LEARNING OBJECTIVE
1.
Bagaimana
respon imun terhadap infeksi Bakteri?
2.
Bagaimana
respon imun terhadap infeksi Virus?
PEMBAHASAN
1.
Respon
imun infeksi Bakteri
a.
Bakteri Intraseluler
1) Imunitas
Nonspesifik
Efektor imunitas
nonspesifik utama terhadap bakteri intraseluler adalah fagosit dan sel NK.
Fagosit menelan dan mencoba menghancurkan mikroba tersebut, namun mikroba dapat
resisten terhadap efek degradasi fagosit. Bakteri intraseluler dapat
mengaktifkan sel NK secara langsung atau melalui aktivasi makrofag yang
memproduksi IL-12, sitokin poten yang mengaktifkan sel NK. Sel NK memproduksi
IFN-γ yang kembali mengaktifkan makrofag dan meningkatkan daya membunuh bakteri
yang dimakan (Abbas, 1994 ; Roitt, 2003).
2) Imunitas
Spesifik
Proteksi utama
respon imun spesifik terhadap bakteri intraseluler berupa imunitas seluler yang
terdiri atas 2 tipe reaksi, yaitu aktivasi makrofag oleh sel CD4+
Th1 yang memproduksi IFN-γ (DTH) yang memacu pembunuhan mikroba dan lisis sel
terinfeksi oleh CD8+ / CTL.
Bakteri yang dimakan
makrofag dan dapat hidup dalam fagosom dan masuk dalam sitoplasma. CD4+ memberikan
respon terhadap peptida antigen MHC-II asal bakteri intravesikuler, memproduksi
IFN-γ yang mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba dalam fagosom. CD8+
memberikan respon terhadap peptida MHC-I yang mengikat antigen sitosol
dan membunuh sel terinfeksi
(Abbas, 1994 ; Roitt, 2003).
b.
Bakteri Ekstraseluler
1) Imunitas
Nonspesifik
Komponen yang berperan adalah
komplemen, fagositosis dan respons inflamasi. Bakteri yang mengekspresikan
manosapada permukaannya, dapat siikat lektin yang homolog dengan C1q, sehingga
akan mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin, meningkatkan opsonisasi dan
fagositosis. Di samping itu, MAC dapat menghancurkan membran bakteri. Fagosit
juga mengikat bakteri melalui berbagai reseptor permukaan lain (Abbas, 1994).
2) Imunitas
Spesifik
Antibodi merupakan
komponen imun protektif utama terhadap bakteri ekstraseluler untuk
menyingkirkan mikroba dan menetralisasi toksinnya melalui berbagai mekanisme.
Th2 memproduksi sitokin yang merangsang respon sel B, aktivasi makrofag dan inflamasi (Abbas, 1994).
Terdapat
empat mekanisme dasar tanggap kebal yang khusus memerangi infeksi bakteri :
1) Netralisir
toksin atau enzim oleh antibodi
2) Pemusnahan
bakteri oleh antibodi komplemen dan Lisozim
3) Opsonisasi
bakteri oleh antibody (dan komplemen) yang mengakibatkan fagositosis dan
penghancuran bakteri.
4) Fagositosis
dan penghancuran intraseluler bakteri oleh makrofag yang diaktivasi (Baratawidjaja, 2009).
Mekanisme
Komplemen
Komplemen merupakan
sistem yang terdiri atas sejumlah protein yang berperan penting dalam
pertahanan tubuh. Beberapa protein ditemukan dalam plasma, sedangkan yang lain
diikat membran. Komplemen merupakan salah satu sistem enzim serum yang
berfungsi dalam inflamasi, opsonisasi dan kerusakan (lisis) membran patogen.
Sistem komplemen
diaktifkan melalui 3 jalur, yaitu :
a. Jalur
Lektin, MBL adalah kolektin yang dapat diikat melalui bagian lektin hidrat
arang kuman. Setelah MBL diikat kuman melalui lektin tersebut, MBL segera
mengaktifkan C3
b. Jalur
Klasik, dimulai dengan C1 yang dicetuskan oleh kompleks imun antibodi dan
antigen. IgM yang memiliki sebanyak 5 Fc mudah diikat oleh C1. C1 yang
berikatan dengan Fc kemudian dapat mengaktifkan C2 dan C4 yang selanjutnya
mengaktifkan C3. IgM dan IgG1, IgG2, IgG3 yang membentuk kompleks imun dengan
antigen, dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur klasik. Jalur klasik
melibatkan 9 komplemen protein utama yaitu C1-C9. Selama aktivasi,
protein-protein tersebut diaktifkan secara berurutan.
c. Jalur
Alternatif, dimulai dengan C3 yang merupakan molekul yang tidak stabil dan
terus-menerus ada dalam aktivasi spontan derajat rendah dan klinis yang tidak
berarti. Jalur alternatif terjadi tanpa melalui 3 reaksi pertama yang terdapat
pada jalur klasik (C1, C4 dan C2). Aktivasi komplemen dapat mengawali 3 jalur
yang berbeda. Semua berakhir pada produksi C3b (fase awal). C3b menimbulkan
fase lambat aktivasi komplemen yaitu produksi peptida yang merangsang inflamasi
(C5a) dan polimerasi (C9) merupakan MAC karena menimbulkan lubang-lubang di membran
plasma.
Peran reseptor:
C1qrs : Meningkatkan permeabilitas
vaskuler
C2 : Mengaktifkan kinin
C3a
dan C5a :Kemotaksis yang
mengerahkan leukosit dan juga berupa anafilatoksin yang dapat merangsang sel
mast melepas histamin dan mediator-mediator lainnya
C3b : Opsonin dan adherens
imun
C4a : Anafilatoksin lemah
C4b : Opsonin
C5-6-7 : Kemotaksis
C8-9 : Melepas sitolisin yang
dapat menghancurkan sel (lisis)
Fungsi komplemen:
a. Inflamasi
Fagositosis merupakan
komponen penting pada inflamasi. Dalam proses inflamasi ada 3 hal yang terjadi,
yaitu:
1. Peningkatan
pasokan darah ke tempat benda asing dan mikroorganisme atau jaringan yang
rusak, terjadi atas pengaruh anafilatoksin (C3a, C4a, C5a) yang dapat memacu
degranulasi sel mast dan atau basofil melepas histamin.
2. Peningkatan
permeabilitas kapiler yang ditimbulkan oleh pengerutan sel endotel yang
memungkinkan molekul yang lebih besar seperti
antibodi dan fagosit. Histamin meningkatkan permeabilitas vaskular dan
kontraksi otot polos lalu memberikan jalan untuk migrasi sel-sel leukosit dan
keluarnya plasma yang mengandung banyak antibodi, opsonin dan komponen
komplemen ke jaringan.
3. Leukosit
terutama fagosit polimorfonuklear dan monosit dikerahkan dari sirkulasi dan
bergerak menuju tempat benda asing atau jaringan yang rusak
b. Kemokin
Kemokin (C3a, C5a dan
C5-6-7) adalah molekul yang dapat menarik dan mengerahkan sel-sel fagosit.
Monosit yang masuk jaringan menjadi makrofag dan fagositosisnya diaktifkan oleh
opsonin dan antibodi
c. Fagositosis
– Opsonin
Opsonin (C3b, C4b, CRP)
merupakan molekul yang dapat diikat di satu pihak oleh partikel (kuman) dan di
lain pihak oleh reseptornya pada fagosit sehingga memudahkan fagositosis
bakteri atau yang lain. IgG juga dapat berfungsi sebagai opsonin bila berikatan
dengan reseptor Fc pada permukaan fagosit.
d. Adherens
Imun
Adherens imun (C3b)
merupakan fenomena dari partikel antigen yang melekat pada berbagai permukaan,
kemudian dilapisi antibodi dan mengaktifkan komplemen. Akibatnya antigen akan
mudah difagositosis
e. Eliminasi
Kompleks Imun
C3a atau C3b dapat
diendapkan di permukaan kompleks imun dan merangsang eliminasi kompleks imun
f. Lisis
Osmotik Bakteri
Aktivasi C3 akan
mengaktifkan bagian akhir dari kaskade komponen komplemen C5-C9. Aktivasi
komplemen yang terjadi di permukaan sel bakteri akan membentuk MAC dan akhirnya
menimbulkan lisis osmotik sel atau bakteri. C5 dan C6 memiliki aktivitas enzim
yang memungkinkan C7, C8 dan C9 memasuki membran plasma dari sel sasaran
g. Aktivitas
Sitolitik
Eosinofil dan PMN
mempunyai reseptor untuk C3b dan IgG sehingga C3b dapat meningkatkan
sitotoksisitas sel efektor ADCC yang kerjanya bergantung pada IgG
h. Imunitas
nonspesifik dan spesifik
Makrofag atau neutrofil
dapat diaktifkan C5a secara langsung atau oleh toksin bakteri seperti LPS
melalui reseptor TCR atau melalui fagositosis dengan bantuan C3b sebagai
opsonin. Komplemen juga berperan dalam imunitas spesifik oleh karena aktivasi
makrofag yang menimbulkan peningkatan jumlah sel APC yang mempresentasikan
antigen ke sel T (Baratawidjaja, 2006).
2.
Repon
imun infeksi Virus
Virus merupakan
obligat intraseluler yang berkembang biak di dalam sel, sering menggunakan
mesin sintesis asam nukleat dan protein pejamu. Dengan reseptor permukaan sel,
virus masuk ke dalam sel dan dapat menimbulkan kerusakan sel dan penyakit
melalui berbagai mekanisme. Hal tersebut disebabkan oleh replikasi virus yang
mengganggu sintesis protein dan fungsi normal sel.
a.
Imunitas non spesifik (innate imunity)
Prinsip
mekanisme imunitas nonspesifik terhadap virus adalah mencegah infeksi. Efektor
yang berperan adalah IFN (interferon) tipe 1 dan sel NK yang membunuh sel
terinfeksi. Infeksi banyak virus disertai produksi RNA yang merangsanag sekresi
IFN tipe 1 oleh sel terinfeksi, mungkin melalui ikatan dengan reseptor Toll-like.
IFN tipe 1 mencegah replikasi virus dalam sel terinfeksi dan sel sekitarnya
sehingga tidak terinfeksi dengan menginduksi melalui anti viral.
Sel NK membunuh sel
terinfeksi oleh berbagai jenis virus dan merupakan efektor imunitas penting
terhadap infeksi dini virus, sebelum respon imun spesifik berkembang. Sel NK
juga dapat mengenal sel terinfeksi yang tidak mengekspresikan MHC-I (Major
Histocompatibility Complex) (Baratawidjaja, 2009).
b.
Imunitas spesifik (adaptive imunity)
1)
Imunitas humoral
Antibodi merupakan
efektor dalam imunitas spesifik humoral terhadap infeksi virus. Antibodi
diproduksi dan hanya efektif terhadap virus dalam fase ekstraseluler. Virus
dapat ditemukan ekstraseluler pada awal infeksi sebelum masuk ke dalam sel atau
khusus untuk virus sitopatik, bila virus dilepas oleh sel terinfeksi yang
dihancurkan.
Antibodi dapat
menetralisasi virus, mencegah virus menempel pada sel dan masuk ke dalam sel
pejamu. Antibodi berikatan dengan envelop virus atau antigen kapsid.
IgA yang disekeresi
berperan terhadap virus yang masuk tubuh melalui mukosa saluran napas dan
cerna. Antibodi juga dapat berperan sebagai opsonin yang meningkatkan eliminasi
partikel virus oleh fagosit. Aktivasi komplemen juga ikut berperan dalam
meningkatkan fagositosis dan mungkin juga menghancurkan virus dengan envelop
lipid secara langsung.
2)
Imunitas seluler
Eliminasi virus
yang menetap di dalam sel diperankan oleh sel CD8+/ CTL (Cytotoxic
T Lymphocyte) yang membunuh sel terinfeksi. Fungsi fisiologik utama CTL
adalah pemantuan terhadap infeksi virus. Kebanyakan CTL yang spesifik untuk
virus ebrupa CD8+ yang mengenal antigen virus yang sudah dicerna
dalam sitosol, biasanya disintesis oleh endogen yang berhubungan dengan MHC-1
dalam setiap sel yang bernukelus.
Untuk
diferensiasi penuh, CD8+ memerlukan sitokin yang diproduksi sel
helper CD4+ atau kostimulator yang diekspresikan pada sel
terinfeksi. Bila sel terinfeksi adalah sel jaringan dan bukan APC (Antigen
Presenting Cell) profesional seperti
sel dendritik yang selanjutnya memproses antigen virus dan mempresentasikannya
ke sel CD8+. Selanjutnya CD8+ berproliferasi secara masif
selama infeksi virus dan kebanyakan sel yang berproliferasi adalah spesifik
untuk beberapa peptida virus. Sel T yang diaktifkan berdiferensiasi menjadi sel
CTL efektor yang dapat membunuh setiap sel bernukleus yang terinfeksi. Efek
antivirus utama CTL adalah membunuh sel terinfeksi, mekanisme lain terjadi
melalui aktivasi nukleus dalam sel terinfeksi yang menghancurkan genome virus
dan sekresi sitokin seperti IFN-g yang memiliki aktivitas antivirus (Baratawidjaja,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Abbas A.K., Litchman A.H., Pober J.S.1994. Cellular Immunology.
In: Cellular and Molecular
Immunology, 2nd ed. Philadelphia: WB Sanders
Bratawidjaja,
Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar Edisi Ketujuh. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia : Jakarta
Baratawidjaja, K.G.
2009. Imunologi Dasar Edisi ke-8. Jakarta : UI-Press
Bellanti, J. A.
1993. Immunologi III. Yogyakarta: UGM
Press
Roitt, I. 2003. Essential Immunology.
Oxford: Blacwell Science Limited
Tizard, I.R. 1988. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya:
Penerbit Universitas Airlangga
No comments:
Post a Comment