Wednesday 29 October 2014

BLOK 20 UP 3



A.   Merumuskan Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1.    Mengetahui biosecurity pada peternakan unggas.
2.    Mengetahui prosedur desinfeksi dan sanitasi kandang.
3.    Mengetahui pertimbangan pemilihan penggunaan desinfektan.


B.   Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1.    Biosecurity pada Peternakan Unggas
Bio berarti hidup, security berarti perlindungan, jadi biosecurity adalah perlindungan hidup. Definisi biosecurity secara lengkap adalah serangkaian tindakan yang didisain untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit ke dan dari sebuah peternakan. Ini merupakan proses untuk menjauhkan penyakit dari unggas dan menjauhkan unggas dari penyakit. Mencegah agen-agen penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan parasit.
Biosecurity harus mencakup tiga hal utama yaitu meminimalkan keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan dengan induk semang dan membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen penyakit seminimal mungkin (Kartasudjana, 2006).

Tingkatan Biosecurity
Biosekuriti dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen, antara lain :
a.    Biosekuriti konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh program pencegahan penyakit, meliputi pernitihan lokasi kandang, pemisahan umur unggas, kontrot kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
b.    Biosekuriti struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua, metiputi hat hat yang berhubungan dengan tata letak peternakan (farm), pernbuatan pagar yang -benar, pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian dan peralatan kandang. Sedangkan biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat ketiga, terdiri dari prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm.
c.    Biosekuriti ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal status kekebalan unggas terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas tiga hat pokok, yakni a) pengaturan traffic control, b) pengaturan dalam farm dan, c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti golongan fenol (atkohol, lisol dan lainnya); formatin; kaporit; detergen, iodine dan vaksinasi. ada 3 konsep pendukung biosekuti yang lainnya yaitu isolasi, pengaturan lalu lintas dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi) (Zainudin, 2010).

Pembagian Biosecurity pada Perunggasan
Pendekatan biosecurity secara sektoral antara lain :
a.    Sektor 1 : meliputi peternakan yang melaksanakan biosecurity sangat ketat (high level biosecurity) sesuai dengan prosedur estándar. Kelompom usaha yang verada di sektor ini di antaranya industrial integrated system seperti pembibitan (breeding farm).
b.    Sektor 2 : meliputi peternakan komersial yang menerapkan biosecurity dengan tingkatan menengah sampai tinggi (moderate to high level biosecurity). Kelompok usaha yang termasuk sektor ini di antaranya peternakan yang menempatkan ayamnya di dalam ruangan tertutup (indoors) sehingga unggas lain tidak bisa kontak dengan ayam.
c.    Sektor 3 : meliputi peternakan komersial yang melaksanakan biosecurity secara minimal (low level bisecurity) sehingga memungkinkan adanya kontak antara ayam di peternakan dan unggas lain atau orang yang masuk ke peternakan tersebut. Peternakan komersial yang ada di Indonesia umunya termasuk sektor ini.
d.   Sektor 4 : meliputi unggas (ayam) yang dipelihara secara tradisional (backyard farm) dengan biosecurity yang sangat kurang. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk dikonsumsi atau dijual di daerah setempat. Kelompok yang termasuk dalam sektor ini adalah pemeliharaan ayam buras (jumlah sedikit) di kampung-kampung (Akoso, 1992).

Tindakan Biosecurity
a.    Isolasi
         Merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit. Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu farm dan menyebar keluar dari farm. Manajemen peternakan (manager/ pemilik farm) sangat berperan penting dalam penerapan isolasi ini, contohnya dalam penetapan area bersih (wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan cemaran/ penularan penyakit) dan kotor (wilayah yang kemungkinan banyak cemaran bibit penyakitnya) (Bean, 2009).
Contoh penerapan isolasi lainnya yaitu penetapan akses karyawan atau pengunjung yang boleh masuk ke area farm, penerapan one age farming (peternakan satu umur) pada farm ayam layer atau penerapan pemeliharaan ayam broiler sistem all in all out. Lakukan pencegahan agar tikus, kucing atau burung liar tidak masuk ke dalam kandang karena merupakan pembawa bibit penyakit. Pemeriksaan perlu dilakukan pada langit-langit, dinding, panel listrik,dan tempat pakan (Bean, 2009).
Ayam mati / bangkai harus dileluarkan dari farm setidaknya 2 kali sehari pada tempat yang jauh dari lokasi farm. Apabila terjadi kasus wabah penyakit, disposal bangkai dilakukan lebih sering (4- 5 kali) . Disposal bangkai bisa dilakukan dengan cara dikubur setelah di bakar atau di buang dalam lobang pembuangan khusus (Pit Disposal) yang tertutup rapat (Bean, 2009).
b.    Pengaturan lalu lintas
Upaya pengaturan lalu lintas orang, peralatan, barang atau kendaraan tamu agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam peternakan. Pengaturan lalu lintas ini berarti kita harus bisa mengatur kapan DOC/ bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan peternakan), litter/ sekam, kotak telur masuk ke dalam farm. Begitu juga sebaliknya kita harus bisa mengatur bagaimana penanganan atau pengeluaran bangkai ayam, litter keluar dari lingkungan kandang serta kapan ayam harus dipanen atau diafkir. Pembatasan jumlah orang dan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang juga masuk dalam konsep kedua ini. Gunakan prosedur ketat untuk kontrol dan membatasi tamu yang masuk ke farm. Sediakan ruang ganti dan ruang khusus untuk menyimpan pakaian dari luar. Sediakan shower dan tempat / bak khusus celup roda kendaraan di pintu gerbang masuk peternakan dan bak celup kaki di kandang terisi larutan desinfektan. Jangan biarkan sopir angkutan barang masuk ke farm. Sediakan dan kenakan pakaian, sepatu atau alas kaki khusus yg dipakai hanya dalam lokasi, baik oleh karyawan maupun tamu yang berkepentingan. Sepatu atau alas kaki harus didesinfeksi sebelum masuk kandan (Bean, 2009).
c.    Sanitasi (pembersihan dan desinfeksi)
Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi. Sanitasi merupakan tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi/ penyemprotan kandang menggunakan desinfektan. Dengan asumsi desinfektan tersebut akan membunuh bibit penyakit di kandang atau lingkungan kandang. Sebenarnya tindakan sanitasi tidak hanya berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak kegiatan lain yang merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja/tamu masuk ke dalam kandang mencuci tangan menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan alas kaki (sandal/sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas kaki dalam desinfektan. Hal-hal sederhana itu sebenarnya juga dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit (Bean, 2009).
         Untuk mengoptimalkan hasil desinfeksi, peternak harus melakukan pembersihan (cleaning). Pembersihan ini akan menghilangkan zat/material asing yang sering menempel atau berada di kandang. Sebagai contoh debu, tanah, litter yang menempel di lantai kandang, materi-materi organik seperti feses, leleran ingus, darah dan mikro-organisme. Materi organik yang masih berada di sekitar kandang (lantai atau tembok kandang) dapat mempengaruhi kerja desinfektan golongan quats dan halogen sehingga kurang efektif bekerja. Pendukung desinfeksi yang lainnya yaitu dosis pemakaian desinfektan harus tepat, jumlah larutan harus disesuaikan dengan luasan kandang dan waktu kontak desinfektan harus sesuai karena akan mempengaruhi desinfektan dalam membunuh bibit penyakit (Bean, 2009).

Pelaksanaan Biosecurity           
Dalam meningkatkan biosecurity tidak hanya di wilayah kandang saja, jadi pelaksanaan pengamanan dari segi bio, harus juga di antisipasi dari semua penjuru dan bagian di sebuah perusahaan peternakan tersebut, demi berkembangnya perusahaan yang berjuang di bidang peternakan, jadi harus secara bersungguh-sungguh dalam memahamii dan menjalankan proses biosecurity dengan baik dan benar. Adapun tempat yang harus di perhatikan adalah :
a.    Gerbang Utama: Di lokasi ini yang bertanggung jawab adalah Watch Man (satpam)
             Gambar 2. (Kiri) Spray, (Tengah) Semprot roda, (Kanan) Celup kaki
§  Tugas satpam adalah harus mencatat, Semua Personal atau orang, dan mobil yang keluar masuk melalui pintu ini harus mengisi buku tamu, yang harus di catat adalah: waktu masuk, number mobil, berapa orang di dalam mobil tersebut, dan apa tujuan orang tersebut masuk ke dalam lokasi.
§  Termasuk pekerja, dan mobil yang datang dari luar Harus di persilahkan masuk ke tempat lokasi setelah di spray menggunakan disinfectants.
§  Tempat lokasi Foot Dip (celup kaki yang berisi air disinfectant) dan tempat lokasi penyemprotan mobil harus di bersihkan sehari sekali atau ketika air sudah kotor.
§  Siapkan seragam khusus untuk orang yang masuk kedalam lokasi sebuah peternakan, jadi sebelum mereka masuk ke dalam, harus mandi terlebih dahulu, dan mengganti pakaian mereka dengan yang sudah di persiapkan tadi, tapi dengan catatan pakaian tersebut harus bagus dan bersih, demi kenyamanan si pengguna.
§  Orang yang membawa mobil kedalam lokasi peternakan (selain lokasi kandang) jangan dipersilakan membawa mobil ke dalam lokasi kandang. Gunakan mobil dalam yang sudah di persiapkan.
b.    Di daerah office, yang bertanggung jawab adalah HC (health Control-vaccinator), Bersihkan lingkungan yang berhubungan dengan penempatan vaksin (di office) gunakan desinfektan seminggu sekali.
c.    Di Gerbang masuk yang menuju ke lokasi kandang (main entrance shower)
§  Semua Mobil yang masuk dan keluar harus melalui ruangan yang menggunakan auto spray dengan disinfectant,
§  Disinfectant harus dig anti jika lokasi vehicle dip di ketahui sudah kotor, dan perhatikan dosis yang digunakan adalah dosis yang dianjurkan oleh perusahaan yang membuat disinfectant tersebut.
d.   Di Tempat pemeliharaan DOC (untuk yang menggunakan system Multy Age), Yang bertanggung jawab disini adalah: Leader flock, Assistant Leader, vaccinator, supervisor, dan veterinarian (dokter hewan).
§  Semua barang yang banyak digunakan di kawasan DOC harus melalui disinpeksi sebelum di gunakan atau masuk ke kandang yang masih muda tersebut, apabila menggunakan barang dari luar (lokasi selain di kawasan tersebut atau barang baru) seharusnya di cuci terlebih dahulu dan disinfeksi, selanjutnya fumigasi.
§  Pastikan orang yang mau masuk ke dalam kandang yang ayamnya masih berumur di bawah 18 minggu harus mandi terlebih dahulu (tanpa terkecuali), dan menggunakan pakaian, sepatu but, yang sudah di sediakan khusus untuk orang yang mau masuk kedalam kandang,
§  Sepatu dan pakaian yang di pakai di dalam kandang, pastikan jangan di pakai untuk kerja di luar kandang, sepatu dan pakaian harus tetap terpisah, jangan bercampur-aduk (baju dalam dan baju luar) untuk menghindari kontaminasi penyakit dari luar ke dalam.
§  Orang yang masuk kedalam harus memasuki ruangan auto spray (dimana ruangan ini secara otomatis menyemburkan disinfectant) ketika orang masuk kedalamnya.
§  Foot dip (atau tempat cuci kaki yang berada di dalam kandang) harus tetap bersih, dan gunakan dosis yang sudah di tetapkan, ganti dengan secepatnya jika foot dip tersebut sudah kelihatan kotor, karena apabila kotor, larutan disinfectant tidak akan bekerja secara maksimal.
§  Seragam yang di gunakan untuk brooding di dalam kandang grower tersebut harus di rendam terlebih dahulu dengan menggunakan disinfectant sebelum di cuci.
§  Jangan menyimpan barang yang tidak di perlukan di dalam kandang tersebut, simpan barang yang di perlukan saja, karena barang yang tidak di perlukan apabila terus disimpan di dalam maka benda tersebut akan kotor dan kemungkinan akan menjadi tempat penyakit (Almond, 2009 ; Holbeck, 2007).


2.    Prosedur Desinfeksi dan Sanitasi Kandang
Sebelum melakukan desinfeksi dan sanitasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a.       Periksa apakah aliran listrik sudah dimatikan.
b.      Periksa apakah semua peralatan untuk membersihkan dan alat semprot siap untuk dipakai
c.       Pastikan tersedia detergen dan desinfektan dalam jumlah yang dibutuhkan
d.      Pastikan PPE yang benar tersedia.
e.       Pastikan tidak terdapat orang yang tidak berkepentingan unggas, atau hewan lain di area peternakan selama pembersihan dan desinfeksi (Almond, 2009).
Langkah-Langkah :
a.       Pindahkan semua unggas dari kandang dan musnahkan unggas yang lepas. Pindahkan ke area disposal.
b.      Semprotkan insektisida (kumbang-kumbang merupakan carrier berbagai penyakit unggas dan harus dikembalikan).
c.       Bersihkan sisa-sisa pakan dari peti penyimpan, corong tuang, dan bak pakan (pakan yang bergumpal dapat ditumbuhi banyak spora jamur).
d.      Keluarkan semua peralatan yang dapat dipindah-pindahkan. Seperti tempat minum, tempat pakan, corong tuang, tempat pengeraman. Cuci dengan detergen. Jemur peralatan tersebut paling sedikit selama 24 jam. Setelah kering gunakan desinfektan.
e.       Pembersihan kering (Dry Cleaning) : Bersihkan jaring laba-laba dan debu dari kasau dan ambang, kerei yang tidak digulung, dan baling – baling kipas angin. Gunakan sikat atau udara bertekanan tinggi untuk menjatuhkan kotoran tersebut ke alas kandang (litter). Bersihkan material yang menempel pada peralatan. catatan : ubah langkah ini jika kandang unggas tertular HPAI atau virus ini.
f.       Pembersihan Basah (Wet cleaning)
Semprot dengan menggunakan selang dan gunakan deterjen untuk membersihkan materi organik. Gunakan selang bertekanan tinggi, mulai dari atap kemudian dinding, tutup tirai dan ventilasi untuk dibersihkan.
g.      Bersihkan semua kotoran dari litter dan buang dengan cara aman untuk memastikan tidak ada penyebaran penyakit. Sapu lantai kandang. Bersihkan exists and openings, buang pakan dan litter yang berserakan dan semua sampah di sekitar kandang (termasuk bulu – bulu ayam).
h.      Siapkan cairan desinfektan sesuai dengan rekomendasi pabrikan. Mulailah menyemprot dari langit – langit dan kemudian didnding / tirai dan lantai. Semprotlah secara menyeluruh bingkai (ledges), balok, dan pipa – pipa.
i.        Mensanitasi sistem air.
§  Keringkan tempat minum (pisah – pisahkan tempat minum bell) dan sikat untuk menghilangkan kerak dan kotoran
§  Keringkan saluran air
§  Bilas dengan air bersih
§  Sikat bak air (tanki air yang ditinggikan) untuk menghilangkan kerak dan alga
§  Isi bak air dengan ketinggian normal dan tambahkan desinfektan secukupnya
§  Alirkan campuran tersebut ke tempat minum dan saluran air kemudian tutup kran
§  Biarkan bahan kimia tersebut di saluran selama minimal 4 jam. Kemudian bilaslah dengan air bersih dan isi kembali bak air.
j.        Untuk kedua kalinya, semprotkan kembali insektisida ke dinding, lantai, balok – balok kayu, dan tempat – tempat dimana hama serangga mungkin berada. Kendalikan serangga lantai (kumbang, kutu dan tungau) (Almond, 2009).

3.    Pertimbangan Pemilihan Penggunaan Desinfektan
Desinfektan adalah agen kimia yang memperlambat kegiatan mikrobial dan pertumbuhannya (germistatis) atau mematikan mikroba (germisida). Mekanisme kerjanya dengan merusak struktur sel mikroba, memblok kemampuannya untuk masuk ke sel baru maupun menghentikan replikasi mikroba (Kartasudjana, 2006).
Pemilihan desinfektan berdasarkan :
a.       Biaya.
b.      Jenis mikroba yang dikendalikan; idealnya sebuah desinfektan harus memiliki spectrum yang luas.
c.       Jumlah bahan organik, seperti kotoran dan alas kandang.
d.      Kualitas air : Air “keras” dapat mengurangi atau menghancurkan kegiatan beberapa desinfektan.
e.       Bahan aktif : untuk memahami senyawa kimia yang terkandung dalam desinfektan.
f.       Tingkat pengenceran dan tingkat perlakuan : campur konsentrasi yang tepat dan gunakan desinfektan dengan benar.
g.      Waktu kontak : yang cukup dengan permukaan agar terjadi reaksi germisida.
h.      Kegiatan residual harus dipertimbangkan.
i.        Suhu, pH, dan interaksi dengan senyawa lain harus dipertimbangkan.
j.        Paparan pada manusia, hewan, dan lingkungan yang dapat menyebabkan keracunan, serta efek pada bahan kain dan logam harus dipertimbangkan. Idealnya tidak menyebabkan iritasi, tidak beracun, tidak korosif. Aman untuk manusia, hewan, peralatan peternakan dan lingkungan (Kartasudjana, 2006).

Jenis – Jenis Desinfektan
Secara kimiawi, terdapat beberapa jenis senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial dengan karakteristik pemakaian tertentu, yaitu :
  1. Kresol, Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat mengakibatkan kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak. Desinfektan ini efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan mikroorganisme.
  2. Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab Tuberkulosis dan John’s  Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet.
  3. Amonium kuarterner, dianjurkan untuk mendesinfeksi  kandang, peralatan dan tempat penetasan Senyawa ini memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri gram negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif melawan virus PMK ataupun Mycobacterium paratuberculosis, bakteri penyebab John’s Disease. Keberadaan materi organik, seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia, meskipun juga menyebabkan karat. Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifat racun yang tinggi.
  4. Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula digunakan untuk menjernihkan air pada peternakan, air minum, sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang ayam. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan lebih aktif dalam air hangat. Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat merusak kulit manusia.
  5. Formalin/formaldehid,  cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di dalam almari yang dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap petugas yang menggunakannya, karena formalin  merupakan senyawa korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Gas dapat diperoleh dengan jalan mencampur  Kalium Permanganat dengan formalin. Supaya efektif, maka fumigasi dilakukan pada suhu 30o – 60oC dan kelembaban di atas 75%. Fumigasi ini sangat efektif untuk desinfeksi kandang ayam, dengan syarat kandang dikosongkan, seluruh sela-sela ditutup tirai plastik cukup rapat, dan didiamkan selama 3 – 5 hari. Kandang akan terbebas dari bakteri, jamur dan virus yang mungkin bisa menyebabkan wabah penyakit.
  6. Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor adalah kombinasi iodine dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan dalam air. Iodofor merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain. Kekurangannya adalah meninggalkan bekas warna pada pakaian dan permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik pada kulit, sehingga dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik yang lain dan disebut Iodophor. Desinfektan ini cocok untuk mengatasi semua bakteri gram positif maupun gram negatif, virus dan jamur.
g.      Dikenal juga  berbagai antiseptika dan desinfektan  bersifat asam, antara lain :
§  Asam anorganik, HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai untuk desinfeksi ruangan yang tercemar tinja. Keduanya korosif, sehingga tidak dianjurkan. Asam borat 2 – 5% digunakan untuk jaringan kulit.
§  Asam organik, seperti asam salisilat dan benzoat banyak dipakai sebagai salep. Bersifat germisid lemah, melunakkan tanduk dan dapat membunuh jamur.
h.      Beberapa alkali juga bisa digunakan untuk desinfeksi. Contoh-contoh alkali yang bisa berperan sebagai desinfektan, antara lain :
§  Caustic soda/ NaOH (sodium hydroxide), sangat aktif jika dicampur dengan air panas, namun bersifat merusak cat, plitur dan tekstil.
§  CaO (lime/Quiclime) atau gamping, jika ditambah dengan air maka CaO menjadi Ca(OH)2, yang bersifat melarutkan kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai maupun halaman. Apabila berlebihan, akan merusak kuku babi, kambing maupun sapi. Gamping tidak bisa membunuh spora kuman anthrax dan Clostridium. Ca(OH)2 di dalam air dengan perbandingan 1 : 4, menghasilkan milk of lime, digunakan untuk desinfeksi lantai tercemar tinja dan guna mencapai hasil yang memuaskan, maka penggunaan minimal 2 jam.
§  Khlorhexidine (Nolvasan-S), merupakan sediaan khlor sintetik, alkalis dan mudah larut dalam air serta tidak bersifat toksik. Secara luas bersifat virusidal, terutama terhadap penyebab rabies,  efektif melawan bakteri gram positif  maupun negatif. Daya kerja tidak dipengaruhi oleh darah, nanah dan cairan jaringan (Almond, 2009).

C.    Sumber Informasi (Daftar Pustaka)
Akoso, B.T. 1992. Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta : Direktorat Jenderal Peternakan
Almond, A., Yonatan S. 2009. Biosecurity, Decontamination and Composting. New York : FAO
Bean, G. 2009. National Farm Biosecurity Manual Poultry Production. Australia : Department of Agriculture, Fisheries and Forestry
Holbek, N. 2007. Biosecurity Program Planning. London : BC Poultry
Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya
Zainudin. 2010. Biosekuriti dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal. Bogor : IPB


No comments:

Post a Comment