Tuesday 27 May 2014

BLOK 18 UP 1



LEARNING OBJRCTIVE
1.      Apa definisi dan macam-macam hernia?
2.      Jelaskan tentang Hernia Inguinalis meliputi patogenesis, gejala klinis, diagnosa, pencegahan dan terapi?

PEMBAHASAN
1.    Definisi dan macam-macam hernia
Pengertian: Hernia merupakan protusi ( tonjolan ) dari organ atau bagiannya menyeberangi dinding alami. Kebanyakan hernia meliputi protusi dari isi cavum abdominal keluar melewati dinding abdominal, diafragma, atau perineum (Slatter.2003).
        Penonjolan yang dibentuk dari beberapa organ yang keluar melintasi permukaan alami, dibentuk dari beberapa organ yang keluar melnintasi permukaan yang alami maupun buatan pada dinding abdomen men bentuk bengkakan yang tertutup kulit dan biasanya peritoneum (Frank, 1961).
Etiologi: Bagian-bagian hernia :
Pada kasus hernia terdapat tiga bagian utama, yaitu cincin hernia, kantung hernia, dan isi hernia. Hernia dapat disebabkan karena factor keturunan dan karena factor perolehan. Faktor keturunan biasanya terjadi abnormalitas saat fase organogenesis pada saat fase fetus. Sedangkan factor perolehan biasanya disebabkan karena trauma, baik itu karena kecelakaan atau karena akibat dari sisa operasi (Slatter.2003).
Macam dan Gejala Klinis  . Berdasarkan lokasinya hernia dibagi (pada gambar 1) menjadi :
a.   Hernia abdominalis . Hernia pada daerah abdominal antara lain.
1.   Hernia Inguinalis
        Hernia (sifat reducible dan herediter) terjadi karena organ (biasanya intestinum, atau coecum) keluar dari rongga peritoneum melalui annulus inguinalis internus yang terletak sebelah lateral dari pembuluh darah epigastrika inferior, hernia masuk ke dalam kanalis inguinalis dan jika cukup panjang, menonjol keluar dari annulus inguinalis eksternus. Gejala klinis terlihat adanya benjolan pada daerah inguinal,tetapi tanpa disertai adanya demam (jika intestinum tidak strangulasi sampai radang) atau perubahan frekuensi pulsus dan nafas, dengan disertai nafsu makan yang baik dan minum yang baik (Budhi.2011).

2.   Hernia Umbilicalis
         Merupakan hernia yang terjadi pada daerah pusar hewan. Hernia umbilikalis congenital merupakan hernia yang paling umum . Hal ini terjadi karena adanya factor hereditas. Oleh karena itu, induk yang mempunyai sejarah penyakit ini tidak dikawinkan. Hernia ini kadang tanpa disertai gejala (asymptomatic) karena hernianya yang kecil sehingga tidak menyebabkan gangguan berarti. Pada hernia ini jika cincin hernia kecil, dapat menyebabkan strangulasi intestinum (jika yang masuk kedalam saccus hernia intestinum) dan menyebabkan kematian dari jaringan usus yang berada dalam hernia tersebut, akibat suplaii darah yang kurang (Budhi.2011).

3.   Hernia Scrotalis
Hernia ini bisa lanjutan atau perluasan dari hernia inguinalis. Hernia ini adalah hernia kongenital akiba ttidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke skrotum (descendends testiculorum) yang tidak sempurna dan perolehan akibat benturan keras pada daerah selangkangan di scrotumnya yang menyebabkan annulus dan canalis inguinalis pada bagian scrotum sobek dan membentuk cincin hernia. Gejala yang teramati adalah adanya benjolan besar pada scrotum dan cara berjalan hewan yang aneh dan sering kali tidak mau merabah ventral atau dalam posisi duduk (Budhi.2011).
b.   Hernia Diagfragmatika
         Hernia yang terjadi saat ada pengantongan dari diagfragma kearah rongga thorax akibat adanya trauma (sering jatuh atau turun dengan melompat dari ketinggian, tergilas ban kendaraan atau tertabrak ) atau bawaan ( induknya pernah mengalami hal yang serupa). Isi dari hernia bisa mulai dari esophagus, lambung, hati, atau usus. Sifat dari hernia ini reducible-irreducible tergantung dari cincin hernia dan organ yang masuk dalam kantung hernianya. Gejala klinis nampak adalah dyspnoe karena rongga thorax yang menyempit karena adanya tekanan dari hernianya. Gejala lainnya jika esophagus dan lambung yang masuk kedalam kantung hernia , maka nafsu makan menurun sampai anoreksia, kehilangan nafsu makan (Budhi.2011).

c.    Hernia Perineal
         Hernia ini dapat terjadi akibat kegagalan atau lemahanya (pada hewan yang sudah berumur tua) dari muskulus pada pelvis diafragma yang menyokong dinding rectum, yang menyebabkan dinding ini melebar dan berpindah posisi. Isi dari rongga pelvis dan kadang isi dari rongga abdomen masuk ke dalam lubang antara rectum dan pelvic diafragma, diantaranya adalah vesica urinaria, uterus, dan colon (Budhi.2011).

2.    Hernia Inguinalis
Patogenesis
        Patogenesis hernia multifaktorial. Hernia diaphragmatika terjadi karena kecelakaan atau kebiasaan melompat naik dan turun secara terus menerus, sehingga diaphragm mengendor dan organ digesti seperti hati, usus dan lambung dapat masuk ke rongga dada. Hernia inguinalis perinealis femoralis terisi uterus gravit atau pyometra sehingga dapat mengakibatkan rupture uterus. Pada fetus jantan, setiap testis descending  dari cavum pelvis ke skrotum melalui canal inguinal melalui otot paha. Kanal masih ada point lemahnya pada lantai pelvis. Saat tekanan naik pada cavum abdominal, dapat memaksa bagian intestinum atau vesica urinaria ke kanal atau bahkan ke skrotum. Pada hernia perineal, patogenesis kelemahan otot masih belum diketahui. Ketegangan akibat konstipasi atau penyakit prostatic dapat berperan. Atropi neurogenic muskulus perineal dapat berperan pada anjing. Hormon jantan juga terlibat karena penyakit ini jarang pada hewan steril dan betina. Megacolon dan konstipasi kronik merupakan predisposisi pada kucing (Hartiningsih.1999).

Diagnosa
        Anamnesa dari sejarah operasi dan keturunan. Dilihat dari gejala klinis. Hernia abdominalis, inguinalis, secrotalis, pada palpasi ditemukan cincin hernia, jika ditekan masa masuk (reducible). Namun, jika irreducible, terjadi adhesi atau sudah membentuk jaringan ikat. Hernia Umbilicalis dapat Dilakukan tusukan eksploratif seperti cytopathology. Benjolan dipalpasi tidak terasa sakit (jika tidak ada komplikasi), tetapi ada fluktuasi. Auskultasi bagian hernia, hernia berisi usus jika ad peristaltic (hernia abdominalis). Diagnosa dengan foto rongent, USG, CTScan, MRI.
        Diagnosa berdasarkan palpasi reducible tonjolan perineal ventrolateral ke anus dan palpasi rectal diaphragm pelvis yang lemah dengan dilatasi atau deviasi rectum. Jika isi hernia tidak dapat direduksi akibat usus,uterus bunting (uterus waktu masuk kedalam kantong hernia fetusnya masih kecil,karena fetus terus berkembang maka isi hernia semakin membesar) mengalami inkarserasi atau strangulasi,maka diagnosanya menjadi lebih sulit.
        Untuk mendiagnosa hernia inguinalis sebaiknya dilakukan punctio (harus hati-hati) pada  bagian yang mengalami penonjolan/pembengkakan.Pemeriksaan radiografi diperlukan untuk menentukan organ yang terdapat didalam kantong hernia tersebut,apakah usus,uterus bunting,atau vesica urinaria.Barium sulfat digunakan sebagai media kontras jika diperkirakan isi hernia adalah usus.Jika isi hernia diduga uterus bunting,hasil pemeriksaan radiografi terhadap uterus bunting  (terutama pada akhir kebuntingan yaitu setelah  hari ke 45) akan terlihat tulang kerangka fetus.Jika isi hernia adalah vesica urinaria biasanya ukuran hernia akan menurun setelah urinasi atau setelah dikateterisasi (Khan,2005).

Penanganan dan Pencegahan .
        Penanganan pada kasus hernia dapat dilakukan dengan tindakan operatif dan non operatif. Tindakan operatif dengan mengembalikan isi hernia ke tempat yang benar dan menutup cincin hernia. Pada hernia yang bersifat herediter, umur hewan masih di bawah 6 bulan, bisa diupayakan dengan menekan benjolan hernia dan dalam perkembangan umur diharapkan cincin hernia akan menutup. Hewan yang menderita hernia herediter harus disterilkan Hewan yang memiliki hernia atau pernah bedah perbaikan hernia tidak boleh digunakan untuk bibit. Selain itu, breeder yang menghasilkan anak anjing dengan kondisi ini tidak boleh dibesarkan lagi (Slatter, 2002).
Prosedur Operasi Hernia :
1)   Premedikasi . Dilakukan penentuan dosis premedikasi yang akan diberikan, kemudian hewan dihandel dan dilakukan penyuntikan atropin 0,025% IM. Tindakan ini dilakukan 10 menit sebelum pemberian anastetikum.
2)   Pembiusan/Anasthesi
a)   Hewan dihandle.
b)   Injeksi Ketamin + Xylazine (sesuai perhitungan) intramuskular pada otot semimembranosus dan semitendinosus.
c)   Setelah hewan tidak sadar, bagian abdomen sekitar daerah orientasi sayatan, dicukur sampai bersih.
d)  Daerah orientasi tersebut dibersihkan dengan alkohol 70% dan dioles dengan iodium tincture 3% ke arah luar.
e)   Hewan dibawa ke meja operasi dengan posisi ventrodorsal (terlentang) yang sebelumnya telah diberi alas koran.
f)    Keempat kaki diikat satu per satu dengan menggunakan simpul tomfool dan kemudian dikaitkan ke meja operasi.
g)   Daerah sekitar orientasi ditutup dengan kain steril
3)   Teknik Operasi
a)   Lapisan kulit disayat menggunakan scalpel. Sayatan bersifat lurus dan langsung (tidak terputus) sepanjang 2-3 cm.
b)   Lapisan subkutis dipreparir kemudian dijepit menggunakan tang arteri bersama kulit. Penjepitan dilakukan pada masing-masing ujung sayatan.
c)   Lubang dilebarkan menggunakan gunting tumpul-tumpul.
d)  Cincin hernia dicari dan kemudian organ-organ yang keluar dari cincin tersebut dimasukkan kembali dan rongga abdomen diberi antibiotik penicillin cair topikal.
e)   Peritoneum dan omentum dijahit menggunakan jarum bundar, cat gut chromic 3/0 dengan jahitan sederhana.
f)    Ujung-ujung otot abdominal dijahit menggunakan jarum bundar, cat gut chromic 3/0 dengan jahitan sederhana.
g)   Kulit dan subkutan dijahit menggunakan jarum segitiga, benang silk 3/0 dengan jahitan sederhana.
h)   Bekas jahitan diolesi dengan Iod tincture 3% dan diolesi levertran.
i)     Kemudian bekas jahitan tersebut ditutup dengan kain kassa dan verban. (Tobias.2011).


DAFTAR PUSTAKA
Budhi, S. 2011. Hernia. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada .
Frank, E.R. 1961. Veterinary Surgery.Mineshota : Burges Publishing Company

Hartiningsih.1999. Hernia pada Anjing dan Penanganannya. Fakultas Kedokteran                                                   Hewan.Universitas Gadjah Mada.
Kahn, M. Cynthia. 2005. The Merck Veterinary Manual Ninth Edition. USA : Merck & Co.
Mutschler, E.1991.Dinamika Obat. Terjemah : Mathilda dan Anna S.R. Bandung: Penerbit                             ITB.
Slatter, D. 2003. Textbook of SmallAnimal Surgey, Third Ed. Sauders Publisher. Philadelphia.
Tobias, K.M. 2011. Manual of Small Animal Soft Tissue Surgery. John Wiley & Sons.                   London.

No comments:

Post a Comment