Wednesday 18 June 2014

BLOK 18 UP 4



LEARNING OBJECTIVE
1.      Mengetahui tentang FUS: Ethiologi, Patogenesis, Gejala Klinis, Diagnosa, Penanganan dan Pencegahan
2.      Mengetahui tentang manajemen pakan kucing yang baik


1.    FUS (Feline Urolith Syndrome)
Etiologi . Atau Feline lower urinary tract disease (FLUTD) merupakan gangguan saluran urogenitalis (vesica urineria dan urethra) yang sering terjadi pada kucing terutama kucing jantan. Gangguan pada uretra disebabkan oleh struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung memiliki bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin dari vesika urinaria ke luar tubuh
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjangkitnya penyakit FUS antara lain :
a.   Faktor Endogen
1)   Faktor genetik familial pada hiper sistinuria.
2)   Suatu kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino  dimembran batas sikat tibuli proksimal.
b.   Faktor Eksogen
1)   Pakan dengan kandungan mineral tinggi (kalsium dan oksalat), air, dan frekuensi makan. Pakan yang      kaya magnesium menyebabkan pH urine menjadi basa (alkalis). Kenaikan pH mempermudah      pembentukan kristal mineral.
2)   Umur, biasanya menyerang kucing yang berumur 1-6 tahun.
3)   Seks ,kucing jantan dan betina sama-sama beresiko menderita FUS, namun kucing jantan beresiko lebih      besar terhadap obstruksi yang mematikan karena uretra jantan lebih kecil dibandingkan betina dan      memiliki bagian yang mengecil sehingga penyumbatan lebih gampang terjadi.
4)   Kastrasi yang dilakukan sebelum masa pubertas. Jantan yang dikastrasi lebih rentan daripada yang      tidak dikastrasi.
5)   Penurunan frekuensi urinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh menurunnya asupan air, pakan yang kering,   air yang terlalu hangat, terlalu dingin, menurunnya aktivitas fisik, hal ini dapat disebabkan karena         kucing mengalami obesitas bahkan kandang yang kotor (Tiley,2000 ; Westropp, J.L. 2006 ).

Patogenesis . Pembentukan urolit pada FUS biasanya dipengaruhi adanya nidus Kristal, pH urin dan ada atau tidaknya factor inhibitor kristal dalam urin. Pembentukan urolit meliputi fase awal pembentukan dan fase pertumbuhan. Fase awal dimulai terbentuknya nidus kristal. Pembentukan nidus kristal tersebut  tergantung pada pusat nucleus atau matriks (meskipun subtansi matriks protein nonkristal juga dapat berperan sebagai nukleusi) dan supersaturasi urin oleh kristal kalkulogenik. Sedangkan derajad supersaturasi urin dipengaruhi oleh banyaknya kristal yang dieksresikan oleh ginjal dan volume urin. Fase  pertumbuhan nidus kristal tergantung pada;
a.    Kemampuan untuk tetap bertahan dalam lumen traktus ekskretorius system urinarius.
b.   Derajad dan durasi supersaturasi urin yang mengandung kristal baik yang identik atau berbeda dengan kristal yang ada dalam nidus.
c.    Sifat fisik nodus kristal, jika suatu kristal mempunyai sifat yang cocok dengan kristal lain, maka beberapa kristal dapat saling menggabungkan diri dan tumbuh menjadi nidus atau kristal lain.
Urolit yang  berlangsung lama juga dapat menimbulkan infeksi ascendens yang terjadi pada traktus urinarius bagian bawah  dan penyebaran infeksi secara hematogen dari infeksi local ditempat lain.  Infeksi descendens juga dapat terjadi pada bagian atas traktus urinarius dan infeksi kelenjar prostate kronis merupakan sumber infeksi ( Tiley, 2000 ; Khan, 2002 ).
Pembentukan urolit biasanya dipengaruhi oleh adanya nidus Kristal, pH urin dan ada atau tidaknya factor inhibitor kristal dalam urin. Pembentukan urolit meliputi fase awal pembentukan dan fase pertumbuhan. Fase awal dimulai terbentuknya nidus kristal. Pembentukan nidus kristal tersebut  tergantung pada pusat nucleus atau matriks (meskipun subtansi matriks protein nonkristal juga dapat berperan sebagai nukleusi) dan supersaturasi urin oleh kristal kalkulogenik. Sedangkan derajad supersaturasi urin dipengaruhi oleh banyaknya kristal yang dieksresikan oleh ginjal dan volume urin. Fase  pertumbuhan nidus kristal tergantung pada;
1.      Kemampuan untuk tetap bertahan dalam lumen traktus ekskretorius system urinarius.
2.      Derajad dan durasi supersaturasi urin yang mengandung kristal baik yang identik atau berbeda dengan kristal yang ada dalam nidus.
3.      Sifat fisik nodus kristal, jika suatu kristal mempunyai sifat yang cocok dengan kristal lain, maka beberapa kristal dapat saling menggabungkan diri dan tumbuh menjadi nidus atau kristal lain.
Urolit yang  berlangsung lama juga dapat menimbulkan infeksi ascendens yang terjadi pada traktus urinarius bagian bawah  dan penyebaran infeksi secara hematogen dari infeksi local ditempat lain.  Infeksi descendens juga dapat terjadi pada bagian atas traktus urinarius dan infeksi kelenjar prostate kronis merupakan sumber infeksi (Tiley et al, 2000).

Teori pembentukan urolith :
1.      Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kencing memerlukan adanya substansia organic sebagai inti. Substansia organic ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah kristalisasi dan agregasi substansi pembentukan batu.
2.      Teori Supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentukan batu dalam urin seperti sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya batu
3.      Teori Presipitasi - kristalisasi
Perubahan Ph urine akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam urine. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin, asam, dan garam urat. sedangkan pada urin yang bersifat alkalin akan mengendap garam-garam fosfat.
4.      Teori berkurangnya faktor penghambat.
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat, sitrat, magnesium asam mukopolisakarid akan mempermudah terbentuknya batu saluran kencing.

Jenis Batu
1.      Batu Kalsium : Hiperkalsiuria : Kalsium  => kelebihan alkali. Misal : Sindroma susu, Kelebihan Vit. B, Imobilisasi, Asidosis Tubular Renalis, Penyakit Paget, Sarkoidosis, Hipertiroiditis, Syndroma cushing, yang paling sering  Hyperkalsiuria Idiopatik.
2.      Hiperurikosuria : Hal ini 20 % inti batu dari kristal asam urat karena kemasukan purin berlebihan.
3.      Hiperoksaluria : Penyebaran oksalat dijaringan ginjal, susunan makanan yang mengandung oksalat yang berlebihan.
4.      Batu Struvite ( Batu campuran ) : Tripel posfat , magnesium posfat, amonium  fosfat, kalsium karbonat  = > Ph urin yang tinggi, Infeksi sistem  urinarius.
5.      Batu Asam Urat : PH Urin yang rendah, kurang gerak, penderita ileustomi/kolostomi.
6.      Batu  Sistin : Kelainan herediter yang resesif autosomal dari pengangkutan asam amino dimembran batas sikat tubulus proksimal meliputi sistim, arginin, ornitin, sitrulin dan lisin.
7.      Batu Xantin : Resesif autosomal dengan defesiensi santin oksidase terjadi peningkatan xantin plasma .
(Tiley et al, 200)
Gejala Klinis .
a.     Pollakiuria,  tetapi jumlah urin yang dikeluarkan hanya sedikit
b.   Hematuria
c.    Sering menjilat organ genitalnya,
d.   Dysuria, kesakitan dan kesulitan untuk urinasi
e.    Sering mengejan
f.    Urinasi di sembarang tempat
g.   Muntah (Tiley, 2000).

Diagnosa . Didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis. Kucing yang mengalami obstruksi saluran urinaria memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN), dan kreatinin) dalam darah. Pengambilan sampel untuk pemeriksaan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya penekanan vesica urinaria, kateterisasi , alami dan Cystocentesis.
Pemeriksaan untuk memperkuat diagnosis antara lain :
a.    Pemeriksaan urin . Meliputi  pemeriksaan :
1)      Fisik             : Bau, Warna, Kejernihan
2)      Kimia           : BJ, Protein, pH, Glukosa, Keton
3)      Mikroskopik: Sedimen,  Kristal
Pada kucing urin normal memiliki pH   : 5 – 7 untuk produksi urin      : 24-40 ml / kg / hari (Ketone, Protein, Darah, Hemoglobin, Glucose, Bilirubin, Urobilinogen) negative.
b.   Foto sinar X dari ginjal, ureter, dan kandung kemih untuk menunjukkan adanya kristal pada ginjal.
c.    Ultrasound ginjal, merupakan tes non-invasif yang mempergunakan gelombang frekuensi tinggi akan mendeteksi obstruksi dan perubahannya.
d.   Pemberian kontras (intravenous pielogram) dan scan memberi konfirmasi diagnosis dalam menentukan ukuran serta lokasi sumbatan.
e.    Analisis kristal untuk mengetahui kandungan mineralnya.
f.    Analisis kultur urine untuk menunjukkan jenis bakteri penyebab infeksi, dan lain-lain
( Thompson,2007 ; Tiley,2000 ).

Penanganan .
a.    Non bedah
      Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal dari VU. Penyuntikan cairan fisiologis intravena atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik diperlukan untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan parasimpatomimretik yang menstimulasi otot VU berkontraksi dan relaksasi uretra diperlukan (Tiley, 2000).
b.   Bedah
1)   Cystotomy (Pembukaan kandung kencing)
Operasi Cystotomy dilakukan dengan membuka abdomen dibagian ventral kemudian membuka vesica urinaria (kandung kencing). Batu/kristal diambil dari kandung kencing kemudian kandung kencingnya dijahit. Setelah operasi, kateter perlu dipasang selama 4-5 hari untuk mencegah kemungkinan penyumbatan oleh bekuan darah. Pemberian antibiotik secara parenteral atau peroral perlu diberikan selama ±6 hari. Untuk mencegah agar kateter tidak dicabut oleh anjing, maka perlu dilakukan pemasangan Elizabeth collar. Tindakan penanganan yang saya lakukan ini mempunyai successful rate kurang lebih 90%, apabila fungsi kedua ginjal masih baik. Untuk mengeluarkan batu/kristal yang ada di urethra maka perlu membuka urethra (urethrotomy) dimana batu berada.Bila terpaksa harus melakukan cystotomy dan urethrotomy, maka urethrotomy didahulukan. Setelah kateter bisa masuk ke dalam vesika urinaria, baru dilakukan cystotomy (Tiley, 2000).

2)   Urethrotomy
       Urethrotomy dilakukan apabila batu atau kristal tidak berhasil dimasukkan ke dalam vesika urinaria menggunakan kateter. Biasanya urethrotomy saya lakukan pada anjing jantan dengan menguakkan preputium ke arah kaudal terlebih dahulu sebelum melakukan sayatan pada penis bagian ventral tepat dimana batu atau kristal berada. Keberadaan batu atau kristal tadi dapat dideteksi dengan menggunakan kateter atau sonde yang panjang. Setelah batu atau kristal diketahui posisinya, maka dilakukan sayatan pada uretra kemudian batu atau kristal tersebut dikeluarkan. Selanjutnya, kateter dimasukkan sampai ke dalam vesika urinaria, lalu sayatan dijahit (Tiley, 2000).

Pencegahan .
a.    Memberi minum kucing dalam jumlah banyak. Air yang dipakai harus selalu bersih.
b.   Diet pakan yang kering. Variasikan pakan kering dengan pakan yang basah.
c.    Membersihkan litter box sesering mungkin
d.   Menghindari hewan obesitas dan lakukan exercise. Kucing yang ramping dan bugar kurang rentan   
terhadap FUS dan penyakit lainnya.
e.    Pemeriksaan urine per 6 bulan (Eldredge, 2008).

2.    Mamajemen pakan kucing
Kandungan dan komposisi cat food
·      Bentuk makanan komersial untuk hewan ada tiga jenis yaitu:

a.       Dry (kadar air 6-10%)

b.      Soft moist / semi moist (kadar air 23-40%)

c.       Canned / moist (kadar air 68-78%)

·      Macam-macam pakan jadi komersial dan komposisinya :
1.    Whiskas Kitten
Bahan :
Bijirin penuh terpilih, daging, khasiat samping dari ayam dan ikan, bijirin serta protein sayuran, minyak sayuran, garam iodised, vitamin E, Taurina, kesemua vitamin, galian penting, bahan pengawet antioksida, tanpa perasa dan pewarna tiruan.

Analisis :
a.       Min. Crude Protein 30 %
b.      Min. Crude Fat 12 %
c.       Max. Crude Fibre 5 %
d.      Kelembaban max. 12 %
Aturan pemberian makan:
Kucing dengan berat 4 kg pemberiannya ¾ kaleng
Kucing bunting pemberiannya ¼ kaleng

2.    Science Diet untuk kitten sampai umur 1 tahun
Analisa garansi ( guaranted analysis ) :
a.  Crude Protein min. 33,0 %
b.  Crude Fat min. 16,5 %
c.  Crude Fiber max. 3,0 %
d. Moisture max. 10,0 %
e.Ash max. 7,0 %
f.Calcium min. 0,9 %
g.Phosphorus min.0,7 %
h.Iron min. 150 mg/kg
i.Zinc min. 160 mg/kg
k.Selenium min. 0,4 mg/kg
l.Vitamin E min. 500 IU/kg
m.Riboflavin (B2) min. 15 mg/kg
n.Taurine min. 0,10 %
o.Vitamin C min. 75 mg/kg

3.    Whiskas Pockets
Mengandung sumber asli minyak omega untuk daya tenaga dan bulu yang sehat. Dibuat dari ikan kembung segar.
Komposisi :
a. Protein         26 %
b. Lemak         10 %
c. Fiber            1,5 %
d. Calcium      1,1 : 1,3
e. Phosphor     -
f. Taurine        0,1 %
g. Omega 6     1,5 %
Daily Meal Recommended :
·      Berat badan 2 kg à 40-60 gr
·      Berat badan 3 kg à 60-80 gr
·      Berat badan 4 kg à 80-105 gr
·      Berat badan 5 kg à 105-135 gr

4.    Frieskies Kitten
Bahan :
Biji-bijian,ayam,kacang,vitamin,mineral,asamamino,perasa dan acid makanan,bahan pengawet,
lemak binatang dan anti oxidan.
Typical Analisis :
a.         Crude Protein 43 %
b.         Crude Fat 13 %
c.         Crude Fibre 3 %
d.        Garam 1,2 %

5.    Aristo Cats
Sardines and Chicken in Jelly
Analysis :
a.         Protein min.12,5 %
b.         Fibre max. 1,0 %
c.         Fat min. 3,0 %
d.        Moisture max. 82,0 %
Komposisi :
Sardines, ayam, air, gum nabati, Sodium Phosphate, Sodium Chloride Choline, Chloride, vitamin A dan D3 dan E, Suplemen, pewarna makanan, Thiamin mononitrate (B1), Niacin, Calcium Panthenate, Riboflavin supplement (B2), Pyridoxine Hidrochloride (B6), Folic acid.

6.    Whiskas-Seafood Platter (kaleng)
Komposisi:
Sardine, ikan laut terseleksi, udang remis, gum sayur, telur, minyak sayur, vitamin, pewarna makanan, protein, berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, politaktepa.
Typical analysis :
a.         Protein min. 10 %
b.         Lemak min. 1,5 %
c.         Fiber max. 1 %
d.  Moisture max. 85 %


(FDA, 2010)

DAFTAR PUSTAKA
Eldredge, D.M., Delbert, G.C., Lisa, D.C., James, M.G. 2008. Cat Owner’s Home Veterinary Handbook. New York : Wiley Publishing
Kahn, C.M. (Ed.), dan Line, Scott (Ed.). 2002. The Merck Veterinary Manual. 9th Ed. London : Merck Publishing Group.
Thompson, M.S. 2007.Small Animal Medical Differential Diagnosis.Saunders:USA.
Tiley, L. P and F.W.K. Smith. 2000. The 5-Minute Veterinary Consults, Canine and Feline. Lipincoot Williams and Wilkins. Philadhelpia
Westropp, J.L. 2006. On : Canine and Feline Urolithiasis, 82nd Western Veterinary Conference

No comments:

Post a Comment