Wednesday, 17 October 2012

Blok 7 UP 7

Dowload Full >> Disini



LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana Struktur dan Metabolisme Protein?
2.      Bagaimana Struktur dan Metabolisme Asam Nukleat?
3.      Bagaimana Proses Pembentukan Energi?

PEMBAHASAN

1.      Protein
a.       Struktur
   Protein memiliki struktur rumit dengan konformasi yang unik. Protein merupakan polimer dari asam amino. Asam amino adalah molekul organik berupa karbon yang memiliki gugus amina dan gugus karboksil. Kebanyakan asam amino adalah molekul karbon khiral (karbon yang membawa empat substituen yang berbeda) kecuali glisin yang gugus R nya adalah H (Campbell, 2002).

Gugus R (rantai samping) spesifik untuk tiap jenis asam amino, yang juga menentukan sifat asam amino. Asam amino di bagi menjadi beberapa kelompok berdasar sifat rantai sampingnya. Satu kelompok memiliki rantai samping nonpolar dan bersifat hidrofobik, kelompok lain terdiri dari asam amino dengan rantai samping polar, yang bersifat hidrofilik. Asam amino asam/asidik adalah asam amino dengan rantai samping yang umumnya bermuatan negatif akibat kehadiran gugus karboksil. Asam amino basa/basik adalah asam amino yang memiliki gugus amino pada rantai sampingnya yang umumnya bermuatan positif (Campbell, 2002).
Polimerisasi asam amino membentuk polipeptida dibentuk dengan ikatan peptida yang dibentuk oleh interaksi gugus amina dan gugus karboksil sehingga pada polipepetida akan didapati ujung karboksil (terminal C) dan ujung amina (Terminal N).
Komposisi rata-rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah sebagai berikut: Carbon (50%), Hidrogen (7%), Oksigen (23%), Nitrogen (16%), Belerang (0-3%), Fosfor (0-3%). Protein memeiliki molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat dalam molekul protein. 20 jenis asam amino tersebut adalah glisin, alanin, valin, leusin, isoleusin, serin, tronin, sistein, metionin, asam aspartat, asparagin, asam glutamat, glutamin, arginin, lisin, hidroksilisin, histidin, fenilalanin, tirosin, triftofan, prolin. Asam-asam amino ini terikat satu dengan yang lain oleh ikatan peptida (Campbell, 2002).
·      Ada 4 tingkatan struktur protein, yaitu adalah:
1)      Struktur primer yaitu susunan linear polipeptida yang tersusun atas asam-asam aminonya. Sikuen asam amino terbentuk melalui sintesis protein yang diarahkan oleh mRNA. Sikuen polimer protein terdiri dari urutan asam-asam amino, yang jenis-jenisnya berurutan menurut kombinasi yang ditentukan oleh kode genetik dalam mRNA (Poedjiadi, 2004).
2)   Struktur sekunder yaitu Struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Pada struktur sekunder tidak terlihat sebagai rantai lurus polimer yang tersusun atas asam amino. Struktur sekunder asam amino terdiri atas 2 macam, yaitu susunan berpilin spiral membentuk alpha heliks dan susunan lembaran (Poedjiadi, 2004).
Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
-      alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral yang disatukan oleh ikatan hydrogen.
-      beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H).
-      beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta").
-      gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").
3)   Struktur tersier ialah pelipatan spiral secara berlekuk-lekuk membentuk suatu unit struktur padat yang hampir bulat (gumpalan). Struktur ini merupakan hasil pemutar balikan tak beraturan dari ikatan antar rantai samping berbagai asam amino. Contohnya adalah hemoglobin, protein globulin dalam darah, dan immunoglobin.
4)   Struktur kuartener  ialah struktur yang terbentuk dari 2 atau lebih subunit struktur tersier. Hubungan antara subunit satu dengan lainnya menggunakan suatu ikatan kimia (Poedjiadi, 2004).

a.      Fungsi
 Jenis protein
Fungsi
Contoh
Protein struktural
Pendukung
Serangga dan laba-laba menggunakan serat sutera, masing-masing untuk membentuk kokon dan sarangnya. Kolagen dan elastin menyediakan suatu struktur serat dalam jaringan ikat hewan, seperti tendon dan ligamen. Keratin adalah protein rambut, tanduk, bulu, dan tempelan lain pada kulit
Protein simpanan/ cadangan
Cadangan asam amino
Ovalbumin adalah protein pada putih telur yag digunakan sebagai sumber asam amino bagi embrio yang sedang berkembang. Kasein, protein susu, merupakan sumber utama asam amino untuk bayi mamalia. Tumbuhan memiliki protein cadangan dalam bijinya
Protein transpor
Mengangkut substansi lain
Hemoglobin, protein yang mengandung besi dalam darah vertebrata mengangkut oksigen dari paru-paru ke bagian tubuh lain. Protein transpor lainnya mengangkut molekul melewati membran sel
Protein hormonal
Koordinasi aktivitas organisme
Insulin, suatu hormon yang disekresi oleh pankreas, membantu mengatur konsentrasi gula dalam darah vertebrata
Protein reseptor
Respon sel terhadap rangsangan kimiawi
Reseptor yang ada di dalam membran sel-sel saraf akan mendeteksi sinyal kimiawi yang dilepaskan oleh sel-sel saraf lainnya
Protein kontraktil
Pergerakan
Aktin dan miosin bertanggungjawab atas pergerakan otot. Protein kontraktil bertanggungjawab atas pergerakan atau getaran silia dan flagela yang menggerakan banyak sel
Protein pertahanan
Perlindungan terhadap penyakit
Antibodi menyerang bakteri dan virus
Protein enzimatik
Percepatan reaksi-reaksi kimiawi secara selektif
Enzim pencernaan menghidrolisis polimer dalam makanan
(Campbell, 2002).



 
b.      Metabolisme

Jalur metabolik utama dari asam-asam amino terdiri atas pertama, produksi asam amino dari pembongkaran protein tubuh, digesti protein diet serta sintesis asam amino di hati. Kedua, pengambilan nitrogen dari asam amino. Sedangkan ketiga adalah katabolisme asam amino menjadi energi melalui siklus asam serta siklus urea sebagai proses pengolahan hasil sampingan pemecahan asam amino. Keempat adalah sintesis protein dari asam-asam amino (Murray, et al, 2003).
Katabolisme asam amino
Asam-asam amino tidak dapat disimpan oleh tubuh. Jika jumlah asam amino berlebihan atau terjadi kekurangan sumber energi lain (karbohidrat dan protein), tubuh akan menggunakan asam amino sebagai sumber energi. Tidak seperti karbohidrat dan lipid, asam amino memerlukan pelepasan gugus amin. Gugus amin ini kemudian dibuang karena bersifat toksik bagi tubuh (Murray, et al, 2003).
Ada 2 tahap pelepasan gugus amin dari asam amino, yaitu:
1)      Transaminasi
Enzim aminotransferase memindahkan amin kepada α-ketoglutarat menghasilkan glutamat atau kepada oksaloasetat menghasilkan aspartat
2)      Deaminasi oksidatif
Pelepasan amino dari glutamat menghasilkan ion ammonium. Glutamat juga dapat  memindahkan amin ke rantai karbon lainnya, menghasilkan asam amino baru.
Setelah mengalami pelepasan gugus amin, asam-asam amino dapat memasuki siklus asam sitrat melalui jalur yang beraneka ragam (Murray, et al, 2003).
Gugus-gugus amin dilepaskan menjadi ion amonium (NH4+) yang selanjutnya masuk ke dalam siklus urea di hati. Dalam siklus ini dihasilkan urea yang selanjutnya dibuang melalui ginjal berupa urin. Proses yang terjadi di dalam siklus urea digambarkan terdiri atas beberapa tahap yaitu:
1)      Dengan peran enzim karbamoil fosfat sintase I, ion amonium bereaksi dengan CO2 menghasilkan karbamoil fosfat. Dalam raksi ini diperlukan energi dari ATP
2)      Dengan peran enzim ornitin transkarbamoilase, karbamoil fosfat bereaksi dengan L-ornitin menghasilkan L-sitrulin dan gugus fosfat dilepaskan
3)      Dengan peran enzim argininosuksinat sintase, L-sitrulin bereaksi dengan L-aspartat menghasilkan L-argininosuksinat. Reaksi ini membutuhkan energi dari ATP
4)      Dengan peran enzim argininosuksinat liase, L-argininosuksinat dipecah menjadi fumarat dan L-arginin
5)      Dengan peran enzim arginase, penambahan H2O terhadap L-arginin akan menghasilkan L-ornitin dan urea (Murray, et al, 2003).
Sintesis asam amino
Dalam kondisi surplus diet, nitrogen toksik potensial dari asam amino dikeluarkan melalui transaminasi, deaminasi dan pembentukan urea. Rangka karbon umumnya diubah menjadi karbohidrat melalui jalur glukoneogenesis, atau menjadi asam lemak melalui jalur sintesis asam lemak. Berkaitan dengan hal ini, asam amino dikelompokkan menjadi 3 kategori yaitu asam amino glukogenik, ketogenik serta glukogenik dan ketogenik.
Asam amino glukogenik adalah asam-asam amino yang dapat masuk ke jalur produksi piruvat atau intermediat siklus asam sitrat seperti α-ketoglutarat atau oksaloasetat. Semua asam amino ini merupakan prekursor untuk glukosa melalui jalur glukoneogenesis. Semua asam amino kecuali lisin dan leusin mengandung sifat glukogenik. Lisin dan leusin adalah asam amino yang semata-mata ketogenik, yang hanya dapat masuk ke intermediat asetil KoA atau asetoasetil KoA (Murray, et al, 2003).
Sekelompok kecil asam amino yaitu isoleusin, fenilalanin, threonin, triptofan, dan tirosin bersifat glukogenik dan ketogenik. Akhirnya, seharusnya kita kenal bahwa ada 3 kemungkinan penggunaan asam amino. Selama keadaan kelaparan pengurangan rangka karbon digunakan untuk menghasilkan energi, dengan proses oksidasi menjadi CO2 dan H2O (Murray, et al, 2003).
Dari 20 jenis asam amino, ada yang tidak dapat disintesis oleh tubuh kita sehingga harus ada di dalam makanan yang kita makan. Asam amino ini dinamakan asam amino esensial. Selebihnya adalah asam amino yang dapat disintesis dari asam amino lain. Asam amino ini dinamakan asam amino non-esensial (Murray, et al, 2003).




2.      Asam Nukleat (DNA dan RNA)
a.       Struktur dan fungsi
 Asam nukleat merupakan senyawa penting yang terdapat di dalam sel, tersusun atas unit-unit nukleotida. Setiap nukleotida tersusun atas basa purin atau pirimidin yang terikat pada gula pentosa dan diesterifikasi dengan asam fosfat. Di alam dikenal dua jenis asam nukleat yaitu ADN (asam deoxsiribonukleat) dan ARN (asam ribonukleat). Gula pentosa terdiri atas ribosa dan deoksiribosa. Dalam keadaan bebas, gula tersebut berbentuk pirinosa, tetapi dalam suatu nukleotida gula tersebut berbentuk furanosa (Campbell, 2002).
Basa pirimidin diturunkan dari senyawa pirimidin yang berupa cincin pirimidin. Di dalam nukleotida dan asam nukleat, pirimidin yang umum dijumpai adalah sitosin (C), urasil (U) (pada RNA) dan timin (T) (pada DNA). Selain itu, sering dijumpai dalam bentuk 5-hidroksimetilsitosin dan 5-metilsitosin (Campbell, 2002).
Basa purin adalah turunan dari senyawa purin yang mengandung cincin pirimidin dan cincin imidazol yang berikatan secara bersama. Basa purin yang sangat penting dalam nukleotida dan asam nukleat adalah adenin (A) dan guanin (G). Jika basa purin dan basa pirimidin berikatan dengan gula, maka terbentuk nukleosida. Bila nukleosida diesterifikasi dengan asam fosfat, maka terbentuk nukleotida (Campbell, 2002).
Asam nukleat menyimpan dan menghancurkan informasi herediter. DNA dapat mengarahkan replikasinya sendiri, mensitesis RNA, dan mengontrol sintesis protein melalui RNA (Campbell, 2002).
Dalam pembuatan polinukleotida, nukleotida-nukleotida menyatu untuk membentuk suatu ”tulang belakang” gula-fosfat yang merupakan asal dari basa nitrogen. Urutan basa gen akan menspesifikan sekuen asam amino suatu protein tertentu (Campbell, 2002).
Penurunan sifat genetik didasarkan pada replikasi heliks ganda DNA. DNA adalah suatu makromolekul beruntai ganda dan berbentuk heliks dengan basa yang menonjol ke bagian dalam molekul tersebut. A selalu berikatan hidrogen dengan T, dan C dengan G, urutan nukleotida kedua untai bersifat komplementer. Salah satu untai berfungsi sebagai cetakan untuk pembentukan untaian yang lain (Campbell, 2002)
a.      Metabolisme
 

Molekul DNA merupakan rantai polinukleotida yang mempunyai bebrapa jenis basa purin pirimidin, dan bebentuk heliks ganda. Antara rantai satu dengan pasangannya dalam heliks ganda tersebut terdapat ikatan hydrogen, yaitu ikatan yang terjadi antara adenine dengan timin dan antara sitosin dan guanine.  Di samping mampu mengadakan replikasi, ternyata urutan asam basa purin dan pirimidin menetukan urutan asam amino dalam pembentukan protein. Dalam proses biosinteis protein molekul DNA berperan sebagai cetakan bagi terbentuknya RNA, sedangkan molekul RNA kemudian mengarahkan urutan asam amino dalam pembentukan molekul protein yang berlangsung dalam ribosom (Murray, et al, 2003).
1)      Tahap I disebut transkripsi, yaitu pembentukan molekul RNA sesuai pesan yang diberikan DNA. Pada tahap ini informasi genetic diberikan keda molekul RNA yang terbentuk selaku perantara dalam sintesis protein.
2)      Tahap II disebut translasi, yaitu molekul RNA menerjemahkan informasi genetika ke dalam proses pembentukan protein. Pada tahap ini asama-asam amino secara berurutan diikat satu dengan yang lain, sesuai yang diberikan DNA (Murray, et al, 2003).
rRNA bersama dengan protein merupakan komponen yang membentuk ribosom dalam sel. Walaupun rRNA ini merupakan komponen utama ribosom dan paling banyak jumlahnya bila dibandingkan dengan kedua RNA yang lain, yaitu kira-kira 80% dari keseluruhan RNA (Murray, et al, 2003).
Kode genetika yang berupa urutan basa pada rantai nukleotida dalam molekul DNA disalin pada urutan basa pada rantai nukleotida dalam molekul mRNA. Tiap tiga buah basa yang beurutan disebut kodon, sebagai contoh AUG adalah kodon yang terbentuk dari kombinasi guanin-urasil-guanin (Murray, et al, 2003).
tRNA adalah asam nukleat yang molekulnya terdiri atas 73-94 nukleotida. Struktur molekul tRNA yang terpenting dalam biosintesis protein ialah lengan asam amino yang mempunyai fungsi mengikat molekul asama amino tertentu dan lipatan antikodon. Lengan asam amino pada ujung 3 selalu berkahir daengan tiga molekul nukleotida yang mengandung basa sitosin sitosin adenin (CCA) pada proses biosintesis protein, tiap tRNA membawa satu molekul asam amino masuk ke ribosom (Murray, et al, 2003).



3.      Proses Pembentukan Energi


GLIKOLISIS
Glikolisis berlangsung di dalam sitosol semua sel. Lintasan katabolisme ini adalah proses pemecahan glukosa menjadi:
·      asam piruvat, pada suasana aerob (tersedia oksigen)
·      asam laktat, pada suasana anaerob (tidak tersedia oksigen) (Murray, et al, 2003).
Glikolisis merupakan jalur utama metabolisme glukosa agar terbentuk asam piruvat, dan selanjutnya asetil-KoA untuk dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan galaktosa.
Keseluruhan persamaan reaksi untuk glikolisis yang menghasilkan laktat adalah:
Glukosa + 2ADP +2Pi à 2L(+)-Laktat +2ATP +2H2O
Tahap Glikolisis:
1)                             Mg2+
    Glukosa + ATP   à    glukosa 6-fosfat + ADP
2)      Glukosa 6-fosfat à Fruktosa 6-fosfat, bantuan enzim fosfoheksosa isomerase
3)      µ-D-fruktosa 6-fosfat + ATP « D-fruktosa 1,6-bifosfat
4)      D-fruktosa 1,6-bifosfat « D-gliseraldehid 3-fosfat + dihidroksiaseton fosfat, bantuan enzim aldolase (fruktosa 1,6-bifosfat aldorase)
5)      D-gliseraldehid 3-fosfat « dihidroksiaseton fosfat, bantuan enzim fosfotriosa isomerase (reaksi interkonversi)
6)      Glikolisis berlangsung melalui oksidasi Gliseraldehid 3-fosfat menjadi 1,3-bifosfogliserat, dan karena aktivitas enzim fosfotriosa isomerase, senyawa dihidroksi aseton fosfat juga dioksidasi menjadi 1,3-bifosfogliserat melewati gliseraldehid 3-fosfat.
D-gliseraldehid 3-fosfat + NAD+ + Pi« 1,3-bifosfogliserat + NADH + H+
Enzim yang bertanggung jawab terhadap oksidasi di atas adalah gliseraldehid 3-fosfat dehidrogenase, suatu enzim yang bergantung kepada NAD.
Atom-atom hydrogen yang dikeluarkan dari proses oksidasi ini dipindahkan kepada NAD+ yang terikat pada enzim. Pada rantai respirasi mitokondria akan dihasilkan tiga fosfat berenergi tinggi. (+3P) (Murray, et al, 2003).
OKSIDASI PIRUVAT
Dalam jalur ini, piruvat dioksidasi (dekarboksilasi oksidatif) menjadi Asetil-KoA, yang terjadi di dalam mitokondria sel. Secara kolektif, kompleks enzim yang bekerja pada oksidasi piruvat diberi nama kompleks piruvat dehidrogenase dan analog dengan kompleks µ-keto glutarat dehidrogenase pada siklus asam sitrat (Murray, et al, 2003).
Jalur ini merupakan penghubung antara glikolisis dengan siklus Kreb’s. Jalur ini juga merupakan konversi glukosa menjadi asam lemak dan lemak dan sebaliknya dari senyawa non karbohidrat menjadi karbohidrat (Murray, et al, 2003).
Secara ringkas rangkaian reaksi kimia yang terjadi dalam lintasan oksidasi piruvat:
Piruvat + NAD+ + KoA à Asetil KoA + NADH + H+ + CO2

SIKLUS ASAM SITRAT (SIKLUS CREB’S)
Siklus asam sitrat merupakan jalur bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Berlangsung di mitokondria (Murray, et al, 2003).
Fungsi utama siklus asam sitrat adalah sebagai lintasan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Hal ini terjadi karena glukosa, asam lemak dan banyak asam amino dimetabolisir menjadi asetil KoA atau intermediat yang ada dalam siklus tersebut (Murray, et al, 2003).
Selama proses oksidasi asetil KoA di dalam siklus, terbentuk ekuivalen pereduksi dalam bentuk hidrogen atau elektron sebagai hasil kegiatan enzim dehidrogenase spesifik. Unsur ekuivalen pereduksi ini kemudian memasuki rantai respirasi tempat sejumlah besar ATP dihasilkan dalam proses fosforilasi oksidatif. Pada keadaan tanpa oksigen (anoksia) atau kekurangan oksigen (hipoksia) terjadi hambatan total pada siklus tersebut.
Lintasan detail Siklus Kreb’s (Murray, et al, 2003)
Reaksi-reaksi pada siklus asam sitrat diuraikan sebagai berikut:
1)   Asetil KoA + Oksaloasetat + H2O à Sitrat + KoA
2)   Sitrat dikonversi menjadi isositrat oleh enzim akonitase (akonitat hidratase) yang mengandung besi Fe2+ dalam bentuk protein besi-sulfur (Fe:S). Konversi ini berlangsung dalam 2 tahap, yaitu: dehidrasi menjadi sis-akonitat, yang sebagian di antaranya terikat pada enzim dan rehidrasi menjadi isositrat.
Reaksi tersebut dihambat oleh fluoroasetat yang dalam bentuk fluoroasetil KoA mengadakan kondensasi dengan oksaloasetat untuk membentuk fluorositrat. Senyawa terakhir ini menghambat akonitase sehingga menimbulkan penumpukan sitrat.
3)   Isositrat mengalami dehidrogenasi membentuk oksalosuksinat dengan adanya enzim isositrat dehidrogenase.
Isositrat + NAD+ « Oksalosuksinat « µ–ketoglutarat + CO2 + NADH + H+
                                                      (terikat enzim)
Kemudian terjadi dekarboksilasi menjadi µ–ketoglutarat yang juga dikatalisir oleh enzim isositrat dehidrogenase. Oksalosuksinat tampaknya akan tetap terikat pada enzim sebagai intermediate dalam keseluruhan reaksi.
4)      µ–ketoglutarat mengalami dekarboksilasi oksidatif melalui cara yang sama dengan dekarboksilasi oksidatif piruvat, dengan kedua substrat berupa asam µ–keto.
µ–ketoglutarat + NAD+ + KoA à Suksinil KoA + CO2 + NADH + H+
Reaksi tersebut yang dikatalisir oleh kompleks µ–ketoglutarat dehidrogenase menghasilkan pembentukan suksinil KoA (tioester berenergi tinggi). Arsenit menghambat reaksi di atas sehingga menyebabkan penumpukan µ–ketoglutarat.
5)      Perubahan suksinil KoA menjadi suksinat dengan adanya peran enzim suksinat tiokinase (suksinil KoA sintetase)
Suksinil KoA + Pi + ADP « Suksinat + ATP + KoA
Dalam siklus asam sitrat, reaksi ini adalah satu-satunya contoh pembentukan fosfat berenergi tinggi pada tingkatan substrat dan terjadi karena pelepasan energi bebas dari dekarboksilasi oksidatif µ–ketoglutarat.
6)      Suksinat dimetabolisir lebih lanjut melalui reaksi dehidrogenasi yang diikuti oleh penambahan air dan kemudian oleh dehidrogenasi lebih lanjut yang menghasilkan kembali oksaloasetat.
Suksinat + FAD « Fumarat + FADH2
Reaksi dehidrogenasi pertama dikatalisir oleh enzim suksinat dehidrogenase. Enzim ini mengandung FAD dan protein besi-sulfur (Fe:S). Fumarat terbentuk sebagai hasil dehidrogenasi. Fumarase (fumarat hidratase) mengkatalisir penambahan air pada fumarat untuk menghasilkan malat.
Fumarat + H2O « L-malat
Enzim fumarase juga mengkatalisir penambahan unsur-unsur air kepada ikatan rangkap fumarat dalam konfigurasi trans.
Malat dikonversikan menjadi oksaloasetat dengan katalisator berupa enzim malat dehidrogenase, suatu reaksi yang memerlukan NAD+.
L-Malat + NAD+ « oksaloasetat + NADH + H+
(Murray, et al, 2003)
GLIKOGENESIS
Tahap pertama metabolisme karbohidrat adalah pemecahan glukosa (glikolisis) menjadi piruvat. Selanjutnya piruvat dioksidasi menjadi asetil KoA. Akhirnya asetil KoA masuk ke dalam rangkaian siklus asam sitrat untuk dikatabolisir menjadi energi.
Proses di atas terjadi jika kita membutuhkan energi untuk aktifitas, misalnya berpikir, mencerna makanan, bekerja dan sebagainya. Jika kita memiliki glukosa melampaui kebutuhan energi, maka kelebihan glukosa yang ada akan disimpan dalam bentuk glikogen. Proses anabolisme ini dinamakan glikogenesis.
Glikogen merupakan bentuk simpanan karbohidrat yang utama di dalam tubuh dan analog dengan amilum pada tumbuhan. Unsur ini terutama terdapat didalam hati (sampai 6%), otot jarang melampaui jumlah 1% (Murray, et al, 2003).
Glikogen otot berfungsi sebagai sumber heksosa yang tersedia dengan mudah untuk proses glikolisis di dalam otot itu sendiri. Sedangkan glikogen hati sangat berhubungan dengan simpanan dan pengiriman heksosa keluar untuk mempertahankan kadar glukosa darah, khususnya pada saat di antara waktu makan. (Murray, et al, 2003).
Rangkaian proses terjadinya glikogenesis digambarkan sebagai berikut:
1)      Glukosa mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat (reaksi yang lazim terjadi juga pada lintasan glikolisis). Di otot reaksi ini dikatalisir oleh heksokinase sedangkan di hati oleh glukokinase.
2)   Glukosa 6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi dengan bantuan katalisator enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi dan gugus fosfo akan mengambil bagian di dalam reaksi reversible yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat «Enz + Glukosa 1,6-bifosfat « Enz-P + Glukosa 1-fosfat
3)      Selanjutnya glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi ini dikatalisir oleh enzim UDPGlc pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat « UDPGlc + PPi
4)      Hidrolisis pirofosfat inorganik berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan menarik reaksi kearah kanan persamaan reaksi
5)      Atom C1 pada glukosa yang diaktifkan oleh UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan atom C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat. Reaksi ini dikatalisir oleh enzim glikogen sintase. Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya (disebut glikogen primer) harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin.
UDPGlc + (C6)n à UDP + (C6)n+1
Glikogen       Glikogen
Residu glukosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1à4 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat pada pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.
6)      Setelah rantai dari glikogen primer diperpanjang dengan penambahan glukosa tersebut hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka enzim pembentuk cabang memindahkan bagian dari rantai 1à4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang berdekatan untuk membentuk rangkaian 1à6 sehingga membuat titik cabang pada molekul tersebut. Cabang-cabang ini akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut 1àglukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu terminal non reduktif bertambah, jumlah total tapak reaktif dalam molekul meningkat sehingga mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis (Murray, et al, 2003).

GLIKOGENOLISIS
Jika glukosa dari diet tidak dapat mencukupi kebutuhan, maka glikogen harus dipecah untuk mendapatkan glukosa sebagai sumber energi. Proses ini dinamakan glikogenolisis. Glikogenolisis seakan-akan kebalikan dari glikogenesis, akan tetapi sebenarnya tidak demikian. Untuk memutuskan ikatan glukosa satu demi satu dari glikogen diperlukan enzim fosforilase. Enzim ini spesifik untuk proses fosforolisis rangkaian 1à4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1à6.
(C6)n + Pi à (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
                                                Glikogen      Glikogen
Glukan transferase dibutuhkan sebagai katalisator pemindahan unit trisakarida dari satu cabang ke cabang lainnya sehingga membuat titik cabang 1à6 terpajan. Hidrolisis ikatan 1à6 memerlukan kerja enzim enzim pemutus cabang (debranching enzyme) yang spesifik. Dengan pemutusan cabang tersebut, maka kerja enzim fosforilase selanjutnya dapat berlangsung (Murray, et al, 2003).
GLUKONEOGENESIS
Glukoneogenesis terjadi jika sumber energi dari karbohidrat tidak tersedia lagi. Maka tubuh adalah menggunakan lemak sebagai sumber energi. Jika lemak juga tak tersedia, barulah memecah protein untuk energi yang sesungguhnya protein berperan pokok sebagai pembangun tubuh (Murray, et al, 2003).
Jadi bisa disimpulkan bahwa glukoneogenesis adalah proses pembentukan glukosa dari senyawa-senyawa non karbohidrat, bisa dari lipid maupun protein.
Secara ringkas, jalur glukoneogenesis dari bahan lipid maupun protein dijelaskan sebagai berikut (Murray, et al, 2003):
1)      Lipid terpecah menjadi komponen penyusunnya yaitu asam lemak dan gliserol. Asam lemak dapat dioksidasi menjadi asetil KoA. Selanjutnya asetil KoA masuk dalam siklus Kreb’s. Sementara itu gliserol masuk dalam jalur glikolisis.
2)      Untuk protein, asam-asam amino penyusunnya akan masuk ke dalam siklus Kreb’s.




DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, Lisa A. Urry, Michael L. Cain, Steven A. Wasserman, Peter V. Minorsky, Robert B. Jackson. 2002. Biologi. Jakarta : Penerbit Erlangga
Murray Robert K., Daryl K. Granner, Peter A. Mayes, Victor W. Rodwell. 2003. Biokimia Harper Edisi XXV. Penerjemah Hartono Andry. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nugroho, Heru Santoso Wahito. 2004. Metabolisme Lipid. Surabaya : Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Surabaya
Nugroho, Heru Santoso Wahito. 2009. Metabolisme Karbohidrat. Surabaya : Politeknik Kesehatan Departemen Kesehatan Surabaya
Poedjiadi, Ana.1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press

No comments:

Post a Comment