A.
Merumuskan
Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1.
Mengetahui biosecurity pada peternakan
unggas.
2.
Mengetahui prosedur desinfeksi dan
sanitasi kandang.
3.
Mengetahui pertimbangan pemilihan
penggunaan desinfektan.
B.
Belajar
Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1.
Biosecurity
pada Peternakan Unggas
Bio berarti hidup, security berarti perlindungan, jadi biosecurity adalah
perlindungan hidup. Definisi biosecurity secara lengkap adalah serangkaian
tindakan yang didisain untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit ke dan
dari sebuah peternakan. Ini merupakan
proses untuk
menjauhkan penyakit
dari unggas dan menjauhkan unggas dari penyakit. Mencegah
agen-agen penyakit seperti virus, bakteri, jamur, protozoa dan parasit.
Biosecurity harus mencakup tiga hal utama yaitu meminimalkan
keberadaan penyebab penyakit, meminimalkan kesempatan agen penyakit berhubungan
dengan induk semang dan membuat tingkat kontaminasi lingkungan oleh agen
penyakit seminimal mungkin (Kartasudjana, 2006).
Tingkatan Biosecurity
Biosekuriti
dilihat dari segi hirarki terdiri atas tiga komponen, antara lain :
a. Biosekuriti
konseptual merupakan biosekuriti tingkat pertama dan menjadi basis dari seluruh
program pencegahan penyakit, meliputi pernitihan lokasi kandang, pemisahan umur
unggas, kontrot kepadatan dan kontak dengan unggas liar, serta penetapan lokasi
khusus untuk gudang pakan atau tempat mencampur pakan.
b. Biosekuriti
struktural, merupakan biosekuriti tingkat kedua, metiputi hat hat yang
berhubungan dengan tata letak peternakan (farm), pernbuatan pagar yang -benar,
pembuatan saluran pembuangan, penyediaan peralatan dekontaminasi, instalasi
penyimpanan pakan, ruang ganti pakaian dan peralatan kandang. Sedangkan
biosekuriti operasional adalah biosekuriti tingkat ketiga, terdiri dari
prosedur manajemen untuk mencegah kejadian dan penyebaran infeksi dalam suatu farm.
c. Biosekuriti
ini harus ditinjau secara berkala dengan melibatkan seluruh karyawan, berbekal
status kekebalan unggas terhadap penyakit. Biosekuriti operasional terdiri atas
tiga hat pokok, yakni a) pengaturan traffic control, b) pengaturan dalam
farm dan, c) desinfeksi yang dipakai untuk semprot kandang maupun deeping seperti
golongan fenol (atkohol, lisol dan lainnya); formatin; kaporit; detergen,
iodine dan vaksinasi. ada 3 konsep pendukung biosekuti yang lainnya yaitu
isolasi, pengaturan lalu lintas dan sanitasi (pembersihan dan desinfeksi)
(Zainudin, 2010).
Pembagian Biosecurity pada Perunggasan
Pendekatan
biosecurity secara sektoral antara lain :
a. Sektor
1 : meliputi peternakan yang melaksanakan biosecurity sangat ketat (high level biosecurity) sesuai dengan
prosedur estándar. Kelompom usaha yang verada di sektor ini di antaranya industrial integrated system seperti
pembibitan (breeding farm).
b. Sektor
2 : meliputi peternakan komersial yang menerapkan biosecurity dengan tingkatan
menengah sampai tinggi (moderate to high
level biosecurity). Kelompok usaha yang termasuk sektor ini di antaranya
peternakan yang menempatkan ayamnya di dalam ruangan tertutup (indoors) sehingga unggas lain tidak bisa
kontak dengan ayam.
c. Sektor
3 : meliputi peternakan komersial yang melaksanakan biosecurity secara minimal
(low level bisecurity) sehingga
memungkinkan adanya kontak antara ayam di peternakan dan unggas lain atau orang
yang masuk ke peternakan tersebut. Peternakan komersial yang ada di Indonesia
umunya termasuk sektor ini.
d. Sektor
4 : meliputi unggas (ayam) yang dipelihara secara tradisional (backyard farm) dengan biosecurity yang
sangat kurang. Produk yang dihasilkan ditujukan untuk dikonsumsi atau dijual di
daerah setempat. Kelompok yang termasuk dalam sektor ini adalah pemeliharaan
ayam buras (jumlah sedikit) di kampung-kampung (Akoso, 1992).
Tindakan
Biosecurity
a. Isolasi
Merupakan serangkaian kegiatan yang
bertujuan untuk memisahkan ayam dari serangan kuman patogen penyebab penyakit.
Isolasi ini bertujuan untuk mencegah bibit penyakit masuk ke dalam suatu farm
dan menyebar keluar dari farm. Manajemen peternakan (manager/ pemilik farm)
sangat berperan penting dalam penerapan isolasi ini, contohnya dalam penetapan
area bersih (wilayah yang harus terjaga dari kemungkinan cemaran/ penularan
penyakit) dan kotor (wilayah yang kemungkinan banyak cemaran bibit penyakitnya)
(Bean, 2009).
Contoh penerapan isolasi lainnya yaitu penetapan
akses karyawan atau pengunjung yang boleh masuk ke area farm, penerapan one
age farming (peternakan satu umur) pada farm ayam layer atau
penerapan pemeliharaan ayam broiler sistem all in all out.
Lakukan pencegahan agar tikus, kucing atau burung liar tidak masuk ke dalam
kandang karena merupakan pembawa bibit penyakit. Pemeriksaan perlu dilakukan
pada langit-langit, dinding, panel listrik,dan tempat pakan (Bean, 2009).
Ayam mati / bangkai harus dileluarkan dari farm
setidaknya 2 kali sehari pada tempat yang jauh dari lokasi farm. Apabila
terjadi kasus wabah penyakit, disposal bangkai dilakukan lebih sering (4- 5
kali) . Disposal bangkai bisa dilakukan dengan cara dikubur setelah di bakar
atau di buang dalam lobang pembuangan khusus (Pit Disposal) yang tertutup rapat
(Bean, 2009).
b. Pengaturan
lalu lintas
Upaya pengaturan lalu lintas orang, peralatan,
barang atau kendaraan tamu agar tidak menyebarkan bibit penyakit masuk ke dalam
peternakan. Pengaturan lalu lintas ini berarti kita harus bisa mengatur kapan
DOC/ bibit, pakan, sapronak (obat, vaksin, peralatan peternakan), litter/
sekam, kotak telur masuk ke dalam farm. Begitu juga sebaliknya kita
harus bisa mengatur bagaimana penanganan atau pengeluaran bangkai ayam, litter
keluar dari lingkungan kandang serta kapan ayam harus dipanen atau diafkir.
Pembatasan jumlah orang dan kendaraan yang masuk ke dalam lingkungan kandang
juga masuk dalam konsep kedua ini. Gunakan prosedur ketat untuk kontrol dan
membatasi tamu yang masuk ke farm. Sediakan ruang ganti dan ruang khusus untuk
menyimpan pakaian dari luar. Sediakan shower dan tempat / bak khusus celup roda
kendaraan di pintu gerbang masuk peternakan dan bak celup kaki di kandang
terisi larutan desinfektan. Jangan biarkan sopir angkutan barang masuk ke farm.
Sediakan dan kenakan pakaian, sepatu atau alas kaki khusus yg dipakai hanya
dalam lokasi, baik oleh karyawan maupun tamu yang berkepentingan. Sepatu atau
alas kaki harus didesinfeksi sebelum masuk kandan (Bean, 2009).
c. Sanitasi
(pembersihan dan desinfeksi)
Tindakan yang sering dilakukan peternak untuk
menjaga farm dari infeksi penyakit adalah sanitasi. Sanitasi merupakan
tindakan untuk membunuh patogen atau bibit penyakit. Sanitasi yang paling
sering dilakukan peternak adalah dengan desinfeksi/ penyemprotan kandang
menggunakan desinfektan. Dengan asumsi desinfektan tersebut akan membunuh bibit
penyakit di kandang atau lingkungan kandang. Sebenarnya tindakan sanitasi tidak
hanya berkaitan dengan desinfeksi saja, namun ada banyak kegiatan lain yang
merupakan sanitasi, seperti sebelum pekerja/tamu masuk ke dalam kandang mencuci
tangan menggunakan sabun, menggunakan baju khusus untuk bekerja, menggunakan
alas kaki (sandal/sepatu boots) khusus untuk masuk ke dalam kandang, celup alas
kaki dalam desinfektan. Hal-hal sederhana itu sebenarnya juga dapat meminimalkan
terjadinya penularan penyakit (Bean, 2009).
Untuk mengoptimalkan hasil desinfeksi,
peternak harus melakukan pembersihan (cleaning). Pembersihan ini akan
menghilangkan zat/material asing yang sering menempel atau berada di kandang.
Sebagai contoh debu, tanah, litter yang menempel di lantai kandang,
materi-materi organik seperti feses, leleran ingus, darah dan mikro-organisme.
Materi organik yang masih berada di sekitar kandang (lantai atau tembok
kandang) dapat mempengaruhi kerja desinfektan golongan quats dan halogen
sehingga kurang efektif bekerja. Pendukung desinfeksi yang lainnya yaitu dosis
pemakaian desinfektan harus tepat, jumlah larutan harus disesuaikan dengan
luasan kandang dan waktu kontak desinfektan harus sesuai karena akan
mempengaruhi desinfektan dalam membunuh bibit penyakit (Bean, 2009).
Pelaksanaan Biosecurity
Dalam meningkatkan biosecurity tidak
hanya di wilayah kandang saja, jadi pelaksanaan pengamanan dari segi bio, harus
juga di antisipasi dari semua penjuru dan bagian di sebuah perusahaan
peternakan tersebut, demi berkembangnya perusahaan yang berjuang di bidang peternakan,
jadi harus secara bersungguh-sungguh dalam memahamii dan menjalankan proses
biosecurity dengan baik dan benar. Adapun tempat yang harus di perhatikan
adalah :
a. Gerbang
Utama: Di lokasi ini yang bertanggung jawab adalah Watch Man (satpam)
Gambar 2. (Kiri) Spray, (Tengah)
Semprot roda, (Kanan) Celup kaki
§ Tugas
satpam adalah harus mencatat, Semua Personal atau orang, dan mobil yang keluar
masuk melalui pintu ini harus mengisi buku tamu, yang harus di catat adalah:
waktu masuk, number mobil, berapa orang di dalam mobil tersebut, dan apa tujuan
orang tersebut masuk ke dalam lokasi.
§ Termasuk
pekerja, dan mobil yang datang dari luar Harus di persilahkan masuk ke tempat
lokasi setelah di spray menggunakan disinfectants.
§ Tempat
lokasi Foot Dip (celup kaki yang berisi air disinfectant) dan tempat lokasi
penyemprotan mobil harus di bersihkan sehari sekali atau ketika air sudah
kotor.
§ Siapkan
seragam khusus untuk orang yang masuk kedalam lokasi sebuah peternakan, jadi
sebelum mereka masuk ke dalam, harus mandi terlebih dahulu, dan mengganti
pakaian mereka dengan yang sudah di persiapkan tadi, tapi dengan catatan
pakaian tersebut harus bagus dan bersih, demi kenyamanan si pengguna.
§ Orang
yang membawa mobil kedalam lokasi peternakan (selain lokasi kandang) jangan
dipersilakan membawa mobil ke dalam lokasi kandang. Gunakan mobil dalam yang
sudah di persiapkan.
b. Di
daerah office, yang bertanggung jawab adalah HC (health Control-vaccinator),
Bersihkan lingkungan yang berhubungan dengan penempatan vaksin (di office)
gunakan desinfektan seminggu sekali.
c. Di
Gerbang masuk yang menuju ke lokasi kandang (main entrance shower)
§ Semua
Mobil yang masuk dan keluar harus melalui ruangan yang menggunakan auto spray
dengan disinfectant,
§ Disinfectant
harus dig anti jika lokasi vehicle dip di ketahui sudah kotor, dan perhatikan
dosis yang digunakan adalah dosis yang dianjurkan oleh perusahaan yang membuat
disinfectant tersebut.
d. Di
Tempat pemeliharaan DOC (untuk yang menggunakan system Multy Age), Yang
bertanggung jawab disini adalah: Leader flock, Assistant Leader, vaccinator,
supervisor, dan veterinarian (dokter hewan).
§ Semua
barang yang banyak digunakan di kawasan DOC harus melalui disinpeksi sebelum di
gunakan atau masuk ke kandang yang masih muda tersebut, apabila menggunakan
barang dari luar (lokasi selain di kawasan tersebut atau barang baru)
seharusnya di cuci terlebih dahulu dan disinfeksi, selanjutnya fumigasi.
§ Pastikan
orang yang mau masuk ke dalam kandang yang ayamnya masih berumur di bawah 18
minggu harus mandi terlebih dahulu (tanpa terkecuali), dan menggunakan pakaian,
sepatu but, yang sudah di sediakan khusus untuk orang yang mau masuk kedalam
kandang,
§ Sepatu
dan pakaian yang di pakai di dalam kandang, pastikan jangan di pakai untuk
kerja di luar kandang, sepatu dan pakaian harus tetap terpisah, jangan
bercampur-aduk (baju dalam dan baju luar) untuk menghindari kontaminasi
penyakit dari luar ke dalam.
§ Orang
yang masuk kedalam harus memasuki ruangan auto spray (dimana ruangan ini secara
otomatis menyemburkan disinfectant) ketika orang masuk kedalamnya.
§ Foot
dip (atau tempat cuci kaki yang berada di dalam kandang) harus tetap bersih,
dan gunakan dosis yang sudah di tetapkan, ganti dengan secepatnya jika foot dip
tersebut sudah kelihatan kotor, karena apabila kotor, larutan disinfectant tidak
akan bekerja secara maksimal.
§ Seragam
yang di gunakan untuk brooding di dalam kandang grower tersebut harus di rendam
terlebih dahulu dengan menggunakan disinfectant sebelum di cuci.
§ Jangan
menyimpan barang yang tidak di perlukan di dalam kandang tersebut, simpan
barang yang di perlukan saja, karena barang yang tidak di perlukan apabila
terus disimpan di dalam maka benda tersebut akan kotor dan kemungkinan akan
menjadi tempat penyakit (Almond, 2009 ; Holbeck, 2007).
2.
Prosedur
Desinfeksi dan Sanitasi Kandang
Sebelum
melakukan desinfeksi dan sanitasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a.
Periksa apakah aliran listrik sudah
dimatikan.
b.
Periksa apakah semua peralatan untuk
membersihkan dan alat semprot siap untuk dipakai
c.
Pastikan tersedia detergen dan
desinfektan dalam jumlah yang dibutuhkan
d.
Pastikan PPE yang benar tersedia.
e.
Pastikan tidak terdapat orang yang tidak
berkepentingan unggas, atau hewan lain di area peternakan selama pembersihan
dan desinfeksi (Almond, 2009).
Langkah-Langkah
:
a.
Pindahkan semua unggas dari kandang dan
musnahkan unggas yang lepas. Pindahkan ke area disposal.
b.
Semprotkan insektisida (kumbang-kumbang
merupakan carrier berbagai penyakit unggas dan harus dikembalikan).
c.
Bersihkan sisa-sisa pakan dari peti
penyimpan, corong tuang, dan bak pakan (pakan yang bergumpal dapat ditumbuhi
banyak spora jamur).
d.
Keluarkan semua peralatan yang dapat
dipindah-pindahkan. Seperti tempat minum, tempat pakan, corong tuang, tempat
pengeraman. Cuci dengan detergen. Jemur peralatan tersebut paling sedikit
selama 24 jam. Setelah kering gunakan desinfektan.
e.
Pembersihan kering (Dry Cleaning) :
Bersihkan jaring laba-laba dan debu dari kasau dan ambang, kerei yang tidak
digulung, dan baling – baling kipas angin. Gunakan sikat atau udara bertekanan
tinggi untuk menjatuhkan kotoran tersebut ke alas kandang (litter). Bersihkan
material yang menempel pada peralatan. catatan : ubah langkah ini jika kandang
unggas tertular HPAI atau virus ini.
f.
Pembersihan Basah (Wet cleaning)
Semprot dengan menggunakan selang
dan gunakan deterjen untuk membersihkan materi organik. Gunakan selang
bertekanan tinggi, mulai dari atap kemudian dinding, tutup tirai dan ventilasi
untuk dibersihkan.
g.
Bersihkan semua kotoran dari litter dan
buang dengan cara aman untuk memastikan tidak ada penyebaran penyakit. Sapu
lantai kandang. Bersihkan exists and openings, buang pakan dan litter yang
berserakan dan semua sampah di sekitar kandang (termasuk bulu – bulu ayam).
h.
Siapkan cairan desinfektan sesuai dengan
rekomendasi pabrikan. Mulailah menyemprot dari langit – langit dan kemudian
didnding / tirai dan lantai. Semprotlah secara menyeluruh bingkai (ledges),
balok, dan pipa – pipa.
i.
Mensanitasi sistem air.
§ Keringkan
tempat minum (pisah – pisahkan tempat minum bell) dan sikat untuk menghilangkan
kerak dan kotoran
§ Keringkan
saluran air
§ Bilas
dengan air bersih
§ Sikat
bak air (tanki air yang ditinggikan) untuk menghilangkan kerak dan alga
§ Isi
bak air dengan ketinggian normal dan tambahkan desinfektan secukupnya
§ Alirkan
campuran tersebut ke tempat minum dan saluran air kemudian tutup kran
§ Biarkan
bahan kimia tersebut di saluran selama minimal 4 jam. Kemudian bilaslah dengan
air bersih dan isi kembali bak air.
j.
Untuk kedua kalinya, semprotkan kembali
insektisida ke dinding, lantai, balok – balok kayu, dan tempat – tempat dimana
hama serangga mungkin berada. Kendalikan serangga lantai (kumbang, kutu dan
tungau) (Almond, 2009).
3.
Pertimbangan
Pemilihan Penggunaan Desinfektan
Desinfektan
adalah agen kimia yang memperlambat kegiatan mikrobial dan pertumbuhannya
(germistatis) atau mematikan mikroba (germisida). Mekanisme kerjanya dengan
merusak struktur sel mikroba, memblok kemampuannya untuk masuk ke sel baru
maupun menghentikan replikasi mikroba (Kartasudjana, 2006).
Pemilihan
desinfektan berdasarkan :
a.
Biaya.
b.
Jenis mikroba yang dikendalikan;
idealnya sebuah desinfektan harus memiliki spectrum yang luas.
c.
Jumlah bahan organik, seperti kotoran
dan alas kandang.
d.
Kualitas air : Air “keras” dapat
mengurangi atau menghancurkan kegiatan beberapa desinfektan.
e.
Bahan aktif : untuk memahami senyawa
kimia yang terkandung dalam desinfektan.
f.
Tingkat pengenceran dan tingkat
perlakuan : campur konsentrasi yang tepat dan gunakan desinfektan dengan benar.
g.
Waktu kontak : yang cukup dengan permukaan
agar terjadi reaksi germisida.
h.
Kegiatan residual harus dipertimbangkan.
i.
Suhu, pH, dan interaksi dengan senyawa
lain harus dipertimbangkan.
j.
Paparan pada manusia, hewan, dan
lingkungan yang dapat menyebabkan keracunan, serta efek pada bahan kain dan
logam harus dipertimbangkan. Idealnya tidak menyebabkan iritasi, tidak beracun,
tidak korosif. Aman untuk manusia, hewan, peralatan peternakan dan lingkungan
(Kartasudjana, 2006).
Jenis
– Jenis Desinfektan
Secara kimiawi,
terdapat beberapa jenis senyawa desinfektan yang tersedia secara komersial
dengan karakteristik pemakaian tertentu, yaitu :
- Kresol, Senyawa ini tidak boleh digunakan pada kandang yang di dalamnya ada ternak hidup, telur atau daging yang diproses, karena dapat mengakibatkan kontaminasi pada produk-produk tersebut dan bersifat toksik pada manusia dan ternak. Desinfektan ini efektif mengatasi jamur, virus, bakteri, karena mampu mematikan mikroorganisme.
- Fenol organik, cocok digunakan untuk tempat penetasan (hatchery) dan untuk desinfeksi peralatan di dalamnya. Fenol ektif melawan bakteri, virus dan fungi, termasuk bakteri penyebab Tuberkulosis dan John’s Disease serta virus PMK. Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan antiseptika, desinfektan atau bahan pengawet.
- Amonium kuarterner, dianjurkan untuk mendesinfeksi kandang, peralatan dan tempat penetasan Senyawa ini memiliki dua bagian pada struktur kimianya, satu bagian bersifat hidrofilik dan bagian lain bersifat hidrofobik. Desinfektan ini efektif melawan bakteri gram negatif maupun positif, fungi, virus, tetapi tidak efektif melawan virus PMK ataupun Mycobacterium paratuberculosis, bakteri penyebab John’s Disease. Keberadaan materi organik, seperti feses akan menurunkan aktifitasnya. Desinfektan ini tergolong mudah larut dalam air, sangat efektif menghilangkan bau-bauan, daya kerja tinggi dan tidak berefek pada kulit manusia, meskipun juga menyebabkan karat. Keunggulan lain dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Kelemahan desinfektan ini adalah menyebabkan karat dan memiliki sifat racun yang tinggi.
- Klorin, banyak digunakan di rumah potong, disamping itu pula digunakan untuk menjernihkan air pada peternakan, air minum, sanitasi telur, desinfeksi abattoir (RPH) dan RPA serta kandang ayam. Kaporit atau hipoklorit sering untuk sanitasi sapi perah dan lebih aktif dalam air hangat. Efektif melawan bakteri, banyak virus, terutama parvovirus. Bisa dicampur dengan sabun, tetapi jangan dicampur asam. Aktivitasnya yang kuat menurun dengan adanya materi organik, terutama amoniak atau senyawa-senyawa amino. Desinfektan ini termasuk golongan halogen keras yang bisa mematikan bakteri, virus dan jamur dalam waktu relatif singkat. Kelemahan desinfektan ini adalah mudah menyebabkan perkaratan pada peralatan yang berasal dari bahan metal serta dapat merusak kulit manusia.
- Formalin/formaldehid, cocok untuk fumigasi telur yang terdapat di dalam almari yang dirancang khusus dan harus hati-hati terhadap petugas yang menggunakannya, karena formalin merupakan senyawa korosif dan bersifat karsinogenik. Keunggulan dari desinfektan ini adalah mudah menembus bagian-bagian sebelah dalam yang menjadi sasaran sanitasi. Gas dapat diperoleh dengan jalan mencampur Kalium Permanganat dengan formalin. Supaya efektif, maka fumigasi dilakukan pada suhu 30o – 60oC dan kelembaban di atas 75%. Fumigasi ini sangat efektif untuk desinfeksi kandang ayam, dengan syarat kandang dikosongkan, seluruh sela-sela ditutup tirai plastik cukup rapat, dan didiamkan selama 3 – 5 hari. Kandang akan terbebas dari bakteri, jamur dan virus yang mungkin bisa menyebabkan wabah penyakit.
- Iodofor, bisa digunakan sebagai antiseptika dan desinfektansia. Iodofor adalah kombinasi iodine dan agen-agen yang larut di dalamnya. Iodofor akan membebaskan iodin bebas jika dilarutkan dalam air. Iodofor merupakan desinfektan yang baik, namun tidak efektif bila ada senyawa organik. Sifat Iodofor kurang toksik dibandingkan desinfektan yang lain. Kekurangannya adalah meninggalkan bekas warna pada pakaian dan permukaan yang lain. Iodine bebas bersifat toksik pada kulit, sehingga dalam penggunaannya Iodine dikombinasikan dengan senyawa organik yang lain dan disebut Iodophor. Desinfektan ini cocok untuk mengatasi semua bakteri gram positif maupun gram negatif, virus dan jamur.
g.
Dikenal
juga berbagai antiseptika dan desinfektan bersifat asam, antara
lain :
§ Asam anorganik, HCl dan H2SO4 0,1 N telah dipakai
untuk desinfeksi ruangan yang tercemar tinja. Keduanya korosif, sehingga tidak
dianjurkan. Asam borat 2 – 5% digunakan untuk jaringan kulit.
§ Asam organik, seperti asam salisilat dan benzoat banyak dipakai
sebagai salep. Bersifat germisid lemah, melunakkan
tanduk dan dapat membunuh jamur.
h. Beberapa
alkali juga bisa digunakan untuk desinfeksi. Contoh-contoh alkali yang bisa
berperan sebagai desinfektan, antara lain :
§ Caustic soda/ NaOH (sodium hydroxide),
sangat aktif jika dicampur dengan air panas, namun bersifat merusak cat, plitur
dan tekstil.
§ CaO (lime/Quiclime) atau gamping,
jika ditambah dengan air maka CaO menjadi Ca(OH)2, yang bersifat
melarutkan kuman. Gamping banyak dipakai untuk lantai maupun halaman. Apabila
berlebihan, akan merusak kuku babi, kambing maupun sapi. Gamping tidak bisa
membunuh spora kuman anthrax dan Clostridium. Ca(OH)2 di dalam air dengan
perbandingan 1 : 4, menghasilkan milk of lime, digunakan untuk
desinfeksi lantai tercemar tinja dan guna mencapai hasil yang memuaskan, maka
penggunaan minimal 2 jam.
§ Khlorhexidine (Nolvasan-S),
merupakan sediaan khlor sintetik, alkalis dan mudah larut dalam air serta tidak
bersifat toksik. Secara luas bersifat virusidal, terutama terhadap penyebab
rabies, efektif melawan bakteri gram positif maupun negatif. Daya
kerja tidak dipengaruhi oleh darah, nanah dan cairan jaringan (Almond, 2009).
C.
Sumber Informasi
(Daftar Pustaka)
Akoso,
B.T. 1992. Manual Kesehatan Unggas.
Yogyakarta : Direktorat Jenderal Peternakan
Almond, A.,
Yonatan S. 2009. Biosecurity,
Decontamination and Composting. New York : FAO
Bean, G.
2009. National Farm Biosecurity Manual
Poultry Production. Australia : Department of Agriculture, Fisheries and
Forestry
Holbek, N.
2007. Biosecurity Program Planning.
London : BC Poultry
Kartasudjana, R. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya
Zainudin. 2010. Biosekuriti
dan Manajemen Penanganan Penyakit Ayam Lokal. Bogor : IPB
No comments:
Post a Comment