LEARNING
OBJECTIVE
1. Bagaimana
cara preservasi semen?
2. Bagaimana
metode melakukan IB pada ternak, beserta kelebihan dan kekurangan?
PEMBAHASAN
1. Preservasi
Semen
(1) Tiap
ejakulat dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml buffer antibiotik,
lalu di bungkus dengan aluminium foil (untuk melindungi dari efek sinar
matahari).
(2) Setelah dibungkus
dengan aluminium foil, masukkan ke dalam water jacket (melindungi semen
dari perubahan suhu yang terlalu cepat) dengan suhu 370C - 400C.
(3) Periksa
semen secara makroskopis dan mikroskopis, untuk mengetahui kualitas semen.
(4) Apabila
lokasi koleksi semen dan lokasi preservasi semn terletak berjauhan, maka dapat
digunakan pengencer tambahan, yaitu berupa buffer antibiotic sebanyak 2 ml dan
kuning telur.
(5) Campuran
semen, pengencer dan kuning telur dimasukkan ke dalam straw 0,25 ml.
(6) Masukkan
straw ke dalam refrigerator (40C – 50C)
selama 4 jam untuk menurunkan metabolisme spermatozoa sampai ke titik terendah
atau disebut dengan proses equilibrasi.
(7)
Setelah
proses equilibrasi selama 4 jam, ambil semen dan periksa motilitasnya.
(8)
Straw diletakkan 4 cm di atas permukaan nitrogen cair selama
15 menit.
(9)
Selanjutnya
straw direndam ke dalam nitrogen cair selama 4 menit.
(10) Pindahkan ke dalam goblet yang telah disediakan
dan simpan ke dalam kontainer
(Anonim, 2009)
a. Pengenceran Semen
Pengenceran semen adalah satu upaya untuk memperbesar volume semen serta
menurunkan kandungan sperma dalam volume tertentu sehingga akan lebih banyak
dosis inseminasi dapat dibuat. Dengan demikian akan lebih banyak jumlah ternak
betina yang dapat dikawini oleh seekor pejantan karena setiap ejakulatnya mampu
menginseminasi banyak betina. Pengencer semen adalah larutan isotonis (memiliki
tekanan osmotik yang sama dengan plasma darah) yang mengandung bahan-bahan yang
bersifat buffer (memelihara larutan dari perubahan pH), bahan nutrisi bagi
kelangsungan hidup sperma, dan mampu memelihara sperma dari cekaman dingin
(cold shock).
Pengencer semen
mempunyai beberapa macam jenis, antara lain:
1)
Pengencer
skim-kuning telur
2)
Pengencer tris-kuning telur
3)
Pengencer Air kelapa-kuning telur
4)
Pengencer Lemak kedelai
5)
Pengencer bubuk air kelapa (ACP-106)
6)
Pengencer sitrat kuning telur (Kartasudjana,2001)
b. Pembekuan Semen
Penurunan suhu
semen dari 5℃ ke – 196℃ dilakukan secara bertahap. Tahap pertama
dilakukan melalui penguapan semen oleh uap nitrogen cair, baru setelah itu
dicelupkan (direndam) dalam gas Nitrogen cair di dalam Container. Siapkan kotak styrofoam, tempatkan kotak logam pada
dasarnya. Kemudian rak besi diberdirikan di atas kotak logam. Susun straw di
atas rak besi. Atur jangan sampai bertumpuk. Tuangkan 2,5 liter gas nitrogen
cair ke dalam kotak logam secara hati-hati menggunakan corong plastik besar
yang disambung dengan selang plastik. Penuangan gas nitrogen dilakukan lewat
sisi dalam kotak styrofoam supaya gas cair tersebut tidak menciprati straw.
Biarkan gas nitrogen menguapi straw, yang berjarak sekitar 3 – 5 cm dari
permukaan cairan, selama 7 – 8 menit. Suhu uap nitrogen pada saat itu antara
–80℃ sampai –100℃.
Masukkan straw-straw yang sudah
membeku tersebut ke dalam goblet (wadah plastik yang memuat sejumlah straw
mengguna-kan pinset. Kemudian goblet-goblet tersebut masukan ke dalam canister
(silinder logam bertangkai sebagai tempat untuk meren-dam straw di dalam
container nitrogen cair). Masukkan canister ke dalam container yang sudah
berisi nitrogen cair. Cantolkan ujung tangkai canister pada lekukan bibir
container, kemudian pasang tutup container (Kartasudjana,2001).
2. Inseminasi
Buatan (IB)
a. Vaginal
insemination
Merupakan suatu teknik
IB dengan mendeposisikan atau menyemprotkan sperma ke dalam vagina. Cara ini
sangat sederhana dan mudah dilakukan dengan tanpa memerlukan ketrampilan
khusus, namun demikian diperlukan sperma yang lebih banyak dan hasil angka
konsepsi sangat rendah. Teknik ini sudah jarang digunakan, namun pada domba,
kambing, dan unggas masih sering dilakukan (Ismaya, 1998).
b. Cervical
insemination
Merupakan suatu teknik
IB dengan mendeposisikan sperma pada bagian pangkal servix. Dengan teknik ini
diperlukan bantuan alat yaitu spikulum atau vaginoskop yang dilengkapi dengan
lampu dimasukkan ke dalam vagina secara pelan-pelan hingga mencapai pangkal
cervix. Pada ternak yang sedang birahi pangkal cervix akan tampak merah dan
lubang cerviz tampak membuka, dengan pipet inseminasi sperma disemprotkan pada
lubang cervix tersebut. Alat ini sering digunakan pada sapi, kerbau, domba, dan
kambing dengan hasil inseminasi yang lebih baik daripada dengan menggunakan
vaginal insemination dan jumlah sperma yang digunakanpun lebih sedikit.
Besarnya spikulum biasanya tergantung jenis ternak, dan sebelum dimasukkan ke
dalam vagina ujung spikulum diolesi dengan vaselin yang steril agar lebih mudah
masuk ke dalam vagina (Ismaya, 1998).
c. Rectovaginal
insemination
Merupakan
suatu teknik IB dengan mendeposisikan sperma pada bagian midservix atau bagina
corpus uteri bahkan labih dalam lagi yaitu pada bagian cornu uteri tergantung
keadaan ternak dan kemampuan anseminator. Teknik ini cukup mudah dan praktis
dengan hasil yang lebih baik dari teknik yang lain, namun demikian diperlukan
keterampilan khusus untuk dapat melakukannya. Teknik ini hanya digunakan pada
ternak sapi dan kerbau saja (Ismaya,
1998).
Untuk
melakukan inseminasi buatan perlu diperhatikan prosedur pelaksanaan, yaitu:
a.
Persiapan Petugas (Inseminator)
1)
Guntinglah kuku jari-jari tangan (terutama yang sebelah
kiri) sampai pendek. Haluskan ujungnya menggunakan kikir.
2)
Periksa apakah ada luka di lengan kiri atau tidak. Kalau
ada luka, siapkan sarung tangan plastik panjang.
3)
Yakinkan bahwa sapi betina yang sedang berahi tersebut
tidak sedang bunting dan betul-betul berahi. Lihat catatan perkawinan ternak
tersebut dan lihat pula tanda tanda aksteriornya, terutama bagian vulvanya.
Sapi betina yang sedang berahi vulvanya tampak membengkak, basah, berwarna
merah, dan mengeluarkan lendir jernih kental. Temperamennya agak gelisah tetapi
tenang ketika tubuhnya diusap-usap (Ismaya, 1998).
b. Pelaksanaan Kerja
1)
Kenakan werkpack dan sepatu kandang.
2)
Tempatkan sapi betina yang sedang berahi pada kandang
kawin. Ikat dengan baik.
3)
Singsingkan lengan baju sebelah kiri. Apabila ada luka,
kenakan sarung tangan plastik.
4)
Lumuri tangan kiri sampai batas sikut dengan larutan
kanji encer atau busa sabun.
5)
Hampiri sapi betina dari arah depan atau samping lalu
sentuh/tepuk bagian tubuhnya supaya ternak tersebut mengetahui keberadaan kita
dan tidak kaget sewaktu kita mulai bekerja.
6)
Berdiri menghadap bagian belakang sapi dari arah belakang
dengan posisi menyerong ke sebelah kanan sekitar 300 – 450 dari poros tubuh
sapi. Kaki kiri berada sekitar ¾ langkah di depan kaki kanan sehingga membentuk
kuda-kuda yang kokoh tetapi luwes.
7)
Lumuri tangan kiri dengan larutan kanji encer atau busa
sabun, masukkan ke dalam rectum dan lakukan penggenggaman cervik uteri. Setelah
cervix uteri tergenggam, masukkan insemination gun secara hati-hati ke dalam
vagina sapi betina. Arahkan ujung insemination gun ke mulut saluran cervix.
8)
Luruskan arah insemination gun melewati saluran cervix
dengan bantuan tangan kiri menggerak-gerakan cervix dan tangan kanan mendorong
insemination gun secara hati-hati sampai ujung insemination gun melewati
seluruh panjang saluran cervix. Hentikan dorongan tangan kanan ketika ujung
insemination gun sudah keluar dari servix uteri (memasuki corpus uteri)
kira-kira 1 –2 cm.
9)
Curahkan semen perlahan-lahan dengan jalan mendorong
batang penusuk insemination gun sampai habis. Pencurahan semen selesai.
Insemination gun ditarik keluar vagina dan tangan kiri melakukan sedikit
pijatan pada corpus dan cervix uteri untuk merangsang gerakan saluran
reproduksi sapi betina agar semen terdorong ke bagian depan saluran reproduksi
betina.
10) Keluarkan tangan
kiri dari dalam rectum. Lepaskan plastic sheet dan straw kosong dari
insemination gun, buang ke tempat sampah
11) Bersihkan
insemination gun menggunakan kapas beralkohol. Cabut batang penusuknya, lalu
tetekan alkohol ke dalam lubang batang utama. Simpan kembali ke tempatnya (Ismaya,
1998 ; Toelihere,1981).
Kelebihan
dan Kekurangan Inseminasi Buatan
Kelebihan
dari IB adalah :
a. Efisiensi
penggunaan pejantan unggul.
b. Mencegah
penularan penyakit yang ditularkan melalui perkawinan secara alami, misalnya
Brucellosis, Vibriosis, Trichomoniasis, dan Leptospirosis.
c. Menghemat
biaya dan tenaga.
d. Seleksi
ternak semakin mudah dilakukan.
e. Meningkatkan
efisiensi reproduksi dan produktivitas ternak.
f. Perkawinan
tidak lagi dibatasi oleh waktu dan tempat.
g. Mengatasi
kesulitan perkawinan akibat perbedaan berat badan.
h. Menghasilkan
hybrid baru
Kekurangan
dari IB antara lain adalah sebagai berikut :
a. Jika
jumlah pejantan terbatas dapat terjadi inbreeding.
b. Efisiensi
menjadi rendah apabila inseminator kurang terampil.
c. Tidak
atau belum dapat digunakan dengan baik pada semua ternak.
d. Jika
sperma tercemar penyakit akan lebih mudah tersebar.
e. Sperma
yang bermutu tinggi dapat menjadi bermutu rendah karena penanganannya yang
kurang baik.
f. IB intrauterina pada ternak yang
sudah bunting dapat terjadi abortus spontan (sebaiknya IB dilakukan di bagian
pangkal atau mid-cervix) (Ismaya,
1998 ; Toelihere,1981).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2009. Preservasi Semen dan Inseminasi Buatan. Yogyakarta : Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH-UGM
Ismaya. 1998. Inseminasi Buatan pada Ternak. Yogyakarta: FPN UGM
Kartasudjana, R.. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Departemen
Pendidikan Nasional :Jakarta
Toelihere, Mozes R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung:
Angkasa.
No comments:
Post a Comment