A.
Merumuskan
Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1.
Bagaimana tipe dan sistem perkandangan
unggas?
2.
Apa saja syarat – syarat kandang unggas
yang baik?
B.
Belajar
Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1.
Tipe
dan Sistem Perkandangan Unggas
a.
Tipe
Kandang
Secara umum prinsip tipe kandang
dibedakan menjadi 2 yaitu kandang Close house dan open house. Meskipun demikian
ada juga kandang dengan tipe semiclose house. Selain itu ada tipe kandang
berdasarkan kriteria yang lain, misalnya berdasarkan atap, lantai, dan
sebagainya. Dibahas lebih lanjut pada poin berikutnya di sistem perkandangan.
1) Kandang
Closed House
Kondisi lingkungan di dalam kandang ini
dapat diatur secara otomatis sehingga memenuhi kondisi ideal yang dibutuhkan
broiler untuk bisa tumbuh secara optimal. Kadang close house juga memiliki
kelemahan yaitu membutuhkan investasi dan beban operasional yang cukup tinggi
untuk membangunnya. Selain itu kandang harus disertai dengan infrastruktur dan
penguasaan teknologi yang baik. Adanya sedikit gangguan pada salah satu sistem
akan mengakibatkan kondisi yang sangat fatal (Tamalluddin,
2012).
2) Kandang
Open House
Merupakan tipe kandang yang paling
banyak digunakan di Indonesia. Biaya investasi yang dibutuhkan untuk membuat
kandang ini relatif lebih murah serta tidak membutuhkan teknologi yang rumit. Kandang
ini memiliki kelemahan yaitu sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dari
luar sepeti panas, kelembapan udara, dan angin, terutama di Indonesia dengan
iklim tropis yang terkadang perubahan cuacanya sangat ekstrim. Di daerah
dataran rendah suhu sangat tinggi dan angin cukup kencang. Sementara itu di
dataran tinggi suhu sangat dingin disertai dengan kelembapan tinggi. Salah satu
alternatif yang dapat ditempuh untuk menjawab maslah tersebut adalah dengan
merekayasa sistem perkandangan. Kondisi ini dapat dicapai dengan mengatur lebar
kandang, jarak antar kandang, ketinggian kandang, ventilasi untuk mengatur
sirkulasi udara, serta pemilihan jenis atap kandang yang tepat (Tamalluddin,
2012).
b.
Sistem
Perkandangan
1)
Kontruksi
kandang
a)
Atap
Bahan atap yang
termasuk baik adalah genteng, karena tahan lama, menghantar panas dan radiasi
yang kecil. Bahan genteng sangat baik menahan panas sehingga dapat
mempertahankan suhu kandang relatif konstan, aliran udara bisa melalui celah,
lagi pula kecil kemungkinan dijadikan sarang tikus atau binatang lain. Bahan
sirap juga sangat baik, hanya harganya cukup mahal. Atap dari daun nipah,
rumbia, alang-alang sangat baik untuk memelihara suhu dalam kandang, harganya
murah, namun tidak dapat tahan lama. Terdapat beberapa tipe konstruksi atap,
yaitu Atap bentuk jongkok, atap bentuk A, atap gabungan bentuk A dan jongkok, atap
bentuk monitor, atap bentuk semimonitor (Widagdo, 2011).
Bentuk atap memengaruhi
sirkulasi udara dari luar kandang ke dalam kandang, dan sebaliknya. Oleh karena
itu, atap harus disesuaikan dengan penggunaan kandang dan fase pemeliharaan
broiler. Contohnya kandang yang beratap tipe A, ruangan dalam kandang lebih
panas dibandingkan dengan ruangan kandang beratap tipe monitor karena mempunyai
kecepatan sirkulasi udara yang lebih tinggi. Kadang beratap tipe A cocok untuk
pemeliharaan day old chicken (fase starter) yang butuh
keadaan lebih hangat (Widagdo, 2011).
b) Dinding
Pada kandang ayam, baik broiler maupun petelur, dinding yang terbuka,
terbuat dari anyaman kawat, biasa dilengkapi dengan tirai dari plastik atau
goni untuk menghalangi angin langsung dan mempertahankan suhu udara pada malam
hari. Tirai ini sewaktu-waktu bisa diatur naik turun sehingga besarnya celah
lubang angin di bagian atas bisa diatur.
Terdapat beberapa tipe konstruksi dinding, yaitu:
§ Tipe dinding terbuka
satu sisi
§ Tipe dinding terbuka
semua sisi (opened house)
§ Tipe terbuka setengah
dinding ke atas
§ Tipe tertutup semua
sisi (closed house) (Widagdo, 2011).
Ada 2 macam kandang berdasarkan lantainya, yaitu kandang panggung dan
kandang litter/postal. Kandang panggung memiliki jarak minimal 100-170m dari
tanah. Kandang panggung masih dibagi lagi menjadi 2 yaitu kandang panggung tanpa
alas kandang, sehingga kotoran langsung jatuh ke tanah. dan kandang panggung
dengan menggunakan litter. Tipe kedua adalah kandang litter, biasanya lebih
banyak dipakai peternak karena lebih mudah dibuat dan lebih murah (Krisnawan,
2012).
(1)
Kandang
tipe lantai rapat
Termasuk ke dalam tipe ini adalah sistem litter atau deep litter system, yaitu kandang yang menggunakan alas penutup
lantai untuk menyerap kotoran agar lantai tidak lembab dan basah serta proses
dekomposisi kotoran broiler berlangsung sempurna. Untuk litter, dapat menggunakan bahan organik yang bersifat menyerap air.
Contohnya, serbuk gergaji, sekam padi, potongan jerami kering, potongan rumput
kering, atau tongkol jagung yang dihaluskan (Carmen dan George, 1988). Bahan
tersebut dapat dicampur dengan bahan lain, seperti kapur dan super fosfat.
Ketebalan litter pada pemeliharaan
anak ayam (day old chicken) awalnya
hanya sekitar 5 cm sampai 8 cm. secara bertahap, liiter ditambah sampai mencapai maksimal 10 cm sampai 13 cm. Untuk
broiler dewasa, ketebalan awal 10 cm sampai 13 cm, dan secara bertahap ditambah
sampai ketebalan maksimal 23 cm (Tamalluddin, 2012).
(2)
Kandang
tipe lantai renggang
§ Cage/battery
system, kandang berupa kotak
sangkar yang terbuat dari kawat atau anyaman bambu.
§ Wire
floor system, lantai
kandang terbuat dari anyaman kawat, biasanya menggunakan kawat ram.
§ Slat
floor system, lantai
kandang menggunakan bahan berupa bilah-bilah yang disusun memanjang sehingga
lantai kandang bercelah-celah. Bahan yang digunakan berupa bilah kayu, logam,
bambu, atau plastic. Lebar celah 2,5 cm dan lebar bilah 2,5 cm dengan ketebalan
2,5 cm. panjangnya disesuaikan dengan kebutuhan (Tamalluddin, 2012).
d) Arah
kandang
Sangat disarankan bila sisi konstruksi kandang selalu dibuat membujur
ke arah utara dan selatan, dimana bagian atapnya menghadap timur dan barat
supaya bisa terkena sinar matahari terutama saat pagi hari. Tujuannya adalah
agar kandang tidak lembab dan tidak pengap akibat sifat dan cara minum ayam.
Selain itu agar pertukaran udara cukup terjaga sehingga bisa mengurangi bau
kotoran dan bau pakan yang cukup tajam. Sinar matahari terutama saat pagi hari
juga sangat berguna bagi ayam karena membantu proses pembentukan vitamin D,
desinfektan, dan mempercepat pengeringan kandang sehabis dibersihkan dengan air
(Tamalluddin, 2012).
e) Jarak
antar kandang
Letak
antar kandang perlu diatur secara higienis, sehingga kemungkinan terjangkitnya
penyakit dapat dihindari atau setidak-tidaknya dicegah. Jarak antara kandang
anak ayam dengan kandang induk minimal 6-7 meter atau bias selebar bangunan
kandang. Jarak antara kandang anak ayam dengan ayam dara 10 meter.
f) Ventilasi
Tujuan utama ventilasi pada peternakan adalah menjaga
ketersediaan udara bersih yang dibutuhkan ternak. Sistem ventilasi yang tepat
dapat meningkatkan taraf kesehatan, kenyamanan termal bagi ternak dan efisiensi
penggunaan ransum. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan taraf kesehatan dan
kenyamanan termal bagi ternak meliputi penyediaan oksigen (O2)
sebagai bahan respirasi, pencegahan konsentrasi gas karbondioksida (CO2)
berlebih, gas-gas berbahaya seperti amoniak (NH3) dan bau busuk yang
dihasilkan oleh broiler. Kebutuhan terhadap kenyamanan termal bagi ternak
meliputi pengeluaran kalor dari dalam kandang, membantu proses evaporasi
konstruksi kandang dan respirasi ternak, serta upaya pendinginan konstruksi
kandang. Kebutuhan ventilasi untuk meningkatkan taraf kesehatan ternak
dipengaruhi oleh volume tubuh, jumlah dan jenis ternak. Sirkulasi udara melalui
ventilasi alami disebabkan oleh perbedaan tekanan udara di dalam dan di luar
kandang. Perbedaan tekanan udara terjadi karena adanya pergerakan udara (wind effect) dan perbedaan suhu (thermal effect) (Tamalluddin, 2012).
g) Kepadatan
kandang
Kapasitas kandang ayam pedaging sesuai dengan tingkat umur ayam
pedaging yaitu :
(1)
Umur 1hari
– 7hari = 40-50 ekor DOC/m2
(2)
Umur
>7hari – 14hari = 20-25 ekor ayam/ m2
(3)
Umur 14
hari – panen (28-37 hari) = 8-12 ekor ayam/ m2
Faktor yang mempengaruhi tingkat kepadatan kandang yaitu temperatur
lingkungan, tipe kandang, ukuran ayam, dan umur ayam (Krisnawan, 2012).
h) Sumber
air minum
(1)
Tidak berasa, tidak berwarna, tidak berbau
(2)
pH: 6.5 – 7.2 (6.8 – 7.0)
(3)
kadar logam berat nol/sangat rendah
(4)
jumlah bakteri/coliform nol/ sanggat rendah (Krisnawan, 2012).
2)
Peralatan
budidaya
a) Alat
pemanas (brooder)
Brooder berfungsi sebagai induk buatan.
Alat pemanas ini berguna untuk memberi kehangatan anak ayam sehingga brooder
hanya digunakan pada pemeliharaan awal (starter), yaitu pada anak ayam umur 1
hari (DOC) sampai dengan anak ayam umur 14 hari. Brooder dapat berupa lampu
pijar, lampu minyak, kompor, atau gasolek. Lampu pijar dan lampu minyak sesuai
digunakan pada pemeliharaan anak ayam yang dilakukan di kandang boks yang
berukuran kecil. Sedangkan kompok atau gasolek cocok digunakan pada
pemeliharaan anak ayam di kandang postal yang berkapasitas lebih dari 100 ekor
anak ayam (Murtidjo, 1997).
b) Tempat
makan
Tempat
pakan yang digunakan selama proses pemeliharaan mulai dari 1 hari sampai panen
terdiri dari chick feeder tray digunakan umur 1 hari sampai satu atau dua
minggu dengan kapasitas 100 DOC / buah. Setelah ayam berumur dua minggu maka
tempat pakan untuk anak ayam diganti seluruhnya dengan tempat pakan ayam ayam
dewasa. Pada umumnya menggunakan round feeder (tempat pakan bundar) dengan
kapasitas yang berbeda-beda. Tempat pakan kapasitas 3-5 kg dengan diameter 40
cm digunakan untuk 20 ekor ayam pedaging. Sedangkan tempat pakan kapasitas 7 kg
digunakan untuk 15 ekor ayam pedaging. Kapasitas tempat pakan berhubungan
dengan eating space seekor ayam. Bentuk tempat pakan ada 2 tipe yaitu bundar
dan panjang. Standar kebutuhan eating space untuk Negara-negara tropis seperti
Indonesia adalah untuk tempat pakan manual memanjang eating space standar 5 cm
/ ekor. Tempat pakan manual bundar eating space standar 2 cm / ekor (Murtidjo,
1997).
c) Tempat
minum
Tempat air minum yang digunakan selama proses
pemeliharaan mulai umur 1 hari sampai satu atau 2 minggu adalah chick found
dengan kapasitas 75 DOC/ buah. Selanjutnya untuk ayam yang sudah berumur lebih
dari 2 minggu menggunakan tempat air bundar (round drinker) baik yang manual
atau secara otomatis. Untuk tempat air minum manual, dengan kapasitas
bervariasi: 600 ml, 1 liter, 1 gallon dan 2 gallon, kapasitas 2 gallon untuk
100 ekor ayam pedaging, sedangkan tempat air minum otomatis yang circumference 110 cm untuk kapasitas 50-75
ekor/ buah. Kapasitas tempat air minum berhubungan dengan dringking space. Ada
dua bentuk tempat air minum yaitu berbentuk bundar dan panjang, dengan standar
dringking space yang sama yaitu tempat minum manual memanjang standar 1 cm
/ekor, sedangkan tempat minum manual bundar standar 1 cm / ekor (Murtidjo,
1997).
d) Alat pemanas/ Heater
Sumber energi panas dapat diperoleh dari listrik,
gas, minyak tanah, batu bara, serbuk / gerjaji kayu yang halus atau menggunakan
kayu bakar. Pilihlah sumber energi yang mudah didapat, dan murah biaya
energinya, agar tidak terjadi biaya tinggi, dan gunakan sesuai kebutuhan suhu
kandang. (Krisnawan, 2012).
e) Tirai kandang
Tirai ini diatur sesuai kebutuhan yaitu umur anak
ayam, dan bahan yang digunakan secara umum plastik. Tirai ini berfungsi untuk
menahan udara, atau angin kencang masuk kedalam kandang disamping itu untuk insulator
agar suhu kandang dapat terjaga kestabilannya (Krisnawan, 2012).
f) Litter/ alas
Bahan alas yang penting dapat menyerap air dan
memberi panas dan nyaman pada ayam pedaging seperti; sekam serbuk /gergajian
kayu, dll (Krisnawan, 2012).
g) Chick guard/ pagar pembatas
Chick guard digunakan untuk membatasi ruang gerak
anak ayam, dan agar lebih mudah dalam mengatur kondisi lingkungan kandang yang
nyaman seperti suhu dan kelembaban kandang. Bahan yang dapat digunakan yaitu
seng dan plastic tirai, dll. Tinggi pembatas 40-50 cm, prinsipnya tidak
mengganggu aktivitas dalam tatalaksana harian kandang (Krisnawan, 2012).
h)
Kipas
Kipas angin yang digunakan dipasang untuk dua fungsi yang berbeda,
yakni ventilasi bantuan negatif dan positif. Ventilasi bantuan negatif
digunakan untuk menyedot udara kotor dari dalam kandang, sedangkan kipas
bantuan positif dipasang untuk menghembuskan angin segar ke dalam kandang.
Diletakkan 70-90 dari dasar lantai (Krisnawan, 2012).
i)
Peralatan
lain
Beberapa peralatan lain yang semestinya tersedia di dalam kandang dan
bisa dipergunakan bilamana diperlukan adalah sekop, cangkul, selang air,
termometer, gunting operasi, sikat, alat suntik, pisau potong operasi kecil,
sepatu kandang (boat), ember untuk membawa makanan dan air minum, sendok takaran
(ransum dan antibiotik) (Krisnawan, 2012).
2.
Syarat
– Syarat Kandang Unggas yang Baik
a.
Aspek
Teknis
Lokasi / lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhan dan produktifitas ayam ras harus memenuhi syarat – syarat sebagai
berikut:
1) Ketinggian
tempat (geografi tanah)
Daerah yang cocok untuk menernakkan ayam
ras adalah di daerah dataran medium hingga dataran tinggi yang berketinggian
600-1700 mdpl. Ketinggian tempat berhubungan erat dengan keadaan suhu dan udara
di suatu wilayah. Keadaan suhu udara ini sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan produktifitas ayam dalam menghasilkan daging dan telur. Suhu
udara yang sesuai untuk produksi yang maksimal bagi ayam ras adalah berkisar
antara 16oC – 22,5oC. Suhu udara yang tidak sesuai dengan
kehidupan ayam ras menyebabkan produktifitas ayam menurun sehingga produksi
daging dan telur sangat rendah. Suhu udara yang tinggi menyebabkan suhu badan
ayam meningkat, padahal ayam tidak memiliki kelenjar keringat untuk menurunkan
suhu tubuhnya ke kondisi normal. Akibatnya di dalam tubuh ayam terjadi
penimbunan panas. Panas yang tertimbun di dalam tubuh tersebut hanya dapat
dikurangi dengan penguapan melalui pernafasan. Oleh karena itu, pembudidayaan
ayam ras di dataran rendah yang berhawa panas seringkali kali kita lihat ayam
bernafas terengah – engah membuka mulutnya untuk menetralkan suhu tubuhnya.
Penguapan panas tubuh melalui pernafasaan tersebut memerlukan energi yang cukup
tinggi sehingga terjadi pemborosan penggunaan energi. Energi yang seharusnya
dipergunakan untuk pertumbuhan (produksi daging) dan produksi telur menjadi
banyak yang hilang terpakai untuk menormalkan suhu tubuhnya. Akibatnya ayam
tumbuh lamban, produksi daging dan telur rendah. Suhu udara yang tinggi juga
dapat menyebabkan nafsu makan menurun, sementara nafsu minum meningkat. Kondisi
ini menyebabkan daya alih pakan untuk pertumbuhan dan produktifitas ayam
menurun sehingga umur panen menjadi lebih panjang.
Jika usaha peternakan ayam ras terpaksa
dilakukan di daerah dataran rendah yang berhawa panas, pembudidayaannya harus
memperhatikan hal – hal sebagai berikut:
a) Kontruksi
dinding kandang tidak rapat, yaitu dinding kandang berupa kawat ram ukuran 2cm
atau berupa jeruji bambu dengan jarak antar jeruji 3cm dengan kontruksi dinding
kandang yang demikian akan menciptakan sirkulasi udara yang baik. Sehingga suhu
udara di dalam kandang tidak ekstrim dan masih dalam batas tidak merugikan.
b) Kandang
harus dilengkapi kipas angin hanya digunakan pada saat – saat tertentu saja.
Yaitu pada waktu terjadi peningkatan suhu lingkungan yang drastis. Penggunaan
kipas angin dapat membantu menurunkan suhu udara yang tinggi.
c) Pakan
yang diberikan pada broiler harus mengandung kadar protein yang lebih tinggi (24%)
dan energi metabolisme yang lebih rendah (2.800 kkal/kg). Sedangkan pada layer
kadar protein 16-17% dan energi metabolisme 2.700-2.900 kkal/kg.
d) Pada
malam hari ayam harus diberi pakan dan kandang diberi lampu penerangan agar
ayam dapat makan. Dengan demikian kekurangan makanan pada siang hari akibat
nafsu makan menurun dapat dicukupi di malam hari.
2) Lokasi
terbuka dan cukup luas
Lokasi peternakan dipilih yang terbuka
dan cukup luas serta tidak terlindungi pepohonan – pepohonan besar yang
menghalangi sinar matahari masuk ke kandang. Tujuannya untuk menjamin sirkulasi
udara di dalam kandang berjalan lancar sehingga udara tetap kering dan tidak
lembab.
3) Lokasi
tenang
Lokasi yang berdekatan dengan keramaian
dapat menyebabkan ayam stress dan dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan ayam
dan produksi telur menjadi lamban dan rendah.
4) Lokasi
memiliki sumber daya air
Lokasi harus memiliki / berdekatan
dengan sumber air yang cukup. Lokasi yang demikian akan dapat mencukupi
kebutuhan air minum dan untuk keperluan lainnya.
5) Lokasi
lebih tinggi dari sekitarnya
Tujuannya agar kandang memperoleh udara
bebas yang melintasi kandang. Sehingga sirkulasi udara di dalam kandang
berjalan baik dan udara tetap kering dan tidak lembab. Keadaan ini akan
menjamin kehidupan ayam tetap nyaman. Di samping itu, lokasi yang lebih tinggi
dapat menghindarkan terjadi genangan air di sekitar kandang sewaktu musim
penghujan (Samadi, 2012).
b.
Aspek
Sosial dan Ekonomi
Faktor sosial dan ekonomi yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi antara lain lokasi perkandangan jauh
dari pemukiman. Bau limbah yangberupa kotoran ayam sangat menyengat dan debu
kandang yang bertebaran dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya.
Jika hal tersebut tidak diperhatikan maka dapat menyebabkan konflik dengan
penduduk setempat yang pada akhirnya akan mempengaruhi berjalannya kegiatan
usaha peternakan ; pembangunan peternakan dapat memberi pekerjaan dan
peningkatan pendapatan bagi penduduk di sekitarnya ; lokasi usaha peternakan
tidak jauh dari pusat pemasaran agar biaya pemasaran rendah ; lokasi peternakan
dekat dengan sumber daya hayati (persawahan), pusat pakan dan penggilingan
padi. Dengan demikian akan memudahkan mendapatkan sarana produksi, seperti sekam
padi, jerami padi, dedak, bekatul, jagung, dan lain – lain yang berguna untuk
alas kandang (litter) dan pakan ternak ; dan lokasi peternakan dekat dengan sarana
transportasi (jalan raya) (Samadi, 2012).
c.
Aspek
Hukum
Hal yang perlu mendapatkan perhatian
adalah masalah perizinan pendirian badan usaha dan penggunaan tanahdi wilayah
setempat. Izin pendirian badan usaha diperluakan untuk memperkuat status
kepemilikan usaha. Penggunaan tanah untuk usaha peternakan harus sesuai dengan
rencana tata ruang di wilayah setempat. Terkait dengan masalah prosedur
pemilihan lokasi usaha dan perizinan pendirian badan usaha, calon peternak
dapat berkonsultasi dengan pemerintah daerah setempat (Samadi, 2012).
C.
Sumber Informasi
(Daftar Pustaka)
Krisnawan, A. 2012. Kreatif
Memelihara Ikan Bersama Ayam. Yogyakarta : Pustaka Baru
Murtidjo,
B.A. 1997. Pedoman Beternak Ayam Broiler.
Yogyakarta : Kanisius
Samadi, B. 2012. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur dan
Pedaging. Jakarta : Pustaka Mina
Tamalluddin, F.
2012. Ayam Broiler 22 Panen Lebih Untung.
Depok : Penebar Swadaya
Widagdo, W., Anita
S. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari
Panen. Yogyakarta : Pinang Merah
No comments:
Post a Comment