Friday 17 October 2014

BLOK 20 UP 1



A.   Merumuskan Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1.    Bagaimana tipe dan sistem perkandangan unggas?
2.    Apa saja syarat – syarat kandang unggas yang baik?


B.   Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1.    Tipe dan Sistem Perkandangan Unggas
a.    Tipe Kandang
Secara umum prinsip tipe kandang dibedakan menjadi 2 yaitu kandang Close house dan open house. Meskipun demikian ada juga kandang dengan tipe semiclose house. Selain itu ada tipe kandang berdasarkan kriteria yang lain, misalnya berdasarkan atap, lantai, dan sebagainya. Dibahas lebih lanjut pada poin berikutnya di sistem perkandangan.
1)   Kandang Closed House
Kondisi lingkungan di dalam kandang ini dapat diatur secara otomatis sehingga memenuhi kondisi ideal yang dibutuhkan broiler untuk bisa tumbuh secara optimal. Kadang close house juga memiliki kelemahan yaitu membutuhkan investasi dan beban operasional yang cukup tinggi untuk membangunnya. Selain itu kandang harus disertai dengan infrastruktur dan penguasaan teknologi yang baik. Adanya sedikit gangguan pada salah satu sistem akan mengakibatkan kondisi yang sangat fatal (Tamalluddin, 2012).
2)   Kandang Open House
Merupakan tipe kandang yang paling banyak digunakan di Indonesia. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membuat kandang ini relatif lebih murah serta tidak membutuhkan teknologi yang rumit. Kandang ini memiliki kelemahan yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari luar sepeti panas, kelembapan udara, dan angin, terutama di Indonesia dengan iklim tropis yang terkadang perubahan cuacanya sangat ekstrim. Di daerah dataran rendah suhu sangat tinggi dan angin cukup kencang. Sementara itu di dataran tinggi suhu sangat dingin disertai dengan kelembapan tinggi. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh untuk menjawab maslah tersebut adalah dengan merekayasa sistem perkandangan. Kondisi ini dapat dicapai dengan mengatur lebar kandang, jarak antar kandang, ketinggian kandang, ventilasi untuk mengatur sirkulasi udara, serta pemilihan jenis atap kandang yang tepat (Tamalluddin, 2012).

b.   Sistem Perkandangan
1)      Kontruksi kandang
a)   Atap
Bahan atap yang termasuk baik adalah genteng, karena tahan lama, menghantar panas dan radiasi yang kecil. Bahan genteng sangat baik menahan panas sehingga dapat mempertahankan suhu kandang relatif konstan, aliran udara bisa melalui celah, lagi pula kecil kemungkinan dijadikan sarang tikus atau binatang lain. Bahan sirap juga sangat baik, hanya harganya cukup mahal. Atap dari daun nipah, rumbia, alang-alang sangat baik untuk memelihara suhu dalam kandang, harganya murah, namun tidak dapat tahan lama. Terdapat beberapa tipe konstruksi atap, yaitu Atap bentuk jongkok, atap bentuk A, atap gabungan bentuk A dan jongkok, atap bentuk monitor, atap bentuk semimonitor (Widagdo, 2011).
Bentuk atap memengaruhi sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang, dan sebaliknya. Oleh karena itu, atap harus disesuaikan dengan penggunaan kandang dan fase pemeliharaan broiler. Contohnya kandang yang beratap tipe A, ruangan dalam kandang lebih panas dibandingkan dengan ruangan kandang beratap tipe monitor karena mempunyai kecepatan sirkulasi udara yang lebih tinggi. Kadang beratap tipe A cocok untuk pemeliharaan day old chicken (fase starter) yang butuh keadaan lebih hangat (Widagdo, 2011).
b)   Dinding
Pada kandang ayam, baik broiler maupun petelur, dinding yang terbuka, terbuat dari anyaman kawat, biasa dilengkapi dengan tirai dari plastik atau goni untuk menghalangi angin langsung dan mempertahankan suhu udara pada malam hari. Tirai ini sewaktu-waktu bisa diatur naik turun sehingga besarnya celah lubang angin di bagian atas bisa diatur. Terdapat beberapa tipe konstruksi dinding, yaitu:
§  Tipe dinding terbuka satu sisi
§  Tipe dinding terbuka semua sisi (opened house)
§  Tipe terbuka setengah dinding ke atas
§  Tipe tertutup semua sisi (closed house) (Widagdo, 2011).
Ada 2 macam kandang berdasarkan lantainya, yaitu kandang panggung dan kandang litter/postal. Kandang panggung memiliki jarak minimal 100-170m dari tanah. Kandang panggung masih dibagi lagi menjadi 2 yaitu kandang panggung tanpa alas kandang, sehingga kotoran langsung jatuh ke tanah. dan kandang panggung dengan menggunakan litter. Tipe kedua adalah kandang litter, biasanya lebih banyak dipakai peternak karena lebih mudah dibuat dan lebih murah (Krisnawan, 2012).
(1)   Kandang tipe lantai rapat
Termasuk ke dalam tipe ini adalah sistem litter atau deep litter system, yaitu kandang yang menggunakan alas penutup lantai untuk menyerap kotoran agar lantai tidak lembab dan basah serta proses dekomposisi kotoran broiler berlangsung sempurna. Untuk litter, dapat menggunakan bahan organik yang bersifat menyerap air. Contohnya, serbuk gergaji, sekam padi, potongan jerami kering, potongan rumput kering, atau tongkol jagung yang dihaluskan (Carmen dan George, 1988). Bahan tersebut dapat dicampur dengan bahan lain, seperti kapur dan super fosfat. Ketebalan litter pada pemeliharaan anak ayam (day old chicken) awalnya hanya sekitar 5 cm sampai 8 cm. secara bertahap, liiter ditambah sampai mencapai maksimal 10 cm sampai 13 cm. Untuk broiler dewasa, ketebalan awal 10 cm sampai 13 cm, dan secara bertahap ditambah sampai ketebalan maksimal 23 cm (Tamalluddin, 2012).
(2)   Kandang tipe lantai renggang
§  Cage/battery system, kandang berupa kotak sangkar yang terbuat dari kawat atau anyaman bambu.
§  Wire floor system, lantai kandang terbuat dari anyaman kawat, biasanya menggunakan kawat ram.
§  Slat floor system, lantai kandang menggunakan bahan berupa bilah-bilah yang disusun memanjang sehingga lantai kandang bercelah-celah. Bahan yang digunakan berupa bilah kayu, logam, bambu, atau plastic. Lebar celah 2,5 cm dan lebar bilah 2,5 cm dengan ketebalan 2,5 cm. panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan (Tamalluddin, 2012).

d)   Arah kandang
Sangat disarankan bila sisi konstruksi kandang selalu dibuat membujur ke arah utara dan selatan, dimana bagian atapnya menghadap timur dan barat supaya bisa terkena sinar matahari terutama saat pagi hari. Tujuannya adalah agar kandang tidak lembab dan tidak pengap akibat sifat dan cara minum ayam. Selain itu agar pertukaran udara cukup terjaga sehingga bisa mengurangi bau kotoran dan bau pakan yang cukup tajam. Sinar matahari terutama saat pagi hari juga sangat berguna bagi ayam karena membantu proses pembentukan vitamin D, desinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air (Tamalluddin, 2012).
e)    Jarak antar kandang
Letak antar kandang perlu diatur secara higienis, sehingga kemungkinan terjangkitnya penyakit dapat dihindari atau setidak-tidaknya dicegah. Jarak antara kandang anak ayam dengan kandang induk minimal 6-7 meter atau bias selebar bangunan kandang. Jarak antara kandang anak ayam dengan ayam dara 10 meter.
f)    Ventilasi
Tujuan utama ventilasi pada peternakan adalah menjaga ketersediaan udara bersih yang dibutuhkan ternak. Sistem ventilasi yang tepat dapat meningkatkan taraf kesehatan, kenyamanan termal bagi ternak dan efisiensi penggunaan ransum. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan taraf kesehatan dan kenyamanan termal bagi ternak meliputi penyediaan oksigen (O2) sebagai bahan respirasi, pencegahan konsentrasi gas karbondioksida (CO2) berlebih, gas-gas berbahaya seperti amoniak (NH3) dan bau busuk yang dihasilkan oleh broiler. Kebutuhan terhadap kenyamanan termal bagi ternak meliputi pengeluaran kalor dari dalam kandang, membantu proses evaporasi konstruksi kandang dan respirasi ternak, serta upaya pendinginan konstruksi kandang. Kebutuhan ventilasi untuk meningkatkan taraf kesehatan ternak dipengaruhi oleh volume tubuh, jumlah dan jenis ternak. Sirkulasi udara melalui ventilasi alami disebabkan oleh perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar kandang. Perbedaan tekanan udara terjadi karena adanya pergerakan udara (wind effect) dan perbedaan suhu (thermal effect) (Tamalluddin, 2012).
g)   Kepadatan kandang
Kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur ayam pedaging yaitu :
(1)   Umur 1hari – 7hari = 40-50 ekor DOC/m2
(2)   Umur >7hari – 14hari = 20-25 ekor ayam/ m2
(3)   Umur 14 hari – panen (28-37 hari) = 8-12 ekor ayam/ m2
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan kandang yaitu temperatur lingkungan, tipe kandang, ukuran ayam, dan umur ayam (Krisnawan, 2012).
h)   Sumber air minum
(1)   Tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau
(2)   pH: 6.5 – 7.2 (6.8 – 7.0)
(3)   kadar logam berat nol/sangat rendah
(4)   jumlah bakteri/coliform nol/ sanggat rendah (Krisnawan, 2012).
 
2)      Peralatan budidaya
a)    Alat pemanas (brooder)
Brooder berfungsi sebagai induk buatan. Alat pemanas ini berguna untuk memberi kehangatan anak ayam sehingga brooder hanya digunakan pada pemeliharaan awal (starter), yaitu pada anak ayam umur 1 hari (DOC) sampai dengan anak ayam umur 14 hari. Brooder dapat berupa lampu pijar, lampu minyak, kompor, atau gasolek. Lampu pijar dan lampu minyak sesuai digunakan pada pemeliharaan anak ayam yang dilakukan di kandang boks yang berukuran kecil. Sedangkan kompok atau gasolek cocok digunakan pada pemeliharaan anak ayam di kandang postal yang berkapasitas lebih dari 100 ekor anak ayam (Murtidjo, 1997).
b)   Tempat makan
Tempat pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai panen terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai satu atau dua minggu dengan kapasitas 100 DOC / buah. Setelah ayam berumur dua minggu maka tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan tempat pakan ayam ayam dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder (tempat pakan bundar) dengan kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan kapasitas 3-5 kg dengan diameter 40 cm digunakan untuk 20 ekor ayam pedaging. Sedangkan tempat pakan kapasitas 7 kg digunakan untuk 15 ekor ayam pedaging. Kapasitas tempat pakan berhubungan dengan eating space seekor ayam. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu bundar dan panjang. Standar kebutuhan eating space untuk Negara-negara tropis seperti Indonesia adalah untuk tempat pakan manual memanjang eating space standar 5 cm / ekor. Tempat pakan manual bundar eating space standar 2 cm / ekor (Murtidjo, 1997). 
c)    Tempat minum
 Tempat air minum yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu adalah chick found dengan kapasitas 75 DOC/ buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih dari 2 minggu menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual atau secara otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas bervariasi: 600 ml, 1 liter, 1 gallon dan 2 gallon, kapasitas 2 gallon untuk 100 ekor ayam pedaging, sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm untuk kapasitas 50-75 ekor/ buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan dengan dringking space. Ada dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk bundar dan panjang, dengan standar dringking space yang sama yaitu tempat minum manual memanjang standar 1 cm /ekor, sedangkan tempat minum manual bundar standar 1 cm / ekor (Murtidjo, 1997).
d)   Alat pemanas/ Heater
Sumber energi panas dapat diperoleh dari listrik, gas, minyak tanah, batu bara, serbuk / gerjaji kayu yang halus atau menggunakan kayu bakar. Pilihlah sumber energi yang mudah didapat, dan murah biaya energinya, agar tidak terjadi biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu kandang. (Krisnawan, 2012).
e)    Tirai kandang
Tirai ini diatur sesuai kebutuhan yaitu umur anak ayam, dan bahan yang digunakan secara umum plastik. Tirai ini berfungsi untuk menahan udara, atau angin kencang masuk kedalam kandang disamping itu untuk insulator agar suhu kandang dapat terjaga kestabilannya (Krisnawan, 2012).
f)    Litter/ alas
Bahan alas yang penting dapat menyerap air dan memberi panas dan nyaman pada ayam pedaging seperti; sekam serbuk /gergajian kayu, dll (Krisnawan, 2012).
g)   Chick guard/ pagar pembatas
Chick guard digunakan untuk membatasi ruang gerak anak ayam, dan agar lebih mudah dalam mengatur kondisi lingkungan kandang yang nyaman seperti suhu dan kelembaban kandang. Bahan yang dapat digunakan yaitu seng dan plastic tirai, dll. Tinggi pembatas 40-50 cm, prinsipnya tidak mengganggu aktivitas dalam tatalaksana harian kandang (Krisnawan, 2012).
h)   Kipas
Kipas angin yang digunakan dipasang untuk dua fungsi yang berbeda, yakni ventilasi bantuan negatif dan positif. Ventilasi bantuan negatif digunakan untuk menyedot udara kotor dari dalam kandang, sedangkan kipas bantuan positif dipasang untuk menghembuskan angin segar ke dalam kandang. Diletakkan 70-90 dari dasar lantai (Krisnawan, 2012).
i)     Peralatan lain
Beberapa peralatan lain yang semestinya tersedia di dalam kandang dan bisa dipergunakan bilamana diperlukan adalah sekop, cangkul, selang air, termometer, gunting operasi, sikat, alat suntik, pisau potong operasi kecil, sepatu kandang (boat), ember untuk membawa makanan dan air minum, sendok takaran (ransum dan antibiotik) (Krisnawan, 2012).

2.    Syarat – Syarat Kandang Unggas yang Baik
a.    Aspek Teknis
Lokasi / lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan produktifitas ayam ras harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
1)   Ketinggian tempat (geografi tanah)
Daerah yang cocok untuk menernakkan ayam ras adalah di daerah dataran medium hingga dataran tinggi yang berketinggian 600-1700 mdpl. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan keadaan suhu dan udara di suatu wilayah. Keadaan suhu udara ini sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produktifitas ayam dalam menghasilkan daging dan telur. Suhu udara yang sesuai untuk produksi yang maksimal bagi ayam ras adalah berkisar antara 16oC – 22,5oC. Suhu udara yang tidak sesuai dengan kehidupan ayam ras menyebabkan produktifitas ayam menurun sehingga produksi daging dan telur sangat rendah. Suhu udara yang tinggi menyebabkan suhu badan ayam meningkat, padahal ayam tidak memiliki kelenjar keringat untuk menurunkan suhu tubuhnya ke kondisi normal. Akibatnya di dalam tubuh ayam terjadi penimbunan panas. Panas yang tertimbun di dalam tubuh tersebut hanya dapat dikurangi dengan penguapan melalui pernafasan. Oleh karena itu, pembudidayaan ayam ras di dataran rendah yang berhawa panas seringkali kali kita lihat ayam bernafas terengah – engah membuka mulutnya untuk menetralkan suhu tubuhnya. Penguapan panas tubuh melalui pernafasaan tersebut memerlukan energi yang cukup tinggi sehingga terjadi pemborosan penggunaan energi. Energi yang seharusnya dipergunakan untuk pertumbuhan (produksi daging) dan produksi telur menjadi banyak yang hilang terpakai untuk menormalkan suhu tubuhnya. Akibatnya ayam tumbuh lamban, produksi daging dan telur rendah. Suhu udara yang tinggi juga dapat menyebabkan nafsu makan menurun, sementara nafsu minum meningkat. Kondisi ini menyebabkan daya alih pakan untuk pertumbuhan dan produktifitas ayam menurun sehingga umur panen menjadi lebih panjang.
Jika usaha peternakan ayam ras terpaksa dilakukan di daerah dataran rendah yang berhawa panas, pembudidayaannya harus memperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a)      Kontruksi dinding kandang tidak rapat, yaitu dinding kandang berupa kawat ram ukuran 2cm atau berupa jeruji bambu dengan jarak antar jeruji 3cm dengan kontruksi dinding kandang yang demikian akan menciptakan sirkulasi udara yang baik. Sehingga suhu udara di dalam kandang tidak ekstrim dan masih dalam batas tidak merugikan.
b)      Kandang harus dilengkapi kipas angin hanya digunakan pada saat – saat tertentu saja. Yaitu pada waktu terjadi peningkatan suhu lingkungan yang drastis. Penggunaan kipas angin dapat membantu menurunkan suhu udara yang tinggi.
c)      Pakan yang diberikan pada broiler harus mengandung kadar protein yang lebih tinggi (24%) dan energi metabolisme yang lebih rendah (2.800 kkal/kg). Sedangkan pada layer kadar protein 16-17% dan energi metabolisme 2.700-2.900 kkal/kg.
d)     Pada malam hari ayam harus diberi pakan dan kandang diberi lampu penerangan agar ayam dapat makan. Dengan demikian kekurangan makanan pada siang hari akibat nafsu makan menurun dapat dicukupi di malam hari.
2)   Lokasi terbuka dan cukup luas
Lokasi peternakan dipilih yang terbuka dan cukup luas serta tidak terlindungi pepohonan – pepohonan besar yang menghalangi sinar matahari masuk ke kandang. Tujuannya untuk menjamin sirkulasi udara di dalam kandang berjalan lancar sehingga udara tetap kering dan tidak lembab.
3)   Lokasi tenang
Lokasi yang berdekatan dengan keramaian dapat menyebabkan ayam stress dan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam dan produksi telur menjadi lamban dan rendah.
4)   Lokasi memiliki sumber daya air
Lokasi harus memiliki / berdekatan dengan sumber air yang cukup. Lokasi yang demikian akan dapat mencukupi kebutuhan air minum dan untuk keperluan lainnya.
5)   Lokasi lebih tinggi dari sekitarnya
Tujuannya agar kandang memperoleh udara bebas yang melintasi kandang. Sehingga sirkulasi udara di dalam kandang berjalan baik dan udara tetap kering dan tidak lembab. Keadaan ini akan menjamin kehidupan ayam tetap nyaman. Di samping itu, lokasi yang lebih tinggi dapat menghindarkan terjadi genangan air di sekitar kandang sewaktu musim penghujan (Samadi, 2012).

b.   Aspek Sosial dan Ekonomi
Faktor sosial dan ekonomi yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain lokasi perkandangan jauh dari pemukiman. Bau limbah yangberupa kotoran ayam sangat menyengat dan debu kandang yang bertebaran dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya. Jika hal tersebut tidak diperhatikan maka dapat menyebabkan konflik dengan penduduk setempat yang pada akhirnya akan mempengaruhi berjalannya kegiatan usaha peternakan ; pembangunan peternakan dapat memberi pekerjaan dan peningkatan pendapatan bagi penduduk di sekitarnya ; lokasi usaha peternakan tidak jauh dari pusat pemasaran agar biaya pemasaran rendah ; lokasi peternakan dekat dengan sumber daya hayati (persawahan), pusat pakan dan penggilingan padi. Dengan demikian akan memudahkan mendapatkan sarana produksi, seperti sekam padi, jerami padi, dedak, bekatul, jagung, dan lain – lain yang berguna untuk alas kandang (litter) dan pakan ternak ; dan lokasi peternakan dekat dengan sarana transportasi (jalan raya) (Samadi, 2012).

c.    Aspek Hukum
Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah perizinan pendirian badan usaha dan penggunaan tanahdi wilayah setempat. Izin pendirian badan usaha diperluakan untuk memperkuat status kepemilikan usaha. Penggunaan tanah untuk usaha peternakan harus sesuai dengan rencana tata ruang di wilayah setempat. Terkait dengan masalah prosedur pemilihan lokasi usaha dan perizinan pendirian badan usaha, calon peternak dapat berkonsultasi dengan pemerintah daerah setempat (Samadi, 2012).
C.    Sumber Informasi (Daftar Pustaka)
Krisnawan, A. 2012. Kreatif Memelihara Ikan Bersama Ayam. Yogyakarta : Pustaka Baru
Murtidjo, B.A. 1997. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta : Kanisius
Samadi, B. 2012. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur dan Pedaging. Jakarta : Pustaka Mina
Tamalluddin, F. 2012. Ayam Broiler 22 Panen Lebih Untung. Depok : Penebar Swadaya
Widagdo, W., Anita S. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen. Yogyakarta : Pinang Merah


No comments:

Post a Comment