Tuesday, 9 October 2012

Blok 7 UP 6

Download Full >>> Disini


LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana Struktur Kromosom dan jenisnya?
2.      Bagaimana Proses Pembelahan Sel (Mitosis dan Meiosis)?
3.      Apa Saja Perubahan Struktur dan jumlah kromosom?
4.      Bagaimana kera hylobates dan Nomascus yang memiliki kromosom berbeda dapat menghasilkan anakan?

PEMBAHASAN

1.      Struktur Kromosom

Di dalam tiap kromosom terdapat sejumlah factor hereditas, yaitu gen yang masing-masing mengontrol penurunan satu atau lebih sifat. Tiap gen terletak pada satu tempat tertentu disebut sebagai lokus di sepanjang kromosom. Karena gen terletak dalam kromosom dan tiap sel mempunyai dua dari tiap jenis gen, kromosom terpisah pada waktu meiosis dan bersatu kembali dalam fertilisasi, demikian juga halnya dengan gen. gen terletak dengan urutan linear di dalam kromosom, kromosom homolog mempunyai gen yang sama terletak dalam urutan yang sama (Ville, et al. 1999).
Kromosom terletak di dalam inti sel, tersusun oleh kromatin yang berbentuk sebagai benang-benang. Pada pewarnaan kromosom, ada bagian yang nampak berwarna gelap yang disebut heterokromatin dan bagian yang berwarna terang yang disebut eukromatin (Hardjosubroto,2001).
Bentuk kromosom selalu berubah-ubah pada saat terjadinya pembelahan sel. Kebanyakan kromosom mempunyai dua lengan yang dipisahkan oleh sentromer, kromosom berbentuk seperti benang dan selalu berpasangan yang saling melekat satu sama lain pada sentromer tersebut. Sentromer berfungsi sebagai tempat berpegangnya benang-benang plasma pada saat terjadinya pembelahan sel. Berdasarkan letak sentromer tersebut dapat dibedakan atas:
ü  Metasentris, apabila letak sentromer tepat ditengah-tengah kromosom, sehingga kromosom tepat terbagi dua.
ü  Aksosentris, apabila sentromer terletak di dekat salah satu ujung dari kromosom sehingga kromosom tidak terbagi atas dua bagian yang sama panjang.
ü  Submetasentris, apabila sentromer terletak diantara posisi metasentris dan akrosentris.
ü  Telosentris, apabila sentromer terletak tepat di ujung dari kromosom
ü  Asentris, bila kromosom tidak memiliki sentromer (Hardjosubroto,2001).
Kromosom dalam sel somatic selalu berpasangan sedangkan pada sel gamet (ovum dan spermatozoa) kromosom tidak berpasangan. Dengan demikian jumlah kromosom di dalam sel gamet adalah setengah dari jumlah kromosom di dalam sel tubuhnya. Keadaan kromosom yang tidak berpasangan ini disebut bersifat haploid (n kromosom). Satu set kromosom yang tidak berpasangan disebut genom. Pada saat terjadinya fertilisaasi terjadilah persatuan antara dua genom yang masing-masing berasal dari jantan dan betina untuk berpasangan kembali dan terjadilah sel dengan kromosom yang berpasangan lagi. Sel inilah yang kemudian membelah secara mitosis sebagai sel somatic. Dengan demikian maka sel somatic mempunyai 2 genom sehingga berifat diploid (2n kromosom) (Hardjosubroto,2001).

2.      Pembelahan sel
Secara umum periode sel terdiri dari dua periode yaitu periode interfase (istirahat/senggang) dan periode pembelahan. Di sini periode interfase terbagi atas periode G dan S. G berasal dari kata gap (senggang) dan S berasal dari kata synthesis.
Periode G1 adalah periode sel aktif mansintesa ARN dan protein. Pada fase ini terjadi pembentukan organela-organela.
Periode S adalah periode aktif terjadinya sintesis.
Periode G2 adalah persiapan sitoplasma untuk membelah, terjadi replikasi organela (Hartwell, 2000).

a.      Mitosis
 Pembelahan mitosis terjadi pada seluruh jaringan tubuh, baik jaringan somatik (vegetatif) maupun jaringan germinatif (generatif). Dalam mitosis, karyotipe yang 2n (diploid) pada sel induk akan tetap 2n pada sel anak.
1)      Profase
Periode ini merupakan periode awal dari proses mitosis. Pada periode ini terjadi perubahan pada nucleus dan sitoplasma. Serabut-serabut kromatin menjadi lebih menggulung rapat dan melipat sehingga kian pendek dan tebal berubah menjadi kromosom, yang besar dan tampak jelas. Kromosom kemudian berduplikasi menjadi dua kromatid anak yang sama, dan kemudian bergabung pada sentromer. Spindle mitosis terbentuk di sitoplasma, tersusun dari mikrotubul dan bergabung dengan protein, tersusun teratur di antara dua sentrosom. (Guyton, A.C.,Hall, J.E., 1997)
2)      Prometafase
Selama prometafase membrane inti terpotong-potong. Mikrotubul dari spindle sekarang dapat masuk ke dalam inti dan berhubungan dengan kromosom yang telah menjadi lebih padat. Berkas mikrotubul dinamakan serabut spindel, yang meluas dari setiap kutub kea rah ekuator sel. Setiap kromatid dari kromosom kini memiliki struktur khusus yang dinamakan kinetokor, yang terletak pada daerah sentromer (Guyton, A.C.,Hall, J.E., 1997).
3)      Metafase
Sentrosom berada pada kedua kutub sel yang berlawanan. Kromosom berada pada bidang metaphase, bidang yang mempunyai jarak yang sama antara spindle kedua kutub. (Guyton, A.C.,Hall, J.E., 1997)
4)      Anafase
Sentromer dari setiap kromosom mengganda, sehingga setiap kromatid memiliki sentromer sendiri-sendiri. Setiap kromatid sekarang dianggap sebagai calon kromosom. Spindle mulai menggerakkan kromatid menuju kutub sel yang berlawanan. Mikrotubul kinetokor memendek ketika kromosom mendekati kutub sel. Pada akhirnya kedua kutub sel sama jaraknya dan merupakan kumpulan dari kromosom (Guyton, A.C.,Hall, J.E., 1997).



5)      Telofase
Benang spindle menghilang. Membrane inti terbentuk dari potongan-potongan membrane inti sel induk dan bagian lain dari system endomembran. Pada fase profase dan prometafase selanjutnya nucleoli nampak kembali dan serabut kromatin dari masing-masing kromosom menjadi kurang erat memilin. Mitosis merupakan pembelahan dari satu inti menjadi dua inti yang secara genetic sama (Guyton, A.C.,Hall, J.E., 1997).

b.      Meiosis
1)      Prophase I
Berbeda dengan profase pada mitosis, yaitu bahwa kromosom-kromosom homolog membentuk pasangan yang dinamakan bivalen. Persilangan yang membantu mengikat kromosom agar tetap bersama dinamakan kiasmata.
Leptotene : Kromosom menebal dan mulai keliatan, sedang kromatid mulai menghilang. Centromer mulai menuju ke kutub sel.
Zygotene : Kombinasi kromosom homolog disebut bivalent. Kromosom homolog mengandeng. Dibeberapa tempat terjadi persilangan (chiasma; jamak: chiasmata).
Pachytene : Diikuti dengan cross over kromosom. Kromatid non – sister dari kromosom homolog secara acak berubah segment dari informasi genetik area terakhir dari homolog. 
Diplotene  : Setiap kromosom membelah longitudinal membentuk dua kromatid, sentromer masih satu terjadi chiasmata pada beberapa tempat antara kromatid homolog; dari chiasmata timbul crossing over.
Diakinase   : Kromosam (kromatid) mencapai pilinan maksimal, sehingga mencapai besar maksimal pula.

PROSES TERJADINYA CROSSING OVER GENE
Peristiwa pindah silang umum terjadi pada setiap gametogenesis pada semua mahluk hidup. Pindah silang ialah proses penukaran segmen dari kromatid. Pindah silang terjadi selama profase Meiosis I. Ketika kromosom homolog pertama kali muncul bersama sebagai pasangan selama profase I, suatu perlengkapan protein yang dinamakan kompleks sinaptonemal (synaptonemal complex) menggabungkan kromosom sehingga terikat kuat satu dengan yang lainnya, fungsinya mirip sebuah ritsleting. Pemasangan berlangsung secara cermat, penataan yang homolog satu sama lain gen demi gen. Pindah silang terjadi ketika porsi homolog dua kromatid bukan saudara bertukar tempat. Tempat persilangan dua kromatid disebut chiasma. Kromatid-kromatid yang bersilangan itu akan melekat dan putus di bagian chiasma, kemudian tiap potongan akan melekat pada kromatid sebelahnya secara timbal balik (Campbell, 2002).
Pindah silang dibedakan atas :
a.      Pindah silang tunggal ialah pindah silang yang terjadi pada satu tempat dan menyebabkan terbentuknya 4 macam gamet, yaitu CF dan cf yang disebut tipe gamet tetua/ tipe parental karena memiliki gen seperti yang dimiliki induk/ parentalnya dan Cf dan cF yang disebut tipe gamet rekombinasi karena merupakan gamet tipe baru sebagai hasil adalanya pindah silang. Gamet tipe parental dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak karena tidak mengalami gangguan pindah silang sedangkan gamet tipe rekombinasi dibentuk lebih sedikit. Akibatnya keturunan yang mempunyai sifat seperti parental selalu berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan keturunan tipe rekombinasi
Gambar 14.  Proses pindah silang tunggal








Jika individu hasil pindah silang ini ditestcross (disilangkan dengan ccff) maka hasil persilangannya adalah 79,4 & fenotipe tetua dan 20,6 % fenotip rekombinasi (Suryo, 2007).
b.      Pindah silang ganda ialah pindah silang yang terjadi di dua tempat. Biasanya terjadi pada 3 buah gen yang berangkai pada satu kromosom (Suryo, 2007).
Banyak faktor ekstrinsik dan intrinsik berperanserta pada laju pindah silang seperti pengaruh kelamin, umur, temperatur, jarak ke sentromer, dan lain-lain (Suryo, 2007).


 
Perkawinan antara jumlah kromosom yang berbeda dapat mengakibatkan kelainan kromosom pada anakannya. Abnormalitas akibat kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu, euploidi adalah variasi yang menyangkut seluruh set kromosom, dan aneuploidi adalah variasi yang menyangkut kromosom-kromosom tunggal di dalam satu set kromosom (Suryo, 2007).

2)      Metaphase I
Kromosom sekarang tersusun pada plat metafase masih dalam pasangan homolog (Metaphase plate).
3)      Anaphase I
Sister kromatid  tetap terikat pada sentromernya dan bergerak sebagai unit tunggal ke arah kutub yang sama. Kromosom homolog bergerak  ke arah kutub yang berlawanan.
4)      Telophase I
Setiap kutub kini mempunyai satu set kromosom haploid tetapi setiap kromosom tetap memiliki 2 kromatid saudara (Hartwell, 2000).

Meiosis II
1)      Prophase II
Kromosom memadat, sentriol menuju ke kutub berlawanan. Membrane nucleus pecah. Di sini tidak terjadi replikasi DNA sebelum Prophase II.
2)      Metaphase II
Kromosom ditempatkan pada plat metafse dengan cara seperti mitosis. Sister kromatid menempel pada benang spindle dari kutub yang berlawanan.
3)      Anaphase II
Sentromer kromatid saudara akhirnya berpisah, dan kromatid saudara dari masing-masing pasangan kini merupakan kromosom individual, bergerak ke arah kutub sel yang berlawanan.


4)      Telophase II
Nuklei terbentuk pada kutub sel yang berlawanan dan sitokinesis terjadi. Kromosom mulai diuraikan, pembentukan kembali nucleoli dan membrane nucleus (Hartwell, 2000).

3.      Kelaianan Kromosom
·      Perubahan Struktur Kromosom
Perubahan struktur kromosom atau kerusakan bentuk kromosom disebut juga dengan istilah aberasi.
Macam-macam perubahan struktur kromosom (Pratiwi, 1997) :
1)      Delesi atau defisiensi adalah perubahan struktur kromosom karena kekurangan segmen kromosom.
2)      Duplikasi adalah perubahan struktur kromosom karena kelebihan segmen kromosom
3)      Translokasi ialah perubahan struktur kromosom yang mengalami  pertukaran segmen kromosomke kromosom nonhomolog.
4)      Inversi ialah perubahan struktur kromosom yang mengalami perubahan letak gen-gen, karena selama meiosis kromosom terpilin dan terjadi kiasma.
5)      Isokromosom ialah perubahan struktur kromosom yang terjadi pada waktu menduplikasikan  diri, pembelahan sentromernyamengalami perubahan arah pembelahan sehingga terbentuklah dua kromosom yang masing-masing berlengan identik atau sama.
6)      Katenasi adalah perubahan jumlah kromosom yang terjadi pada dua kromosom nonhomolog yang ssat membelah menjadi empat kromosom, saling bertemu ujung-ujungnya sehingga membentuk lingkaran (Pratiwi, 1997).

·         Perubahan Jumlah Kromosom
1)      Euploid
Yaitu suatu perubahan jumlah kromosom yang berupa perubahan kelipatan jumlah kromosom dari jumlah kromosom diploid (2n), sehingga menjadi triploid (3n), tetraploid (4n), pentaploid (5n), dll
ü  Autopoliploid
Yaitu apabila jumlah kromosom suatu individu dilipatgandakan dengan zat mutagenik (misal : kolkhisin) atau perlakuan khusus (misal : kejutan suhu atau tekanan).
Contohnya tanaman tomat (2n) diberi perlakuan kolkhisin menjadi tanaman tomat tetraploid (4n). Jadi dalam hal ini genom yang sama mengalami kelipatan.


 
ü  Allopoliploid
Yaitu merupakan hibridisasi (persilangan) antara dua spesies yang berlainan tetapi masih mempunyai hubungan kekerabatan yang dekat. Hibrid interspesifik yang dihasilkan akan steril, sehingga jumlah kromosomnya harus dilipatgandakan agar fertil. Dengan demikian dari proses ini akan dihasilkan spesies baru. Pada allopoliploid ini genom-genom yang berbeda bersatu melalui hibridisasi (Hartwell, 2000)
2)      Aneuploidi
Kelainan jumlah kromosom adalah kelainan yang menyebabkan individu yang terkena mewarisi tambahan kromosom (trisomi), atau kehilangan kromosom (monosomi), atau memiliki kelipatan abnormal komplemen kromosom normal (polipliodi).                                                               (Hartwell, 2000)

4.      Hybrid

Kera Hylobates (owa-owa) Memiliki jumlah Kromosom 44, dan Kera Nomascus (Gibon) memiliki Kromosom 52. Dan apabila dialam bebas meraka mengalami perkawinan maka mereka akan memiliki keturunan yang steril. Hal itu disebabkan karena kelainan kromosom. Kera hylobates dengan kromosom n=22 + kera nomascus dengan n=27, maka didapatkan jumlah anakan kromosom menjadi 49. Hal ini yang mengakibatkan jumlah kromosom kurang ataupun lebih sehingga kera jenis ini steril. 
Perkawinan antara jumlah kromosom yang berbeda dapat mengakibatkan kelainan kromosom pada anakannya. Abnormalitas akibat kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu, euploidi adalah variasi yang menyangkut seluruh set kromosom, dan aneuploidi adalah variasi yang menyangkut kromosom-kromosom tunggal di dalam satu set kromosom (Suryo, 2007).

DAFTAR PUSTAKA
Campbell, dkk. 2002. Biologi. Jakarta : Erlangga
Guyton, A.C.,Hall, J.E., 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi Kesembilan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Hardjosubroto, Wartomo. 2001. Genetika Hewan. Yogyakarta: fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada
Hartwell, Leland, Leroy Hood, Michael L. Goldberg, Ann E. Reynolds, Lee M. Silver. 2000. Genetics: From Genes to Genomes second edition. University of Washington : Washington DC
Pratiwi, D.A. 1997. Buku Penuntun Biologi. Jakarta : Erlangga.
Suryo.2005. Genetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ville, Claude A., Walker, Warren F., Barnes, Robert J. 1999. General Zoology 6th Edition. W.B Saunders Company

No comments:

Post a Comment