dan epididimis. Sekreta kelenjar selain sebagai pengangkut (vesicle), juga bekerja sebagai pembawa makanan serta mengaktifkan gerakan spermatozoa. Kandungan hialuronidase dalam air mani yang cukup tinggi diduga terdapat pada kepala dari spermatozoa, enzim mana yang diperlukan pada proses pembuahan, khususnya untuk merusak selaput sekunder dari ovum ( Dellmann, 1992 ).

2)   Alat Penyalur
Alat penyalur spermatozoa dimulai dari : Tubuli rekti, Rete testis (terdapat dalam testis), Duktuli Efferentes Testis,Duktus epididimis (terdapat dalam epididimis), Duktus deferens, Urethra (pars pelvina dan pars penis) ( Dellmann, 1992 ).
a)   Tubuli (seminiferi) rekti, Berupa saluran pendek yang terdapat pada lobuli testis, epithelnya kubis sebaris dan berdiri pada membran basal. Pada daerah peralihan antara tubuli rekti terdapat daerah dengan banyak modifikasi dari sel sertoli. Di daerah ini tidak lagi terdapat proses spermatogenesis ( Dellmann, 1992 ).
b)   Rete Testis, Berupa saluran atau rongga saling berhubungan dalam mediastinum testis. Saluran tersebut dibalut oleh epithel pipih selapis atau kubis rendah, sedangkan mediastinum testis merupakan kondensasi dari stroma testis yang mengandung pembuluh darah dan saraf. Otot polos belum terdapat pada mediastinum testis ( Dellmann, 1992 ).
c)   Duktuli Efferentes Testis, Pada kutub kranial mediastinum testis terdapat sekitar 6-12 saluran disebut : Duktuli efferentes testis. Saluran tersebut awalnya lurus tetapi setelah memasuki epididimis menjadi berkelok membentuk spiral. Daerah pemasukan dikenal dengan vascular cone yang menghadap testis dan merupakan caput epididimis (kuda) atau sebagian dari padanya pada hewan lain ( Dellmann, 1992 ).
Duktuli efferentes memiliki epithel silindris sebaris dengan dua macam sel, yakni : sel basilia (kinocilia) dan sel tanpa silia dengan banyak butir sekreta di dalamnya, sel ini menunjukkan aktivitas bersekresi. Epithel berdiri pada membran basal, bagian yang telah ada dalam caput epididimis, mulai terdapat otot polos diluar membran basal. Sekreta dari sel tersebut diatas diduga berperanan dalam proses pendewasaan dari spermatozoa dalam epididimis ( Dellmann, 1992 ).
d)  Duktus Epididimis, Duktuli efferentes dalam epididimis secara perlahan memiliki epithel silindris banyak lapis bersilia (stereocilia), lumen semakin besar dan dinding semakin tebal dengan bertambahnya lapisan otot polos. Dalam epididimis saluran tersebut selanjutnya disebut : Duktus epididimis. Sel basal dari epithel banyak lapis mengandung butiran lemak (babi dan ruminansia), sedangkan sel atas silindris tinggi dengan stereosilia. Semakin ke kauda epididimis, ukuran epithel semakin rendah, lumen semakin berkelok-kelok dan otot polos semakin tebal( Dellmann, 1992 ).
e)   Epididimis, Sering disebut anak buah pelir, letaknya sangat berdekatan dengan testis. Secara anatomis terdiri atas caput, korpus dan kauda epididimis. Epididimis terdiri atas jaringan ikat mirip tunika albuginea sebagai stroma dengan mengandung otot polos (jelas pada kuda) didalamnya terdapat saluran yang merupakan parenkhim, yakni duktulis efferentes dan duktus epididimis ( Dellmann, 1992 ).
Fungsi epididimis : Menyimpan sementara spermatozoa, khususnya didaerah kauda epididimis dan diduga disini terjadi proses pendewasaan. Gerakan spermatozoa mulai tampak, tapi dalam tubuli seminiferi jelas belum ada gerakan. Spermatozoa yang telah melalui epididimis memiliki potensi untuk membuahi ovum. Spermatozoa yang tidak melewatinya daya pembuahannya sangat kecil ( Dellmann, 1992 ).
f)    Duktus Deferens, Berupa saluran tunggal yang keluar dari kauda epididimis. Pada hewan besar saluran ini cukup panjang keluar dari epididimis membentuk Funikulus spermatikus (Spermatic cord) di daerah leher skrotum, selanjutnya masuk rongga perut menuju uretra dalam rongga pelvis ( Dellmann, 1992 ).
g)   Duktus deferens dibagi menjadi dua bagian, yakni : bagian yang tidak berkelenjar disebut : Duktus deferens dan bagian yang berkelenjar disebut : Ampulla. Selaput lendri membuat lipatan longitudinal, dengan epithel silindri sebaris atau dua baris, berdiri pada membran basal. Tunika propria terdiri dari jaringan ikat dengan banyak sel dan serabut elastis, bagian ini langsung bersatu dengan sub-mukosa dan keduanya disebut propria mukosa. Tunika muskularis cukup tebal, dengan bagian yang memanjang, melintang dan miring. Pada babi dan domba lapis sirkuler tebal terletak disebelah dalam sedangkan lapis memanjang tipis, tetapi pada sapi, kuda dan karnivora lapisan otot polos saling membuat anyaman, sehingga tidak membentuk strata yang jelas. Tunika adventitia atau serosa terdapat paling luar, pembuluh darah, saraf, jaringan limfoid dan otot polos sering tampak di bagian ini. Ampulla akan dibahas nanti pada kelenjar asesorius ( Dellmann, 1992 ).
h)   Funikulus Spermatikus, Bagian ini berbentuk buluh, dibalut oleh peritonium. Didalamnya terdapat duktus deferens, pembuluh darah, saraf dan berkas otot polos. Pada kasus pengebirian secara tertutup yang dirusak selain duktus deferens juga arteri (a. Spermatika). Pengebirian ini lazim dilakukan pada hewan besar (sapi atau kerbau) sebelum menginjak dewasa kelamin, sebagai ternak daging ( Dellmann, 1992 ).
i)     Uretra, Uretra hewan jantan cukup panjang, dibagi menurut letaknya, yakni : Uretra pars prostatika, uretra pars pelvina dan uretra pars penis. Jadi delaslah bahwa bangun uretra tergantung pada letaknya dalam tubuh, meskipun demikian terdapat bangun umum tetap ( Dellmann, 1992 ).
Selaput lendir membuat lipatan memanjang, disusun atas epitelnya banyak lapis dan peralihan. Pada permukaan, epithel tidak teratur sering membentuk prosesus disebut Lakuna dari Morgagni. Pada tunika propria banyak terdapat pembuluh darah, khususnya pembuluh darah venosus yang membentuk korpus uretralis (kelenjar littre). Lapis paling luar adalah lapisan otot polos, diikuti otot kerangka dalam membentuk muskulus retralis ( Dellmann, 1992 ).
Kolikulus seminalis adalah kelanjutan dari kresta uretralis yang terjadi dari vesika urinaria. Bagian ini merupakan tempat permuaraan duktus defferent dan vesika seminalis. Mukosa mirip dengan uretra, pada kucing dan babi sering terjadi gangglia di daerah ini. Uretra prostatikus atau uterus maskulina terdapat di daerah kolikus prostatikus atau uterus maskulinus terdapat di daerah kollikulus seminialis, sering tampak pada hewan piara, khususnya jelas pada hewan besar. Uritrikulus prostatikus merupakan ujung saluran Muller yang homolog dengan uterus dan vagina pada hewan besar ( Dellmann, 1992 ).
Uretra pars penis berbeda dengan uretra pars pelvina, yakni lebih sedikit mengandung kelenjar tetapi banyak mengandung serabut erektil. Di luar lapisan otot terdapat tunika albuginea yang merupakan suatu jaringan ikat fibrus banyak mengandung serabut elastis, khususnya pada penis tipe kaverneus ( Dellmann, 1992 ).

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous 1, 2012. Anatomi dan Fungsi Reproduksi Hewan Jantan. Avaliable from URL : http://one.indoskripsi.com/content/anatomi-dan-fungsi-reproduksi-hewan-jantan.html , cited 09/06/2012.
Campbell, Neil A. 2002. BIOLOGI JILID III. Jakarta : Erlangga.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992. Buku teks histology veteriner. Jakarta : UI Press.
Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Yogyakarta : FMIPA UNY.

No comments:

Post a Comment