LEARNING
OBJECTIVE
1. Bagaimana
konformasi kaki kuda yang normal dan abnormal?
2. Peradangan
apa saja yang terjadi pada kaki kuda serta cara pemeriksaannya?
3. Bagaimana
cara anestesi intraartikular dan anestesi lokal?
PEMBAHASAN
1. Konformasi
Kaki Kuda
NORMAL
Tulang-tulang yang
menyusun ekstremitas cranial kuda :
a. Scapula
Scapula merupakan tulang berbentuk triangular, yang
memiliki sudut 45 derajat yang menyusun bagian shoulder atau bahu pada kuda.
Cavum thoraks di bagian lateral dibatasi oleh 2 scapula dexter dan sinister
(Pilliner et al, 2002).
b. Humerus
Scapula dan humerus dihubungkan oleh artikulasi scapulo
humeralis yang menggabungkan antara caput humerus dan fossa scapula. Humerus
yang proporsional harus tersusun dari tulang yang kuat yang dapat menunjang
fleksi dan ekstensi, serta sedikit rotasi, abduksi dan adduksi (Pilliner et al, 2002).
c. Radius
dan ulna
Os.ulna memiliki bentuk yang pendek dan kecil serta
memiliki penonjolan ke arah posterior yang disebut olecranon. Radius dan ulna
pada kuda membentuk lengan atau elbow. Persendian
antara humerus dan radius-ulna hanya memungkinkan kuda untuk menggerakkan
bagian ini 1 arah (Pilliner et al,
2002).
d. Carpus
(knee)
Carpus atau knee menyusun bagian pergelangan yang terdiri
dari 7 atau 8 os carpal yang tersusun 2 bagian (proximal dan distal) (Pilliner et al, 2002).
e. Metacarpal
(cannon)
f. Long
pasterns (phalanx 1)
g. Short
pastern (phalanx 2)
h. Pedal
bone (phalanx 3)
i.
Os.sesamoid proximal
j.
Os.sesamoid distal (navicular bone)
Konformasi
ideal kaki depan kuda :
1. Shoulder
Kuda yang baik harus memiliki slop (kemiringan bahu) yang
baik. Kemiringan tersebut ditentukan oleh posisi angulus scapularis. Bahu yang
ideal memiliki kemiringan 45°, sama seperti sudut di bagian pastern. Kemiringan
yang ideal ini akan berpengaruh pada gerakan bahu yang menuju ke depan. Humerus
yang kuat dan bagus akan memiliki sudut 60° ke arah horizontal. Kemiringan
humerus harus seimbang dengan pelvis dan artikulasi pinggul (hip). Keserasian
ini akan menyebabkan pergerakan jalan atau lari kuda menjadi bagus dan seimbang
(Pilliner et al, 2002).
2. Elbow
Letak elboow harus seimbang dengan shoulder yang nantinya
akan menghasilkan gerakan kaki depan yang baik.
3. Forelimb
Lengan kuda harus memiliki tulang yang kuat dan susunan
otot yang baik. Tulang metacarpal harus kuat, agak pendek dan mampu menahan
beban yang ada di atasnya. Kenampakan dari depan maupun dari samping harus
lurus. Jika ditarik garis lurus di masing-masing kaki depan. Maka akan nampak
pembagian yang seimbang antara setangah bagian masing-masing (Pilliner et al, 2002).
4. Feet
(teracak)
Bentuk dan proporsi teracak harus stabil terhadap kaki,
serasi dan seimbang (Pilliner et al,
2002).
5. Hoof
balance
Karakteristik hoof yang bagus :
a. Batas
antara kuku (paries) dan kulit harus lurus horizontal dan tidak mengalami
kemiringan.
b. Kuku
harus sehat dan tidak ada penonjolan yang menunjukkan bekas laminitis.
c. Bagian
frog (cuneus) menyentuh tanah dan membagi secara longitudinal bagian teracak.
d. Aksis
hoof-pastern harus sejajar. HPA (hoof pastern axis) pada kaki depan idealnya
45-50° dan pada kaki belakang 50-55° (Pilliner et al, 2002).
ABNORMAL
Kaki depan
a. Straight
legs, bentuk yang bagus
b. Splay-footed
Splay-footed dicirikan dengan area base pada
teracak yang saling menjauh (melebar), sehingga beban mengarah di bagian
medial. Koreksi dengan memotong kuku bagian lateral.
c. Pigeon-toed
Konformasi pigeon-toed dicirikan dengan area toe
pada teracak yang saling mendekat. Koreksi dilakukan dengan pemotongan kuku
bagian medial.
d. Knock-kneed,
narrow front, base wide
Base wide merupakan konformasi kaki kuda dimana
kaki bagian bawah (base) saling menjauh dan memiliki kedekatan antar lutut kaki
depan (berbentuk x). Bentukan yang seperti itu akan mengakibatkan beban berat
badan kuda akan terpusat pada bagian medial tubuh sehingga menekan paries atau
kuku di bagian medial. Cara penanganan yang dilaksanakan yaitu dengan
pemotongan kuku secara bertahap di bagian lateral agar teracak sedikit demi
sedikit dapat berdiri secara normal lagi.
e. Base-narrow
Base narrow memiliki prinsip berkebalikan dari
base-wide. Pada kondisi base-narrow biasanya diawali oleh posisi knee yang
saling menjauh sehingga mengakibatkan bagian teracak saling mendekat (base
narrow). Hal tersebut dapat menimbulkan
beban yang berlebihan di bagian lateral. Koreksi yang dapat dilakukan yaitu
dengan pemotongan kuku di bagian medial.
f. Bow-kneed
Bow-kneed merupakan posisi dimana knee saling
menjauh. Namun biasanya diikuti dengan base narrow yang menciri dengan
pigeon-toed. Beban yang ditanggung kaki kuda sepenuhnya ada di bagian medial,
sehingga penanganan yang dapat dilakukan dengan pemotongan kuku di daerah
lateral (Craig, 2006).
2. Peradangan
Kaki Kuda
A. Laminitis
Etiologi
Definisi sederhana dari laminitis adalah suatu proses inflamasi yang
melibatkan lapisan dermal dan epidermal dari kuku, atau suatu penyakit yang
disebabkan oleh kegagalan pertautan antara distal phalanx (coffin bone) dan
dinding kuku dalam. Seekor kuda menderita laminitis waktu lamellae pada dinding
kuku dalam, yang biasanya menangguhkan distal phalanx dari permukaan dalam
kapsul kuku, mengalami degenerasi dan gangguan. Tanpa kedudukan distal phalanx
yang semestinya, maka berat kuda dan arah pergerakkan tulang akan terdorong ke
dalam kapsul kuku. Proses ini akan memotong arteri dan vena serta menghancurkan
lapisan corium dari sole dan coronet, sehingga menyebabkan rasa sakit yang
sangat dan kepincangan yang khas.
Pada dasarnya laminitis dapat disebabkan oleh faktor metabolik dan fisikal,
seperti kelebihan karbohidrat dalam pakan (terlalu banyak pemberian biji-bijian
dan rumput), kelebihan berat badan, masalah pada saluran pencernaan (radang
usus), endotoxemia, kolik, stress/shock, terlalu lelah bekerja maupun pemberian
konsumsi air dingin yang terlalu banyak saat kehausan.
Peradangan pada lamina sensitif, namun
dapat sering kali disebabkan kelebihan pakan dan kurangnyaexercise pada
kelompok kuda poni, dan pada kuda betina biasanya setelah melahirkan. Laminitis
seringkali terjadi hanya pada kaki depan saja, walaupun terkadang kaki depan
juga bisa (Bone, 1963).
Patogenesis
Perubahan
pakan mendadak, ketidakseimbangan konsentrat dan serat yang disertai penyakit lain (radang
ambing dan endometritis sesudah melahirkan) akan menyebabkan tubuhmengalami asidosis dan mengeluarkan antihistamin sebagai reaksi asing adanya perubahan, ketidakseimbangan
dan penyakit. Kondisi
ini memicu pembuluh darah untuk mengalami vasokontriksi.
Vasokonstriksi pembuluh darah akan berakibat jelas pada
daerah kaki dan kuku karena kaki dan kuku merupakan penyangga berat tubuh
sehingga akan tertekan pada daerah tersebut. Semakin lama, darah yang beredar ke daerah tersebut berkurang dan bahkan berhenti
sehingga pembuluh darah akan mengalami nekrosa yang berdampak pada perubahan fisik jaringan disekitarnya. Akhirnya terjadilah laminitis yang ditandai
dengan kepincangan parah yang disertai pertumbuhan kuku yang tidak normal.
Laminitis
merupakan penyakit akibat banyak faktor. Penerapan manajemen kandang merupakan factor risiko laminitis. Terdapat dua langkah pencegahan terpenting untuk mengurangi laminitis berhubungan dengan luka terkait dengan pakan dan kandang. Untuk
mencegah laminitis, kandang ternak harus dibuat nyaman dengan menghindari
penggunaankandang yang beralaskan beton karena dapat berpengaruh negatif pada
kesehatan kuku. Sebaiknya kandang dibuat beralaskan
karet untuk mengurangi perlukaan kuku.
Kebanyakan
kasus laminitis berawal dari proses pencernaan yang buruk. Ketika makanan tidak
tercerna sempurna pada bagian hindgut seekor kuda, asam dan toksin yang
dihasilkan akan masuk dalam tubuh dan melalui aliran pembuluh darah menyebabkan
kerusakan organ diseluruh tubuh. Bila pembuluh darah dan sel pada kaki terkena
maka hal ini akan mengakibatkan penurunan aliran darah pada laminae dan akan
menjadi bengkak (beberapa teori menyatakan bahwa toksin sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan lapisan tanduk kuku dan hal inilah yang paling banyak
menjadi penyebab laminitis). Kebengkakan atau inflamasi dari laminae berarti
bahwa laminae tidak dapat melakukan fungsinya secara maksimal dalam menahan
pedal bone pada posisinya sehingga mengakibatkan rasa sakit yang sangat.
Sewaktu kondisi menjadi sangat buruk dan aliran toksin tidak dapat dikurangi
kemudian kerusakan laminae akan menjadi lebih karena pertumbuhan tulang kaki
yang terus menuju pada bagian sole dan pada akhirnya harus dilakukan euthanasia
apabila sudah tidak dapat disembuhkan lagi demi kesejahteraan satwanya.
Pada tahap awal pendiri akut dapat dilihat bahwa
'rotasi' falang distal pada kenyataannya merupakan kebalikan dari rotasi kuku
dalam kaitannya dengan falang distal. Setelah peregangan dan detasemen obligasi
antar-laminar extravasates cairan ke dalam ruang dibuat antara lamina dermal
dan epidermis. Hubungan paralel antara korteks dorsal falang distal dan dinding
kuku punggung hilang. Namun penyelarasan tiga falang tidak berubah yakni, tidak
ada rotasi benar.
Akumulasi perdarahan dan serum di bawah dinding
kuku berada di bawah tekanan dan menciptakan rasa sakit yang hebat. Sebuah
prosedur dinding punggung pemboran akan mengeluarkan cairan ini. Dalam beberapa
kasus laminitis otot fleksor mendalam digital tampaknya menjadi kejang atau
sebenarnya mempersingkat. Hal ini kemudian menjadi mungkin untuk kembali
menyelaraskan kolom phalangeal dengan berjalan kaki ganti. Divisi Bedah ligamen
cek inferior atau tendon fleksor mendalam digital akan diperlukan.
Gejala Klinis
Pada laminitis akut, biasanya kedua
kaki depan diestensikan di depan tubuh sehingga berat badan ditopang pada
bagian belakang teracak (Hills). Pada kuda yang sedang rebahan
biasanya terjadi kesulitan untuk bangun tidur kembali. Terkadang laminitis akut
ditandai dengan gejala sistemik, seperti peningkatan suhu tubuh, kesulitan
bernapas, anoreksia, dan depresi. Pada laminitis kronis, yang biasanya
diakibatkan kuda obesitas dengan exercise yang
terbatas. Gejala klinisnya lebih ringan daripada ksus akut. Tetapi kaki
belakang biasanya ditempatkan di bawah tubuh. Biasanya, bila dipalpasi adanya
kaki berasa panas, dan ada pulsasi arteri digitalis yang meningkat. Eksudat
radang biasanya terlihat dan pakan memperlemah perlekatan antara lamina
sensitif dan lamina ygh kasar. Sehingga ujung depan tilang jari kan jatuh di
atas permukaan sol, sehingga ketika dilihat dari bawah, permukaan teracak yang
seharusnya cekung menjadi cembung (Bone, 1963).
Terapi
Dapat dilakukan anestesi intraartikular
untuk memblok nervus plantaris sehigga rasa sakit akibat radang dapat
dihilangkan untuk sementara. Dapat dilakukan juga pemberiaan antihistamin yang
dikombinasikan dengan fenilbutazon sebagai antiinflamasi. Pemberian obat
suportif juga disarankan dengan menjaga kaki tetap dingin dan lembab, perbaikan
pakan, dan manajemen perkandangan yang baik, seperti pemberian serbuk kayu
sebagai alas kandang (Bone, 1963).
Pencegahan
Pemberian pakan rumput sebaiknya di waspadai, pengecekan terlebih
dahulu terhadap rumput apakah mengadung pestisida atau tidak, rumput yang
mengadung pestisida sangat berbahaya pada satwa kuda dan ini memacu terjadinya
kolik. Satwa Kuda yang mengalami kolik ketika sembuh sebaiknya di istirahatkan
terlebih dahulu dalam beberapa hari. Dalam penanganan kolik sebaiknya melakukan
konsultasi dengan dokter hewan.
Sejarah perawatan dan perlakuan sebelum satwa kuda terkena laminitis
merupakan hal yang penting, untuk membantu pada proses penyembuhan pada satwa
kuda yang terkena laminitis, proses penyembuhan satwa kuda yang terkena.
Kejadian laminitis pada kuda ini dapat dicegah lebih awal apabila
pemilik kuda melakukan penanganan manajemen pemberian pakan kuda yang baik
(seperti tidak memberikan hijauan rumput segar yang terlalu banyak), perawatan
sepatu kuda yang baik (termasuk pemasangan sepatu kuda yang tepat), melakukan
pengecekan medis menyeluruh dengan berkonsultasi ke dokter hewan dan tidak
memaksakan kuda untuk bekerja terlalu keras terlebih untuk berjalan dipermukaan
yang keras dalam waktu yang lama
B. Navicular
Disease
Etiologi
Navicular disease adalah penyakit yang
menyerang tulang navicular yang berada pada bagian belakang coffin joint. Pada tulang navicular sering kali mengalami tekanan yang sangat
tinggi yang berasal dari phalank ke-2. Hal ini dapat menyebabkan perubahan posisi ke arah belakang dari tempat seharusnya. Posisi ini akan
memperbesar kemungkinan terjadi fraktur terutama pada bagian tulang yang paling
lemah. Navicular disease biasanya ditandai dengan osteitis kronis disertai
kartilago artikular yang makin kasar dan adanya produksi osteofit atau deposit
kalsium yang berproliferasi, terkadang juga terjadi kalsifikasi pada ligamen tulang
navicular. Penyakit ini dapat disebabkan akibat hereditas, konformasi kaki kuda
yang tidak sempurna biasanya pada bagian pastern. Sebab lain diantaranya luka
yang berprenetrasi pada bagian kuneus, hills yang berkontraksi, osifikasi
ligamentum suspensorium pada bagian samping tulang navicular (Bone, 1963).
Gejala Klinis
Gejala klinis yang menciri yakni
terjadi kepincangan yang terjadi secara bertahap yang akan terdeteksi ketika
kuda berjalan pada permukaan yang kasar. Gejala yang sangat menciri lainnya
yakni kuda akan menempatkan salah satu kaki yang terasa sakit di depan kaki
lainnya sehingga seolah menunjuk posisi yang sakit. Diagnosis dapat didasari
oleh gejala klinis, rekording, pemeriksaan hoof tester dan radiografi. Pada
hasil pencitraan X-ray dapat diidentifikasi kerusakan navicular tetapi sangat
sulit untuk menginterpretasikan perubahan yang terjadi pada navicular dan pada
jaringan lunak seperti ligament (Casey, 2011).
Diagnosa
Untuk
itu perlu dilakukan percobaan Spat, yakni :
§ Kaki
belakang yang diduga sakit diflexio pada persendian tarsus selama lima menit
§ Kemudian
dilarikan
§ Maka
jika positif Spat, terlihat pada lima langkah pertama
§ Diperhatikan
apakah kaki diabduksi, adduksi, diseret, terantuk, atau diangkat. Selain ketiga
cara di atas, ada cara lain sebagai tambahan pemeriksaan yaitu jalan
berputar/melangkah berputar, bisa ke kanan atau ke kiri.
Hoof tester memiliki beberapa desain yang
berbeda-beda. Model yang lama berbentuk seperti tang besar, bulat, dan cukup
panjang (12-18 inci). Desain yang lebih baru dapat disesuaikan dengan ukuran
kuku. Ada pula model yang yang dapat diseauaikan dengan jangkauan, tebuat dari
stainless steel.
Pemeriksaan kuku harus sistematis, konsisten, dan
harus mencakup semua bagian kuku. Urutan yang sebenarnya dari pemeriksaan ini
tidak terlalu penting, yang penting adlah penerapannya harus sama dari waktu ke
waktu sehingga tidak ada yang terlewatkan. Tekanan yang diberikan pada kuku
harus sama. Respon positif berupa refleks penarikan kaki. Hal ini harus
dibedakan dengan refleks gugup atau kesal. Kuncinya adalah konsistensi. Respon
nyeri sejati adalah respon yang dihasilkan dengan stimulus yang sama
berkali-kali pada tempat yang sama dengan hasil yang sama pula. Sebaliknya
penarikan karena respon gugup tidak akan terjadi kembali walaupun dilakukan
berulang-ulang pada tempat yang sama.
Terapi dan Pencegahan
Prognosa pada kasus ini adalah infausta. Untuk terapi biasanya
dilakukan dengan koreksi pada pemotongan kuku dan bentuk tapal kuda. Selain
itu, bentuk tapal kuda diposisikan dimana pada bagian hill tidak memiliki beban
yang berlebih. Pemberian obat adalah anestesi dan analgetik seperti
phenilbutazone sebagai antiradang dan analgetik. Penanganan jangka panjang
dengan aspirin dan isoxsuprine untuk meningkatka suply darah pada navicular dan
memperbaiki kondisi tulang. Penanganan lainnya adalah neurektomi, yaitu dengan
cara memotong saraf sensoris. Penanganan ini tidak dapat menyembuhkan 100%,
tetapi dapat menghilangkan efek rasa sakit.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki manajemen
pakan dan pemotongan kuku serta bentuk tapal kuda (Casey, 2011).
3. Anestesi
Teknik anestesi
intraartikular ditujukan untuk memblokade saraf ektremitas untuk membantu
diagnosis kepincangan pada kuda dan operasi neurektomi. Blokade ini ditujukan
pada saraf sensoris yang menginrvasi regio tertentu. Untuk injeksi
intraartikular, penempatan yang benar dari jarum di ruas sendi dapat
ditunjukkan dari tetesan cairan senofial pada jarum atau dapat diperoleh dari
aspirasi jarum. Bagian yang biasanya diinjeksikan terletak pada celah antara
tendon fleksor profunda dengan ligamentum suspensorium sekitar 2 inci di atas
fetlog joint dan berdekatan dengan percabangan nervus. Jika yang teraspirasi
pada jarum adalah darah maka jarum harus diposisikan ke arah caudal. Blokade
pada bagian ini menganastesi regio teracak dan pastern joint. Pada anestesi ini
dibutuhkan jarum sepanjang 1 inci dan ukuran gauge 20. Jenis anestesi yang
diberikan berupa lidokain, prokain, prilokain, dan mepivakain. Sebelumnya perlu
dilakukan deinfeksi pada tempat yang akan dianestesi. Terkadang setelah
anestesi terjadi edema lokal yang dapat diminimalisasi dengan perban selama
24-48 jam paska injeksi (Bone, 2011).
DAFTAR
PUSTAKA
Sardjana,
Komang Wiarsa, 2004. Anestesi
Veteriner. UGM; Yogjakarta.
Bone,
J. F, 1963, Equine Medicine and Surgery, American Veterinery Publication; California.
Bradley,
M. 1993. Leg Set : Its Effect on Action
and Soundness of Horse. Department of Animal Science : University of
Missouri Extension
Casey,
James M., 2011, Navicular
Disease in Horse. Diakses pada tanggal 13 April 2011,www.equinehorsevet.com.
Craig,
M. 2006. Relationships between Hoof, Leg, and Whole-Horse
Conformation. Trail Blazer magazine. http://www.epona-institute.org/images/Hoof_Horse_Conformation.pdf Diakses 10 April 2012 pukul 20.31 WIB.
Conformation. Trail Blazer magazine. http://www.epona-institute.org/images/Hoof_Horse_Conformation.pdf Diakses 10 April 2012 pukul 20.31 WIB.
Pilliner, S,. Elmhurst, S,. and Davies, Z. 2002. Horse in Motion. UK : Blackwell
Publishing
No comments:
Post a Comment