Wednesday 16 April 2014

BLOK 17 UP 1



LEARNING OBJECTIVE
1.    Bagaimana konformasi kaki kuda yang normal dan abnormal?
2.    Peradangan apa saja yang terjadi pada kaki kuda serta cara pemeriksaannya?
3.    Bagaimana cara anestesi intraartikular dan anestesi lokal?


PEMBAHASAN
1.    Konformasi Kaki Kuda
NORMAL
Tulang-tulang yang menyusun ekstremitas cranial kuda :
a.       Scapula
            Scapula merupakan tulang berbentuk triangular, yang memiliki sudut 45 derajat yang menyusun bagian shoulder atau bahu pada kuda. Cavum thoraks di bagian lateral dibatasi oleh 2 scapula dexter dan sinister (Pilliner et al, 2002).
b.      Humerus
            Scapula dan humerus dihubungkan oleh artikulasi scapulo humeralis yang menggabungkan antara caput humerus dan fossa scapula. Humerus yang proporsional harus tersusun dari tulang yang kuat yang dapat menunjang fleksi dan ekstensi, serta sedikit rotasi, abduksi dan adduksi (Pilliner et al, 2002).
c.       Radius dan ulna
            Os.ulna memiliki bentuk yang pendek dan kecil serta memiliki penonjolan ke arah posterior yang disebut olecranon. Radius dan ulna pada kuda membentuk lengan atau elbow. Persendian antara humerus dan radius-ulna hanya memungkinkan kuda untuk menggerakkan bagian ini 1 arah (Pilliner et al, 2002).
d.      Carpus (knee)
            Carpus atau knee menyusun bagian pergelangan yang terdiri dari 7 atau 8 os carpal yang tersusun 2 bagian (proximal dan distal) (Pilliner et al, 2002).
e.       Metacarpal (cannon)
f.       Long pasterns (phalanx 1)
g.      Short pastern (phalanx 2)
h.      Pedal bone (phalanx 3)
i.        Os.sesamoid proximal
j.        Os.sesamoid distal (navicular bone)
Konformasi ideal kaki depan kuda :
1.      Shoulder
            Kuda yang baik harus memiliki slop (kemiringan bahu) yang baik. Kemiringan tersebut ditentukan oleh posisi angulus scapularis. Bahu yang ideal memiliki kemiringan 45°, sama seperti sudut di bagian pastern. Kemiringan yang ideal ini akan berpengaruh pada gerakan bahu yang menuju ke depan. Humerus yang kuat dan bagus akan memiliki sudut 60° ke arah horizontal. Kemiringan humerus harus seimbang dengan pelvis dan artikulasi pinggul (hip). Keserasian ini akan menyebabkan pergerakan jalan atau lari kuda menjadi bagus dan seimbang (Pilliner et al, 2002).
2.      Elbow
            Letak elboow harus seimbang dengan shoulder yang nantinya akan menghasilkan gerakan kaki depan yang baik.
3.      Forelimb
            Lengan kuda harus memiliki tulang yang kuat dan susunan otot yang baik. Tulang metacarpal harus kuat, agak pendek dan mampu menahan beban yang ada di atasnya. Kenampakan dari depan maupun dari samping harus lurus. Jika ditarik garis lurus di masing-masing kaki depan. Maka akan nampak pembagian yang seimbang antara setangah bagian masing-masing (Pilliner et al, 2002).
4.      Feet (teracak)
            Bentuk dan proporsi teracak harus stabil terhadap kaki, serasi dan seimbang (Pilliner et al, 2002).
5.      Hoof balance
            Karakteristik hoof yang bagus :
a.       Batas antara kuku (paries) dan kulit harus lurus horizontal dan tidak mengalami kemiringan.
b.      Kuku harus sehat dan tidak ada penonjolan yang menunjukkan bekas laminitis.
c.       Bagian frog (cuneus) menyentuh tanah dan membagi secara longitudinal bagian teracak.
d.      Aksis hoof-pastern harus sejajar. HPA (hoof pastern axis) pada kaki depan idealnya 45-50° dan pada kaki belakang 50-55° (Pilliner et al, 2002).

ABNORMAL
Kaki depan
a.       Straight legs, bentuk yang bagus
b.      Splay-footed
                  Splay-footed dicirikan dengan area base pada teracak yang saling menjauh (melebar), sehingga beban mengarah di bagian medial. Koreksi dengan memotong kuku bagian lateral.
c.       Pigeon-toed
                  Konformasi pigeon-toed dicirikan dengan area toe pada teracak yang saling mendekat. Koreksi dilakukan dengan pemotongan kuku bagian medial.
d.      Knock-kneed, narrow front, base wide
                  Base wide merupakan konformasi kaki kuda dimana kaki bagian bawah (base) saling menjauh dan memiliki kedekatan antar lutut kaki depan (berbentuk x). Bentukan yang seperti itu akan mengakibatkan beban berat badan kuda akan terpusat pada bagian medial tubuh sehingga menekan paries atau kuku di bagian medial. Cara penanganan yang dilaksanakan yaitu dengan pemotongan kuku secara bertahap di bagian lateral agar teracak sedikit demi sedikit dapat berdiri secara normal lagi.
e.       Base-narrow
                  Base narrow memiliki prinsip berkebalikan dari base-wide. Pada kondisi base-narrow biasanya diawali oleh posisi knee yang saling menjauh sehingga mengakibatkan bagian teracak saling mendekat (base narrow).  Hal tersebut dapat menimbulkan beban yang berlebihan di bagian lateral. Koreksi yang dapat dilakukan yaitu dengan pemotongan kuku di bagian medial.
f.       Bow-kneed
                  Bow-kneed merupakan posisi dimana knee saling menjauh. Namun biasanya diikuti dengan base narrow yang menciri dengan pigeon-toed. Beban yang ditanggung kaki kuda sepenuhnya ada di bagian medial, sehingga penanganan yang dapat dilakukan dengan pemotongan kuku di daerah lateral (Craig, 2006).

2.    Peradangan Kaki Kuda
A.  Laminitis
Etiologi
Definisi sederhana dari laminitis adalah suatu proses inflamasi yang melibatkan lapisan dermal dan epidermal dari kuku, atau suatu penyakit yang disebabkan oleh kegagalan pertautan antara distal phalanx (coffin bone) dan dinding kuku dalam. Seekor kuda menderita laminitis waktu lamellae pada dinding kuku dalam, yang biasanya menangguhkan distal phalanx dari permukaan dalam kapsul kuku, mengalami degenerasi dan gangguan. Tanpa kedudukan distal phalanx yang semestinya, maka berat kuda dan arah pergerakkan tulang akan terdorong ke dalam kapsul kuku. Proses ini akan memotong arteri dan vena serta menghancurkan lapisan corium dari sole dan coronet, sehingga menyebabkan rasa sakit yang sangat dan kepincangan yang khas.
Pada dasarnya laminitis dapat disebabkan oleh faktor metabolik dan fisikal, seperti kelebihan karbohidrat dalam pakan (terlalu banyak pemberian biji-bijian dan rumput), kelebihan berat badan, masalah pada saluran pencernaan (radang usus), endotoxemia, kolik, stress/shock, terlalu lelah bekerja maupun pemberian konsumsi air dingin yang terlalu banyak saat kehausan.
Peradangan pada lamina sensitif, namun dapat sering kali disebabkan kelebihan pakan dan kurangnyaexercise pada kelompok kuda poni, dan pada kuda betina biasanya setelah melahirkan. Laminitis seringkali terjadi hanya pada kaki depan saja, walaupun terkadang kaki depan juga bisa (Bone, 1963).
Patogenesis
Perubahan pakan mendadak, ketidakseimbangan konsentrat dan serat yang disertai penyakit lain (radang ambing dan endometritis sesudah melahirkan) akan menyebabkan tubuhmengalami asidosis dan mengeluarkan antihistamin sebagai reaksi asing adanya perubahan, ketidakseimbangan dan penyakit. Kondisi ini memicu pembuluh darah untuk mengalami vasokontriksi. Vasokonstriksi pembuluh darah akan berakibat jelas pada daerah kaki dan kuku karena kaki dan kuku merupakan penyangga berat tubuh sehingga akan tertekan pada daerah tersebut. Semakin lama, darah yang beredar ke daerah tersebut berkurang dan bahkan berhenti sehingga pembuluh darah akan mengalami nekrosa yang berdampak pada perubahan fisik jaringan disekitarnya. Akhirnya terjadilah laminitis yang ditandai dengan kepincangan parah yang disertai pertumbuhan kuku yang tidak normal.
Laminitis merupakan penyakit akibat banyak faktor. Penerapan manajemen kandang merupakan factor risiko laminitis. Terdapat dua langkah pencegahan terpenting untuk mengurangi laminitis berhubungan dengan luka terkait dengan pakan dan kandang. Untuk mencegah laminitis, kandang ternak harus dibuat nyaman dengan menghindari penggunaankandang yang beralaskan beton karena dapat berpengaruh negatif pada kesehatan kuku.  Sebaiknya kandang dibuat beralaskan karet untuk mengurangi perlukaan kuku.
Kebanyakan kasus laminitis berawal dari proses pencernaan yang buruk. Ketika makanan tidak tercerna sempurna pada bagian hindgut seekor kuda, asam dan toksin yang dihasilkan akan masuk dalam tubuh dan melalui aliran pembuluh darah menyebabkan kerusakan organ diseluruh tubuh. Bila pembuluh darah dan sel pada kaki terkena maka hal ini akan mengakibatkan penurunan aliran darah pada laminae dan akan menjadi bengkak (beberapa teori menyatakan bahwa toksin sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan lapisan tanduk kuku dan hal inilah yang paling banyak menjadi penyebab laminitis). Kebengkakan atau inflamasi dari laminae berarti bahwa laminae tidak dapat melakukan fungsinya secara maksimal dalam menahan pedal bone pada posisinya sehingga mengakibatkan rasa sakit yang sangat. Sewaktu kondisi menjadi sangat buruk dan aliran toksin tidak dapat dikurangi kemudian kerusakan laminae akan menjadi lebih karena pertumbuhan tulang kaki yang terus menuju pada bagian sole dan pada akhirnya harus dilakukan euthanasia apabila sudah tidak dapat disembuhkan lagi demi kesejahteraan satwanya.
Pada tahap awal pendiri akut dapat dilihat bahwa 'rotasi' falang distal pada kenyataannya merupakan kebalikan dari rotasi kuku dalam kaitannya dengan falang distal. Setelah peregangan dan detasemen obligasi antar-laminar extravasates cairan ke dalam ruang dibuat antara lamina dermal dan epidermis. Hubungan paralel antara korteks dorsal falang distal dan dinding kuku punggung hilang. Namun penyelarasan tiga falang tidak berubah yakni, tidak ada rotasi benar.
Akumulasi perdarahan dan serum di bawah dinding kuku berada di bawah tekanan dan menciptakan rasa sakit yang hebat. Sebuah prosedur dinding punggung pemboran akan mengeluarkan cairan ini. Dalam beberapa kasus laminitis otot fleksor mendalam digital tampaknya menjadi kejang atau sebenarnya mempersingkat. Hal ini kemudian menjadi mungkin untuk kembali menyelaraskan kolom phalangeal dengan berjalan kaki ganti. Divisi Bedah ligamen cek inferior atau tendon fleksor mendalam digital akan diperlukan.
Gejala Klinis
Pada laminitis akut, biasanya kedua kaki depan diestensikan di depan tubuh sehingga berat badan ditopang pada bagian belakang teracak (Hills). Pada kuda yang sedang rebahan biasanya terjadi kesulitan untuk bangun tidur kembali. Terkadang laminitis akut ditandai dengan gejala sistemik, seperti peningkatan suhu tubuh, kesulitan bernapas, anoreksia, dan depresi. Pada laminitis kronis, yang biasanya diakibatkan kuda obesitas dengan exercise yang terbatas. Gejala klinisnya lebih ringan daripada ksus akut. Tetapi kaki belakang biasanya ditempatkan di bawah tubuh. Biasanya, bila dipalpasi adanya kaki berasa panas, dan ada pulsasi arteri digitalis yang meningkat. Eksudat radang biasanya terlihat dan pakan memperlemah perlekatan antara lamina sensitif dan lamina ygh kasar. Sehingga ujung depan tilang jari kan jatuh di atas permukaan sol, sehingga ketika dilihat dari bawah, permukaan teracak yang seharusnya cekung menjadi cembung (Bone, 1963).
Terapi
Dapat dilakukan anestesi intraartikular untuk memblok nervus plantaris sehigga rasa sakit akibat radang dapat dihilangkan untuk sementara. Dapat dilakukan juga pemberiaan antihistamin yang dikombinasikan dengan fenilbutazon sebagai antiinflamasi. Pemberian obat suportif juga disarankan dengan menjaga kaki tetap dingin dan lembab, perbaikan pakan, dan manajemen perkandangan yang baik, seperti pemberian serbuk kayu sebagai alas kandang (Bone, 1963).
Pencegahan
Pemberian pakan rumput sebaiknya di waspadai, pengecekan terlebih dahulu terhadap rumput apakah mengadung pestisida atau tidak, rumput yang mengadung pestisida sangat berbahaya pada satwa kuda dan ini memacu terjadinya kolik. Satwa Kuda yang mengalami kolik ketika sembuh sebaiknya di istirahatkan terlebih dahulu dalam beberapa hari. Dalam penanganan kolik sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter hewan.
Sejarah perawatan dan perlakuan sebelum satwa kuda terkena laminitis merupakan hal yang penting, untuk membantu pada proses penyembuhan pada satwa kuda yang terkena laminitis, proses penyembuhan satwa kuda yang terkena.
Kejadian laminitis pada kuda ini dapat dicegah lebih awal apabila pemilik kuda melakukan penanganan manajemen pemberian pakan kuda yang baik (seperti tidak memberikan hijauan rumput segar yang terlalu banyak), perawatan sepatu kuda yang baik (termasuk pemasangan sepatu kuda yang tepat), melakukan pengecekan medis menyeluruh dengan berkonsultasi ke dokter hewan dan tidak memaksakan kuda untuk bekerja terlalu keras terlebih untuk berjalan dipermukaan yang keras dalam waktu yang lama
B.  Navicular Disease
Etiologi
Navicular disease adalah penyakit yang menyerang tulang navicular yang berada pada bagian belakang coffin joint. Pada tulang navicular sering kali mengalami tekanan yang sangat tinggi yang berasal dari phalank ke-2. Hal ini dapat menyebabkan perubahan posisi ke arah belakang dari tempat seharusnya. Posisi ini akan memperbesar kemungkinan terjadi fraktur terutama pada bagian tulang yang paling lemah. Navicular disease biasanya ditandai dengan osteitis kronis disertai kartilago artikular yang makin kasar dan adanya produksi osteofit atau deposit kalsium yang berproliferasi, terkadang juga terjadi kalsifikasi pada ligamen tulang navicular. Penyakit ini dapat disebabkan akibat hereditas, konformasi kaki kuda yang tidak sempurna biasanya pada bagian pastern. Sebab lain diantaranya luka yang berprenetrasi pada bagian kuneus, hills yang berkontraksi, osifikasi ligamentum suspensorium pada bagian samping tulang navicular (Bone, 1963).
Gejala Klinis
Gejala klinis yang menciri yakni terjadi kepincangan yang terjadi secara bertahap yang akan terdeteksi ketika kuda berjalan pada permukaan yang kasar. Gejala yang sangat menciri lainnya yakni kuda akan menempatkan salah satu kaki yang terasa sakit di depan kaki lainnya sehingga seolah menunjuk posisi yang sakit. Diagnosis dapat didasari oleh gejala klinis, rekording, pemeriksaan hoof tester dan radiografi. Pada hasil pencitraan X-ray dapat diidentifikasi kerusakan navicular tetapi sangat sulit untuk menginterpretasikan perubahan yang terjadi pada navicular dan pada jaringan lunak seperti ligament (Casey, 2011).
Diagnosa
Untuk itu perlu dilakukan percobaan Spat, yakni :
§  Kaki belakang yang diduga sakit diflexio pada persendian tarsus selama lima menit
§  Kemudian dilarikan
§  Maka jika positif Spat, terlihat pada lima langkah pertama
§  Diperhatikan apakah kaki diabduksi, adduksi, diseret, terantuk, atau diangkat. Selain ketiga cara di atas, ada cara lain sebagai tambahan pemeriksaan yaitu jalan berputar/melangkah berputar, bisa ke kanan atau ke kiri.
Hoof tester memiliki beberapa desain yang berbeda-beda. Model yang lama berbentuk seperti tang besar, bulat, dan cukup panjang (12-18 inci). Desain yang lebih baru dapat disesuaikan dengan ukuran kuku. Ada pula model yang yang dapat diseauaikan dengan jangkauan, tebuat dari stainless steel.
Pemeriksaan kuku harus sistematis, konsisten, dan harus mencakup semua bagian kuku. Urutan yang sebenarnya dari pemeriksaan ini tidak terlalu penting, yang penting adlah penerapannya harus sama dari waktu ke waktu sehingga tidak ada yang terlewatkan. Tekanan yang diberikan pada kuku harus sama. Respon positif berupa refleks penarikan kaki. Hal ini harus dibedakan dengan refleks gugup atau kesal. Kuncinya adalah konsistensi. Respon nyeri sejati adalah respon yang dihasilkan dengan stimulus yang sama berkali-kali pada tempat yang sama dengan hasil yang sama pula. Sebaliknya penarikan karena respon gugup tidak akan terjadi kembali walaupun dilakukan berulang-ulang pada tempat yang sama.
Terapi dan Pencegahan
Prognosa pada kasus ini adalah infausta. Untuk terapi biasanya dilakukan dengan koreksi pada pemotongan kuku dan bentuk tapal kuda. Selain itu, bentuk tapal kuda diposisikan dimana pada bagian hill tidak memiliki beban yang berlebih. Pemberian obat adalah anestesi dan analgetik seperti phenilbutazone sebagai antiradang dan analgetik. Penanganan jangka panjang dengan aspirin dan isoxsuprine untuk meningkatka suply darah pada navicular dan memperbaiki kondisi tulang. Penanganan lainnya adalah neurektomi, yaitu dengan cara memotong saraf sensoris. Penanganan ini tidak dapat menyembuhkan 100%, tetapi dapat menghilangkan efek rasa sakit.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki manajemen pakan dan pemotongan kuku serta bentuk tapal kuda (Casey, 2011).

3.    Anestesi
Teknik anestesi intraartikular ditujukan untuk memblokade saraf ektremitas untuk membantu diagnosis kepincangan pada kuda dan operasi neurektomi. Blokade ini ditujukan pada saraf sensoris yang menginrvasi regio tertentu. Untuk injeksi intraartikular, penempatan yang benar dari jarum di ruas sendi dapat ditunjukkan dari tetesan cairan senofial pada jarum atau dapat diperoleh dari aspirasi jarum. Bagian yang biasanya diinjeksikan terletak pada celah antara tendon fleksor profunda dengan ligamentum suspensorium sekitar 2 inci di atas fetlog joint dan berdekatan dengan percabangan nervus. Jika yang teraspirasi pada jarum adalah darah maka jarum harus diposisikan ke arah caudal. Blokade pada bagian ini menganastesi regio teracak dan pastern joint. Pada anestesi ini dibutuhkan jarum sepanjang 1 inci dan ukuran gauge 20. Jenis anestesi yang diberikan berupa lidokain, prokain, prilokain, dan mepivakain. Sebelumnya perlu dilakukan deinfeksi pada tempat yang akan dianestesi. Terkadang setelah anestesi terjadi edema lokal yang dapat diminimalisasi dengan perban selama 24-48 jam paska injeksi (Bone, 2011).

DAFTAR PUSTAKA
Sardjana, Komang Wiarsa, 2004. Anestesi Veteriner. UGM; Yogjakarta.
Bone, J. F, 1963, Equine Medicine and Surgery, American Veterinery Publication; California.
Bradley, M. 1993. Leg Set : Its Effect on Action and Soundness of Horse. Department of Animal Science : University of Missouri Extension
Casey, James M., 2011, Navicular Disease in Horse. Diakses pada tanggal 13 April             2011,www.equinehorsevet.com.
Craig, M. 2006. Relationships between Hoof, Leg, and Whole-Horse
Conformation. Trail Blazer magazine.
http://www.epona-institute.org/images/Hoof_Horse_Conformation.pdf Diakses 10 April 2012 pukul 20.31 WIB.
Pilliner, S,. Elmhurst, S,. and Davies, Z. 2002. Horse in Motion. UK : Blackwell Publishing

No comments:

Post a Comment