LEARNING
OBJECTIVE
1. Bagaimana
proses spermatogenesis?
2. Bagaimana
terjadinya ereksi dan ejakulasi?
3. Bagaimana Hormon pada organ reproduksi jantan?
4. Parasit
apa saja yang ada di organ reproduksi jantan?
PEMBAHASAN
·
Pengertian
Spermatogenesis
Spermatogenesis adalah suatu proses dimana sel-sel kelamin primer dalam
testis menghasilkan spermatozoa. Ada tiga fase dalam pembentukan spermatozoa
yaitu : (1) spermatogenesis, proses di mana spermatogonia berkembang menjadi
spermatosit, (2) meiosis, tahap masak dari spermatosit yang menghasilkan
spermatid dengan jumlah kromosom berkurang (haploid), (3) spermiogenesis,
proses transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa (Dellmann & Brown,
1992).
·
Proses
Spermatogenesis
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Pada tubulus seminiferus testis terdapat sel-sel induk spermatozoa atau
spermatogonium, sel Sertoli yang berfungsi memberi makan spermatozoa juga sel
Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus yang berfungsi menghasilkan
testosteron. Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa
hormon.Kelenjar hipofisis menghasilkan hormon perangsang folikel (Folicle
Stimulating Hormone/FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormone/LH).
LH merangsang sel Leydig untuk menghasilkan hormon
testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat
kelamin sekunder. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen
Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai proses
spermatogenesis. Proses pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut
spermiogenesis. Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan
waktu selama 2 hari.
- Proses Spermatogenesis :
1)
Spermatogonium berkembang menjadi sel spermatosit
primer.
Sel spermatosit primer bermiosis menghasilkan
spermatosit sekunder, spermatosit sekunder membelah lagi menghasilkan
spermatid, spermatid berdiferensiasi menjadi spermatozoa masak. Bila
spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein
Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel sertoli akan menghasilkan hormon
inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi
FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama
dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar
prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar
tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang
laki-laki dapat mengeluarkan 300 - 400 juta sel spermatozoa.
2)
Spermatogenesis dibagi menjadi tiga tahapan utama :
a)
Proliferasi Mitotik, Spermatogonia yang terletak di lapisan paling luar
tubulus secara terus menerus membelah dengan cara mitosis, dengan semua sel
baru membawa 46 kromosom yang identik dengan induk. Proliferasi ini
menghasilkan pasokan kontinyu sel-sel germinativum yang baru. Setelah
pembelahan mitosis spermatogonia, salah satu sel anak tetap berada di tepi luar
tubulus sebagai spermatogonium yang tidak berdeferensiasi, dengan demikian mempertahankan lapisan sel germinativum. Sementara itu, se-sel anak laiinya mulai bergerak
ke arah lumen sementara mengalami berbagai tahapan yang diperlukan untuk
membentuk sperma yang akan dikeluarkan dari lumen. Pada manusia, sel anak yang
menghasilkan sperma membelah diri secara mitosis dua kali untuk membentuk empat
spermatosit primer yang identik. Setelah pembelahan mitosis terakhir,
spermatosit primer masuk ke fase istirahat selama kromosom mengalami dupikasi
dan untai-untai ganda tetap bersatu sebagai persiapan untuk pembelahan meiosis
pertama.
b)
Meiosis, Selama meiosis, setiap spermatosit primer (dengan 46
kromosom ganda) membentuk dua spermatosit sekunder (masing-masing dengan 23
kromosom ganda) selama selama pembelahan meiosis yang pertama, yang akhirnya
menghasilkan empat spermatid (masing-masing dengan 23 kromosom tunggal) sebagai
hasil pembelahan meiosis kedua.
Setelah tahapan spermatogenesis ini tidak terjadi
lagi pembelahan sel. Setiap spermatid mengalami modifikasi menjadi sebuah
spermatozoa. Karena setiap spermatogonia penghasil sperma secara mitosis
menghasilkan empat spermatosit primer dan setiap spermatosit primer secara
meiosis menghasilkan empat spermatid (bakal spermatozoa), rangkaian
spermatogenik pada manusia secara teoritis menghasilkan 16 spermatozoa setiap
kali spermatogonium memulai proses ini. Namun biasanya sebagian sel lenyap di
berbagaitahapan perkembangan, sehingga efisinsi produktivitas jarangsetinggi
angka tersebut.
c)
Pengemasan, Setelah meiosis, secara struktural spermatid masih mirip
dengan spermatogonia yang belum berdiferensiasi, kecuali jumlah kromosomnya.
Pembentukan spermatozoa yang dapat bergerak dan dapat bersifat sangat spesifik
dari spermatid memerlukan remodeling ekstensif, atau pengemasan (packing),
unsur-unsur sel, suatu proses yang dikenal sebagai spermiogenesis. Sperma pada
dasarnya adalah sel-sel yang ”dilucuti”, dengan sebagian besar sitosol dan
organel yang tidak diperlukan untuk tugas penyaluran informasi genetik sperma
ke ovum disingkirkan
(Anonymous 1, 2012).
·
Tahapan pembentukan spermatozoa :
1)
Spermatogonia,
sel-sel yang ada pada umumnya terdapat pada tubulus seminiferus, jumlahnya
bertambah secara mitosis, suatu tipe pembelahan sel yang mana sel-sel anakan
hamper sama dengan sel induk.
2)
Spermatosit
primer, dihasilkan oleh spermatogonia, mengalami migrasi menuju ke pusat
tubulus dan mengalami pembelahan meiosis dimana kromosom-kromosom bergabung
dalam pasangan-pasangan dan kemudian satu dari masing-masing pasangan menuju ke
masing-masing dari dua spermatosit sekunder. Jadi jumlah kromosom dibagi dalam
spermatosit sekunder.
3)
Dua
spermatosit sekunder yang terbentuk dari masing-masing spermatosit primer
terbagi secara mitosis menjadi empat spermatid.
4)
Masing-masing
spermatid mengalami serangkaian perubahan nucleus dan sitoplasma dari sel yang
bersifat non-motil menjadi sel motil (sel yang mampu bergerak) dengan membentuk
flagellum (ekor) untuk membentuk spermatozoa.
Spermatogenesis terjadi pada semua tubulus
seminiferus, spermatogenesis terjadi akibat perangsangan oleh hormone-hormon
gonadotropin hipofisis dan berlangsung sepanjang hidup. Tubulus seminiferus
mengandung banyak sel-sel epitel germinativum yang dinamakan spermatogenia.
Sel-sel ini terus mengalami poliferasi untuk melengkapi mereka kembali, dan
sebagian dari mereka berdiferensiasi melalui stadium-stadium definitive untuk
perkembangan sperma.
Stadium spermatogenesis adalah pertumbuhan
spermatogonia menjadi sel yang sangat besar dinamakan spermatosit primer.
Kemudian spermatosit primer membelah dengan proses miosis (tidak ada pembentukan akrosom baru, jadi
hanya memisahkan diri dari akrosom pasangan) membentuk dua spermatosit skunder
yang masing-masing memiliki 23 kromosom. Masing-masing sel ini segera membelah
dengan proses mitosis membentuk dua spermatid yang hanya memiliki 23 akrosom,
tidak ada satupun yang berpasangan, jadi setiap pasangan kromosom berada di
spermatid lainnya. Pengurangan kromosom juga terjadi pada ovum, kemudian bila
spermatozoa bertemu dengan ovum pada saat fertilisasi, unsure-unsur asli dari
46 kromosom kembali terbentuk.
Bila spermatid pertama kali di bentuk, mereka
masih mempunyai mempunyai sifat umum sel epiteloid, tetapi segera bagian
sitoplasmanya menghilang, dan setiap spermatid mulai memanjang menjadi
spermatozoa yang terdiri atas kepala, leher, badan, dan ekor. Untuk membentuk
kepala, zat inti memadat dan membrane sel melekat di sekitar inti.
Di depan kepala sperma terdapat struktur kecil yang dinamakan akrosom
yang dibentuk dari apparatus golgi dan mengandung hialuronidrase dan protease
yang memegang peranan penting untuk memasukkan sperma ke dalam ovum. Sentriole
mengelompok pada leher sperma dan mitokondria mengelompok pada badan. Yang
menonjol ke luar tubuh adalah ekor, yang merupakan pertumbuhan keluar dari
salah satu sentriole. Ekor memiliki struktur yang sama seperti silia. Ekor
mengandung dua pasang mikrotubulus yang terletak di tengah-tengah dan dan
Sembilan mikrotublus ganda di pinggirnya. Ekor diliputi oleh perluasan membrane
sel yang mengandung banyak adenosine
tripospat yang dipercaya member energy agar ekor dapat bergerak. Kecepatan
maksimal yang dapat dihasilkan oleh ekor ini adalah 20 cm / jam (Frandson, 1992).
·
Komparasi
terbentuknya spermatozoa
Sperma terbentuk di dalam tubuli seminiferi dari sel-sel induk sperma
yang diploid,spermatogonia tipe A,yang terletak dalam membrana
basalis.Spermatogenesis merupakan suatu proses kompleks yang meliputi
pembelahan dan diferensiasi sel.Selama proses tersebut jumlah kromosom
direduksi dari diploid (2n : 60 pada sapi, 54 domba,38 babi)menjadi
haploid (n) pada setiap sel (Toelihere. 1979).
Pembentkan spermatozoa, dibagi atas 2
tahap:
1.
Spermatocytogenesis
Serangkaian pembelahan sel benih sejak dari spermatogonia sampai
terbentuk spermatid. Tahap pertama dari spermatoctoygenesis adalah pembelahan
mitosis dari spermatogonium menjadi 1 spermatogonium dormant dan 1
spermatogonium aktif.
Spermatogonium dormant tetap tinggal berada di pinggir tubulus
seminiferus, dalam germinal epitelium,pada gilirannya nanti (setelah
spermatogonium aktif membelah berulang kali) akan mengulang proses gelombang
selanjutnya.
Spermatogonium aktif, mengalami 4 pembelahan mitosis membentuk 16
spermatosit primer. Pada domba proses ini sempurna dalam waktu 15-17 hari.
Masing-masing spermatosit primer (2n) mengalami meiosis menghasilkan 2 sel
spermatosit sekunder (n). Pada tahap ini diselesaikan dalam waktu 15 hari.
Masing-masing spermatosit sekunder membelah membentuk 2 sel spermatid, jadi
terbentuk 4 spermatid dari 1 sel spermatosit primer atau 64 spermatid berasal
dari 1 sel spermatogonium aktif. Dengan demikian, 4 spermatid terbentuk dari
spermatocyt primer, atau 64 hari tiap spermatogonium aktif.
2.
Spermiogenesis
Selama fase ini spermatosid menempel pada sel
sertoli. Masing-masing spermatid mengalami metamorfosis menjadi
spermatozoon. Inti material memadat pada
satu bagian dari sel membentuk kepala dari spermatozoon, sedangkan sisanya
memanjang membentuk ekor spermatozoon. Acrosom, sebuah topi yang mengelilingi
kepala spermatozoon,tersusun dari aparatus golgi spermatid. Selama pembentukan
ekor spermatozoon, maka terjadi pelepasan cytoplasma, terlihat adanya
cytoplasmic droplet pada daerah leher spermatozoa. Spermatozoa yang baru
terbentuk ini, kemudian didorong ke lumen tubulus seminiferus menuju rete
testis .
Transformasi spermatid menjadi spermatozoa ada 4 fase, yaitu:
a) fase Golgi, Saat butiran proakrosom
teerbentuk dalam alat Golgi spermatid. Butiran atau granula ini nanti bersatu
mambentuk satu butiran akrosom. Butiran ini di lapisi membran dalam gembungan
akrosom(acosomal vesicle). Gelembung ini melekat ke salah satu sisis inti yang
bakal jadi bagian depan spermatozoon.
b) fase tutup, Saat gembungan akrosom makin
besar, membentuk lipatan tipis melingkupi bagian kutub yang bakal jadi bagian depan. Akhirnya terbentuk semacam
tutup spermatozoon.
c) fase akrosom, Terjadi redistribusia bahan
akrosom. Nukleoplasma berkondensasi, sementara spermatid memanjang. Akrosom kaya akan karbohidrat dan enzim
hidrolisa : hyaluronidase, neurominidase, posfasatase asam dan protefaseyang
aktivasnya mirip tripsin.. sementara
inti spermatid memanjang dan menggepeng. Butiran nukleoplasma mengalami
transformasin menjadi filamen-filamen (benang halus) yang pendek dan tebal
serta kasar.
d) fase pematangan, Terjadi perubahan bentuk
spermatid sesuai dengan ciri spesies. Butiran inti akhirnya bersatu, dan inti
menjadigepeng bentuk pyriform, sebagai ciri spermatozoa. Ketika akromosom
terbentuk di bakal jadi bagian depan spermatozoa, sentriol pun bergerak ke kutub
bersebrangan. Sentriol terdepan membentuk flagellu, sentriol yang satu lagi
membentuk kelepak sekeliling pangkal ekor. Mitokondria membentuk cincin-cincin
di bagian middle piece ekor dan seludang fibrosa di luarnya. Mikrotubul muncul
dan berkumpul di bagian samping spermatid membentuk satu batang besar yang
disebut manchette. Menshette ini menjepit inti sehingga jadi lonjong, sementara
spermatid sendiri memanjang dan sitoplasma terdesak ke belakang inti (Yatim,
1994).
2. Ereksi
dan ejakulasi
Ereksi
Ereksi penis
pada dasarnya merupakan peningkatan turgiditas (pembesaran) organ yang di
sebabkan karena pemasukan darah lebih besar dari pengeluaran yang meyebabkan
penambahan tekanan dalam penis.Baik vasodilatasi pada arteri yang disebabkan
oleh rangsang saraf pelvis yang disebut saraf erigentes dari pleksus pelvis dan
pengurangan aliran vena dari pelvis,merupakan faktor yang menimbulkan
ereksi.Pengurangan aliran vena dari penis disebabkan oleh penekanan dari
vena-vena dorsalis penis antara ischial
arch dan badan penis ketika otot ischicovernosus
berkontraksi.
Pada penis anjing dan kuda ketika ereksi terjadi penambahan panjang dan diameter dari penis,karena pada penisnya mempunyai jaringan erektil yang lebih banyak dibandingkan dengan tunika albuginea dan jaringan pengikat lainnya.
Pada sapi dan ruminansia ketika ereksi penis tidak mengalami penambahan panjang dan dimeter,hanya pelurusan fleksura sigmoidea.Hal ini disebabkan oleh jumlah jaringan erektil lebih sedikit di bandingkan dengan jumlah jaringan pengikat.
Ereksi glans penis pada kuda terjadi setelah badan penis menerima banyak darah yang disuplai dari vena prepusium.Hal ini memungkinkan penis dapat masuk ke dalam vagina sebelum terjadi ereksi yang sempurna pada glans.Pada anjing bagian bulbus glandis dari penis berereksi setelah masuk ke dalam vagina.Lubang pada bulbus dengan klep otot spingter pada vulva dan vagina mencegah pemisahan pada saat kopulasi sampai penis melemah dan di ikuti ereksi.
Pada penis anjing dan kuda ketika ereksi terjadi penambahan panjang dan diameter dari penis,karena pada penisnya mempunyai jaringan erektil yang lebih banyak dibandingkan dengan tunika albuginea dan jaringan pengikat lainnya.
Pada sapi dan ruminansia ketika ereksi penis tidak mengalami penambahan panjang dan dimeter,hanya pelurusan fleksura sigmoidea.Hal ini disebabkan oleh jumlah jaringan erektil lebih sedikit di bandingkan dengan jumlah jaringan pengikat.
Ereksi glans penis pada kuda terjadi setelah badan penis menerima banyak darah yang disuplai dari vena prepusium.Hal ini memungkinkan penis dapat masuk ke dalam vagina sebelum terjadi ereksi yang sempurna pada glans.Pada anjing bagian bulbus glandis dari penis berereksi setelah masuk ke dalam vagina.Lubang pada bulbus dengan klep otot spingter pada vulva dan vagina mencegah pemisahan pada saat kopulasi sampai penis melemah dan di ikuti ereksi.
Muskulus yang membantu proses ereksi adalah m. ischiocovernosus yang
berkontraksi untuk memompa darah kedalam dan menjebaknya didalam corpus
cavernosum penis.Pada hewan yang mempunyai flexura sigmoidea, ereksi dibantu
oleh m. retractor penis dimana dapat memanjang dan menarik secara sempurna
penis kedalam. Pada saat ereksi, penis tidak mengalami perbesaran diameter dan
panjangnya tetap (Getty, 1975).
Ejakulasi
Ejakulasi adalah suatu gerak reflek yang mengosongkan epididimis, urethra,dan kelenjar kelamin aksessori pada jantan.Disebabkan oleh rangsangan pada glans penis.Ejakulasi juga dapat ditimbulkan dengan cara masase kelenjar-kelenjar kelamin asessori melalui rektum atau dengan ejakulator elektrik (Frandson, 1992).
Ejakulasi adalah pengeluaran dengan kuat semen dari urethra dan dipercepat oleh parasimpatik refleks sacral yang menyebabkan ritme kontraksi dari otot bulbospongiosus, ischiocavernosus, dan urethralis. Setelah ejakulasi, simpatik sacral meningkatkan ritme otot polos pada cavernosus dalam meningkatkan aliran keluarnya darah dan kontraksi dari otot retractor penis menarik penis ke dalam preputium.
Ejakulasi berawal dari dikosongkannya isis tubulus seminiferus ke dalam rete testis, kemudian mengalirkan spermatozoa dan ciran tubulus seminiferus ke dalam epididimis. Epididimis adalah duktus yang berliku-liku dan amat panjang (dari 2 m pada kucing sampai 80 m pada kuda). Anatomi dari epididimis dibagi dalam 3 segmen : caput, corpus, dan cauda. Epididimis tidak hanya saluran untuk spermatozoa tetapi juga menyediakan ruang special, dimana spermatozoa dipekatkan, mengalami pematangan, dan capacity fertilitas. Spermatozoa masuk ke caput dari rete testis masih immotil dan tidak mampu untuk pembuahan. Setelah mengalami migrasi dan pematangan di caput dan di korpus mendapatkan keduanya yaitu motilitas dan capacity untuk pembuahan. Cauda epididimis dan duktus deferen, selanjutnya cauda yang kosong dijadikan sebagai gudang penyimpanan dan untuk pematangan spermatozoa dan sekaligus mereka menjadi extragonadal sperma cadangan. Spermatozoa setelah pindah dari caput dan corpus epididimis tidak diubah lagi olah ejakulasi dan sama untuk spesies domestic. Waktu penyimpanan di dalam cauda epididimis bervariasi untuk tiap-tiap spesies (3-13 hari) dan dapat berkurang beberapa hari pada jantan yang aktif kawin. Hewan beristirahat untuk kawin sekitar 7-10 hari untuk mendapatkan jumlah spermatozoa yang maksimm pada cauda epididimis dan cadangan ini berkurang sekitar 25% setiap ejakulasi.
Duktus deferens, setelah melewati lingkar inguinal ke dalam abdomen dan menghubungkan cauda epididimis dengan pelvic urethra. Pada sebagian besar spesies, pada bagian terminal dari duktus deferen melebar membentuk prominent ampulla seperti pada sapid an kuda. Pada spesies lain ampulla tidak ada. Ampulla sebagai gudang penyimpanan dan penambahan untuk spermatozoa dan pada beberapa spesies seperti sapi, kuda, dan anjing, kelenjar ampulla menambah pada ejakulasi spermatozoa. Ejakulasi semen penyusun utamanya adalah secret kelenjar aksesori , ini menambah volume, nutrient, buffer dan substansi lain yang fungsinya belum diketahui. Kontribusi pada ejakulasi oleh tiap-tiap kelenjar aksesori bervariasi dengan spesies dan respon pada konsentrasi, volume dan karakter antar ejakulasi (Cunningham, 2002).
Ejakulasi
Ejakulasi adalah suatu gerak reflek yang mengosongkan epididimis, urethra,dan kelenjar kelamin aksessori pada jantan.Disebabkan oleh rangsangan pada glans penis.Ejakulasi juga dapat ditimbulkan dengan cara masase kelenjar-kelenjar kelamin asessori melalui rektum atau dengan ejakulator elektrik (Frandson, 1992).
Ejakulasi adalah pengeluaran dengan kuat semen dari urethra dan dipercepat oleh parasimpatik refleks sacral yang menyebabkan ritme kontraksi dari otot bulbospongiosus, ischiocavernosus, dan urethralis. Setelah ejakulasi, simpatik sacral meningkatkan ritme otot polos pada cavernosus dalam meningkatkan aliran keluarnya darah dan kontraksi dari otot retractor penis menarik penis ke dalam preputium.
Ejakulasi berawal dari dikosongkannya isis tubulus seminiferus ke dalam rete testis, kemudian mengalirkan spermatozoa dan ciran tubulus seminiferus ke dalam epididimis. Epididimis adalah duktus yang berliku-liku dan amat panjang (dari 2 m pada kucing sampai 80 m pada kuda). Anatomi dari epididimis dibagi dalam 3 segmen : caput, corpus, dan cauda. Epididimis tidak hanya saluran untuk spermatozoa tetapi juga menyediakan ruang special, dimana spermatozoa dipekatkan, mengalami pematangan, dan capacity fertilitas. Spermatozoa masuk ke caput dari rete testis masih immotil dan tidak mampu untuk pembuahan. Setelah mengalami migrasi dan pematangan di caput dan di korpus mendapatkan keduanya yaitu motilitas dan capacity untuk pembuahan. Cauda epididimis dan duktus deferen, selanjutnya cauda yang kosong dijadikan sebagai gudang penyimpanan dan untuk pematangan spermatozoa dan sekaligus mereka menjadi extragonadal sperma cadangan. Spermatozoa setelah pindah dari caput dan corpus epididimis tidak diubah lagi olah ejakulasi dan sama untuk spesies domestic. Waktu penyimpanan di dalam cauda epididimis bervariasi untuk tiap-tiap spesies (3-13 hari) dan dapat berkurang beberapa hari pada jantan yang aktif kawin. Hewan beristirahat untuk kawin sekitar 7-10 hari untuk mendapatkan jumlah spermatozoa yang maksimm pada cauda epididimis dan cadangan ini berkurang sekitar 25% setiap ejakulasi.
Duktus deferens, setelah melewati lingkar inguinal ke dalam abdomen dan menghubungkan cauda epididimis dengan pelvic urethra. Pada sebagian besar spesies, pada bagian terminal dari duktus deferen melebar membentuk prominent ampulla seperti pada sapid an kuda. Pada spesies lain ampulla tidak ada. Ampulla sebagai gudang penyimpanan dan penambahan untuk spermatozoa dan pada beberapa spesies seperti sapi, kuda, dan anjing, kelenjar ampulla menambah pada ejakulasi spermatozoa. Ejakulasi semen penyusun utamanya adalah secret kelenjar aksesori , ini menambah volume, nutrient, buffer dan substansi lain yang fungsinya belum diketahui. Kontribusi pada ejakulasi oleh tiap-tiap kelenjar aksesori bervariasi dengan spesies dan respon pada konsentrasi, volume dan karakter antar ejakulasi (Cunningham, 2002).
3. Hormon Jantan
Beberapa
hormon yang penting dalam proses spermatogenesis
1. Testosteron,
Testosteron disekresikan oleh sel-sel Leydig. Hormon ini penting bagi pembelahan sel-sel germinal testis, yang merupakan tahap awal pembentukan
sperma.
2.
LH
(Luteinizing Hormone), LH disekresikan oleh hipofisis anterior. Hormon ini
merangsang sel-sel Leydig untuk menyekresikan testosteron.
3.
FSH
(Follicle Stimulating Hormone), FSH juga disekresikan oleh hipofisis anterior.
Hormon ini merangsang sel-sel sertoli untuk menyekresikan ABP (Androgen Binding
Protein) dan inhibin. Rangsangan terhadap sel sertoli menyebabkan pengubahan
spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis).
4.
Estrogen,
Estrogen dibentuk dari testosteron oleh sel sertoli ketika sel sertoli
dirangsang oleh FSH.
5. Hormon
Pertumbuhan, Hormon pertumbuhan meningkatkan pembelahan awal spermatogonia.
Bila tidak terdapat hormon pertumbuhan menyebabkan infertilitas (Guyton &
Hall, 2008).
Testis dikontrol oleh dua
hormone gonadotropin yang disekresikan oleh hipofisis anterior yaitu
luteineizing hormone (LH) dan follicle stimulaizing hormone (FSH). Hormone LH
bekerja pada sel leyig untuk mengatur sekresi testosterone, sehingga pada pria
hormone ini juga disebut interstitial
stimulating cell hormone(ICSH). FSH bekerja pada tubulus seminiferus, terutama
I sel sertoli untuk meningkatkan spermatogenesis. Sebaliknya sekresi LH dan FSH
dari hipofisis anterior diransang oleh sebuah hormone hipotalamus GnRH.
Setiap 2-3 jam sekali GRH
dikeluarkan dalam hipotalamus dalam letupan sekrotorik tanpa terjai sekresi
diantara letupan tersebut. Karea GnRH merangsang sel-sel sekretorik hormon
Gonadotropik di hipofisis anterior, pola sekresi hipotalamus yang pulasatif ii
menyebabkan sekresi LH dan FSH juga berlangsung secara periodic. Walaupun GnRH
merangsang LH an FSH, kosentrasi kedua hormone gonadotropik tersebut dalam
darah tidak selalu sejajara satu sama lain karena, pertama, diantara
letupan-letupan sekretoriknya LH dibersihkan dari darah lebih cepat
dibandingkan egan FSH sehigga fariasi pulsasi kadar LH dalam darah jauh lebih mecolok
dibading kadar FSH. Kedua, dua factor reguratorik selain GnRH-testostero dan
inhibin secara berbeda mempengaruhi kecepatan sekresi FSH dan LH.
Testosteron merupakan produk
stimualsi LH pada sel leydig juga bekerja secara umpan balik negatif utuk menghambat
sekresi LH melalui 2 cara. Efek umpan balik negative testosteron yang
predomnian adalah meurunkan episode-episode pengeluaran GnRH dengan bekerja
pada hipotalamus, sehigga secara tidak langsung menurunkan pengeluaran LH dan
FSH ari hipofisis anterior. Kedua, testosteron bekerja secara langsung pada
hipofisis anterior utuk mengurangi kepekaan sel-sel sekretorik LH terhadap
GnRH. Testostero menimbulkan pegaruh negative yang lebih besar pada sekresi LH
dibandingkan pada sekresi FSH. Siyal inhibitorik testis yang secara spesifik
ditunjukan untuk mengontrol sekresi FSH adalah hormone peptide inhibin yang
disekresikan oleh sel sertoli . inhibit bekerja secara langsung pada hipofisis
anterior untuk mengahambat sekresi FSH.
Inhibisi umpan balik terhadap FSH oleh produk sel-sel sertoli ini
sesuai, karena FSH meragsang spermatogenesis dengan bekerja pada sel-sel
sertoli.
Baik testosterone dan FSH
berperan penting dalam mengontrol spermatogenesis. Masing-masing melakasanakan
efeknya denga memperngaruhi sel sertoli. Testostero esensial untuk mitosis da
miosis sel-sel germiativum, sedangka FSH diperluka untk remodeling spermatid.
Kosentrasi testostero di testis lebih besar ari pada didarah karena cukup bayak
hormone yang diproduksi secara local oleh sel leydig ini ditahan didalam cairan
lumen karena berikatan dengan protein pengikat androgen yang dikeluarkan oleh
sel-sel sertoli. Kadar testosterone testis yang tinggi ini diperlukan untuk
mempertahankan pembentukan sperma (Sherwood, 2001).
4. Parasit
pada organ reproduksi jantan
No.
|
Hewan
|
Nama
Parasit
|
Menyebabkan
|
1
|
Sapi
|
Tritricomonas foetus
|
- Peradangan pada
Glans Penis (berhubungan dengan keluarnya nanah)
- Terlihat sakit
saat urinasi
- Terlihat leleran
mukopoluren (mengandung nanah dan mucus) dari kelaminnya
- Fertilisasi kurang
baik
|
2
|
Kambing
|
Oesophagostomum
columbianum
|
Menyerang peritoneum,
menyebabkan blackleg pada fetus
|
3
|
Kuda
|
- Tripanosoma equiperdum
- Klossiella
equi
|
Penyekat
kelamin ada pada ren
|
4
|
Babi
|
Stephanurus dentatus
|
Ada di ren
|
5
|
Karnivora
|
- Capillaria plica
- Dioctophyma
renale
|
Ada di Vesica urinaria,
di ren
|
(Levine, 1994).
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous
1, 2012. Spermatogenesis. Avaliable
from URL : hptt//:www.biologi.um.com /spermatogenesis_proses.html ,cited 15/06/2009.
Cunningham, James G. 2002. Textbook of Veterinary Physiology Third
Edition. W. B. Saunders : Philadelpia.
Dellmann Dieter .H, & Brown E.M. 1992. Buku teks histology veteriner. Jakarta :
UI Press.
Frandson, R. D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta.
Getty, R. 1975. The
Anatomy of The Domestic Animals. London : W. B. Saunders Company.
Guyton, Arthur C., Hall, John E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit
Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Levine, N.D.1994. Buku Pelajaran
Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Sherwood, L. 2001. Fisiologi
Manusia Dari Sel ke Sistem Cetakan 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC :
jakarta.
Toelihere, Mozes R. 1979. Fisiologi Reproduksi Pada Ternak.
Penerbit Angkasa : Bandung.
Yatim Wildan.
1990. Reproduksi dan Embriologi.
Transito : Bandung.
No comments:
Post a Comment