Tuesday, 22 January 2013

Blok 9 UP 6



LEARNING OBJECTIVE
1.      Bagaimana cara preservasi semen?
2.      Bagaimana metode melakukan IB pada ternak, beserta kelebihan dan kekurangan?

PEMBAHASAN

1.      Preservasi Semen
(1)      Tiap ejakulat dimasukan ke dalam tabung reaksi yang berisi 2 ml buffer antibiotik, lalu di bungkus dengan aluminium foil (untuk melindungi dari efek sinar matahari).
(2)      Setelah dibungkus dengan aluminium foil, masukkan ke dalam water jacket (melindungi semen dari perubahan suhu yang terlalu cepat) dengan suhu 370C - 400C.
(3)      Periksa semen secara makroskopis dan mikroskopis, untuk mengetahui kualitas semen.
(4)      Apabila lokasi koleksi semen dan lokasi preservasi semn terletak berjauhan, maka dapat digunakan pengencer tambahan, yaitu berupa buffer antibiotic sebanyak 2 ml dan kuning telur.
(5)      Campuran semen, pengencer dan kuning telur dimasukkan ke dalam straw 0,25 ml.
(6)      Masukkan straw ke dalam refrigerator (40C – 50C) selama 4 jam untuk menurunkan metabolisme spermatozoa sampai ke titik terendah atau disebut dengan proses equilibrasi.
(7)      Setelah proses equilibrasi selama 4 jam, ambil semen dan periksa motilitasnya.
(8)      Straw diletakkan 4 cm di atas permukaan nitrogen cair selama 15 menit.
(9)      Selanjutnya straw direndam ke dalam nitrogen cair selama 4 menit.
(10)  Pindahkan ke dalam goblet yang telah disediakan dan simpan ke dalam kontainer
(Anonim, 2009)

a.      Pengenceran Semen
Pengenceran semen adalah satu upaya untuk memperbesar volume semen serta menurunkan kandungan sperma dalam volume tertentu sehingga akan lebih banyak dosis inseminasi dapat dibuat. Dengan demikian akan lebih banyak jumlah ternak betina yang dapat dikawini oleh seekor pejantan karena setiap ejakulatnya mampu menginseminasi banyak betina. Pengencer semen adalah larutan isotonis (memiliki tekanan osmotik yang sama dengan plasma darah) yang mengandung bahan-bahan yang bersifat buffer (memelihara larutan dari perubahan pH), bahan nutrisi bagi kelangsungan hidup sperma, dan mampu memelihara sperma dari cekaman dingin (cold shock).
Pengencer semen mempunyai beberapa macam jenis, antara lain:
1)      Pengencer skim-kuning telur
2)      Pengencer tris-kuning telur
3)      Pengencer Air kelapa-kuning telur
4)      Pengencer Lemak kedelai
5)      Pengencer bubuk air kelapa (ACP-106)
6)      Pengencer sitrat kuning telur (Kartasudjana,2001)
b.      Pembekuan Semen
Penurunan suhu semen dari 5 ke – 196  dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dilakukan melalui penguapan semen oleh uap nitrogen cair, baru setelah itu dicelupkan (direndam) dalam gas Nitrogen cair di dalam Container. Siapkan kotak styrofoam, tempatkan kotak logam pada dasarnya. Kemudian rak besi diberdirikan di atas kotak logam. Susun straw di atas rak besi. Atur jangan sampai bertumpuk. Tuangkan 2,5 liter gas nitrogen cair ke dalam kotak logam secara hati-hati menggunakan corong plastik besar yang disambung dengan selang plastik. Penuangan gas nitrogen dilakukan lewat sisi dalam kotak styrofoam supaya gas cair tersebut tidak menciprati straw. Biarkan gas nitrogen menguapi straw, yang berjarak sekitar 3 – 5 cm dari permukaan cairan, selama 7 – 8 menit. Suhu uap nitrogen pada saat itu antara –80  sampai –100.
Masukkan straw-straw yang sudah membeku tersebut ke dalam goblet (wadah plastik yang memuat sejumlah straw mengguna-kan pinset. Kemudian goblet-goblet tersebut masukan ke dalam canister (silinder logam bertangkai sebagai tempat untuk meren-dam straw di dalam container nitrogen cair). Masukkan canister ke dalam container yang sudah berisi nitrogen cair. Cantolkan ujung tangkai canister pada lekukan bibir container, kemudian pasang tutup container (Kartasudjana,2001).


2.      Inseminasi Buatan (IB)
a.       Vaginal insemination
Merupakan suatu teknik IB dengan mendeposisikan atau menyemprotkan sperma ke dalam vagina. Cara ini sangat sederhana dan mudah dilakukan dengan tanpa memerlukan ketrampilan khusus, namun demikian diperlukan sperma yang lebih banyak dan hasil angka konsepsi sangat rendah. Teknik ini sudah jarang digunakan, namun pada domba, kambing, dan unggas masih sering dilakukan (Ismaya, 1998).
b.      Cervical insemination
Merupakan suatu teknik IB dengan mendeposisikan sperma pada bagian pangkal servix. Dengan teknik ini diperlukan bantuan alat yaitu spikulum atau vaginoskop yang dilengkapi dengan lampu dimasukkan ke dalam vagina secara pelan-pelan hingga mencapai pangkal cervix. Pada ternak yang sedang birahi pangkal cervix akan tampak merah dan lubang cerviz tampak membuka, dengan pipet inseminasi sperma disemprotkan pada lubang cervix tersebut. Alat ini sering digunakan pada sapi, kerbau, domba, dan kambing dengan hasil inseminasi yang lebih baik daripada dengan menggunakan vaginal insemination dan jumlah sperma yang digunakanpun lebih sedikit. Besarnya spikulum biasanya tergantung jenis ternak, dan sebelum dimasukkan ke dalam vagina ujung spikulum diolesi dengan vaselin yang steril agar lebih mudah masuk ke dalam vagina (Ismaya, 1998).
c.       Rectovaginal insemination
Merupakan suatu teknik IB dengan mendeposisikan sperma pada bagian midservix atau bagina corpus uteri bahkan labih dalam lagi yaitu pada bagian cornu uteri tergantung keadaan ternak dan kemampuan anseminator. Teknik ini cukup mudah dan praktis dengan hasil yang lebih baik dari teknik yang lain, namun demikian diperlukan keterampilan khusus untuk dapat melakukannya. Teknik ini hanya digunakan pada ternak sapi dan kerbau saja (Ismaya, 1998).

Untuk melakukan inseminasi buatan perlu diperhatikan prosedur pelaksanaan, yaitu:
a.       Persiapan Petugas (Inseminator)
1)      Guntinglah kuku jari-jari tangan (terutama yang sebelah kiri) sampai pendek. Haluskan ujungnya menggunakan kikir.
2)      Periksa apakah ada luka di lengan kiri atau tidak. Kalau ada luka, siapkan sarung tangan plastik panjang.
3)      Yakinkan bahwa sapi betina yang sedang berahi tersebut tidak sedang bunting dan betul-betul berahi. Lihat catatan perkawinan ternak tersebut dan lihat pula tanda tanda aksteriornya, terutama bagian vulvanya. Sapi betina yang sedang berahi vulvanya tampak membengkak, basah, berwarna merah, dan mengeluarkan lendir jernih kental. Temperamennya agak gelisah tetapi tenang ketika tubuhnya diusap-usap (Ismaya, 1998).

b.      Pelaksanaan Kerja
1)      Kenakan werkpack dan sepatu kandang.
2)      Tempatkan sapi betina yang sedang berahi pada kandang kawin. Ikat dengan baik.
3)      Singsingkan lengan baju sebelah kiri. Apabila ada luka, kenakan sarung tangan plastik.
4)      Lumuri tangan kiri sampai batas sikut dengan larutan kanji encer atau busa sabun.
5)      Hampiri sapi betina dari arah depan atau samping lalu sentuh/tepuk bagian tubuhnya supaya ternak tersebut mengetahui keberadaan kita dan tidak kaget sewaktu kita mulai bekerja.
6)      Berdiri menghadap bagian belakang sapi dari arah belakang dengan posisi menyerong ke sebelah kanan sekitar 300 – 450 dari poros tubuh sapi. Kaki kiri berada sekitar ¾ langkah di depan kaki kanan sehingga membentuk kuda-kuda yang kokoh tetapi luwes.
7)      Lumuri tangan kiri dengan larutan kanji encer atau busa sabun, masukkan ke dalam rectum dan lakukan penggenggaman cervik uteri. Setelah cervix uteri tergenggam, masukkan insemination gun secara hati-hati ke dalam vagina sapi betina. Arahkan ujung insemination gun ke mulut saluran cervix.
8)      Luruskan arah insemination gun melewati saluran cervix dengan bantuan tangan kiri menggerak-gerakan cervix dan tangan kanan mendorong insemination gun secara hati-hati sampai ujung insemination gun melewati seluruh panjang saluran cervix. Hentikan dorongan tangan kanan ketika ujung insemination gun sudah keluar dari servix uteri (memasuki corpus uteri) kira-kira 1 –2 cm.
9)      Curahkan semen perlahan-lahan dengan jalan mendorong batang penusuk insemination gun sampai habis. Pencurahan semen selesai. Insemination gun ditarik keluar vagina dan tangan kiri melakukan sedikit pijatan pada corpus dan cervix uteri untuk merangsang gerakan saluran reproduksi sapi betina agar semen terdorong ke bagian depan saluran reproduksi betina.
10)  Keluarkan tangan kiri dari dalam rectum. Lepaskan plastic sheet dan straw kosong dari insemination gun, buang ke tempat sampah
11)  Bersihkan insemination gun menggunakan kapas beralkohol. Cabut batang penusuknya, lalu tetekan alkohol ke dalam lubang batang utama. Simpan kembali ke tempatnya (Ismaya, 1998 ; Toelihere,1981).
Kelebihan dan Kekurangan Inseminasi Buatan
Kelebihan dari IB adalah :
a.       Efisiensi penggunaan pejantan unggul.
b.      Mencegah penularan penyakit yang ditularkan melalui perkawinan secara alami, misalnya Brucellosis, Vibriosis, Trichomoniasis, dan Leptospirosis.
c.       Menghemat biaya dan tenaga.
d.      Seleksi ternak semakin mudah dilakukan.
e.       Meningkatkan efisiensi reproduksi dan produktivitas ternak.
f.       Perkawinan tidak lagi dibatasi oleh waktu dan tempat.
g.      Mengatasi kesulitan perkawinan akibat perbedaan berat badan.
h.      Menghasilkan hybrid baru

Kekurangan dari IB antara lain adalah sebagai berikut :
a.       Jika jumlah pejantan terbatas dapat terjadi inbreeding.
b.      Efisiensi menjadi rendah apabila inseminator kurang terampil.
c.       Tidak atau belum dapat digunakan dengan baik pada semua ternak.
d.      Jika sperma tercemar penyakit akan lebih mudah tersebar.
e.       Sperma yang bermutu tinggi dapat menjadi bermutu rendah karena penanganannya yang kurang baik.
f.       IB intrauterina pada ternak yang sudah bunting dapat terjadi abortus spontan (sebaiknya IB dilakukan di bagian pangkal atau mid-cervix) (Ismaya, 1998 ; Toelihere,1981).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Preservasi Semen dan Inseminasi Buatan. Yogyakarta : Bagian Reproduksi dan Kebidanan FKH-UGM
Ismaya. 1998. Inseminasi Buatan pada Ternak. Yogyakarta: FPN UGM
Kartasudjana, R.. 2001. Teknik Inseminasi Buatan Pada Ternak. Departemen Pendidikan Nasional :Jakarta
Toelihere, Mozes R. 1981. Inseminasi Buatan pada Ternak. Bandung: Angkasa.

No comments:

Post a Comment