A.
Merumuskan
Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
Mengetahui
manajemen pemeliharaan ayam broiler dari starter sampai dengan finisher.
B.
Belajar
Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
Managemen
Pemeliharaan Ayam Broiler dari Starter sampai Finisher
1.
Periode
Istirahat Kandang
Masa istirahat kandang dilakukan minimal tujuh hari untuk memotong siklus
penyakit. Apabila kandang merupakan bekas ayam sakit pada produksi sebelumnya,
penggunaan desinfektan dapat ditingkatkan dan istirahat kandang bisa lebih
lama, 14-20 hari.
Jadwal kegiatan persiapan kandang :
H-7 : Kotoran ayam harus sudah dikeluarkan dari kandang sebelum dicuci.
Pastikan tidak ada genangan air disekitar kandang. Pencucian tempat pakan dan
minum dengan sikat dan spon. Rendam dengan larutan desinfektan terlebih dahulu,
lalu dijemur.
H-6 : Pencucian kandang dengan larutan deterjen 1-2% (lantai, dinding,
dan langit-langit). Biarkan selama 20 menit, lalu bilas dengan air menggunakan power washer. Cuci tirai dan alas
kandang (amparan) sampai bersih, lalu rendam dengan desinfektan selama 24 jam,
lalu dijemur.
H-5 : Semprot kandang dengan insektisida. Pembersihan lingkungan kandang
serta pemberian larutan kapur ke seluruh ruangan dan lantai kandang. Masukkan
peralatan ke dalam kandang, lalu hitung jumlahnya sesuai dengan kapasitas
kandang, termasuk seng brooder. Tirai
kandang ditutup rapat. Lakukan desinfeksi kandang dengan larutan formalin dosis
5ml/liter air.
H-4-H-2 : Masa istirahat kandang. Tidak ada aktifitas kandang.
H-1 : Lakukan penyetelan brooding,
tirai dalam, pasang tempat pakan dan minum, tabur sekam, pasang lampu, dll.
Semprot ulang seluruh bagian kandang dengan desinfektan.
H-0 : DOC masuk kandang (Tamalludin, 2012).
Persiapan peralatan dan
perlengkapan kandang meliputi:
Pemilihan Bahan Litter : Bahan litter yang digunakan antara lain sekam
padi, jerami, serutan kayu halus dan kertas. Sekam padi merupakan bahan litter
yang paling sering digunakan karena murah, mudah ditemukan, ketersediaan
kontinu, dan tidak toksik pada ayam. Dianjurkan ketebalan litter sekam padi
ialah 8-12 cm. Sebelum dimasukkan ke dalam kandang, litter disemprot formades
dan sporades untuk mematikan bibit penyakit dan memastikan litter benar-benar
kering sehingga tidak mudah berjamur (Krisnawan, 2012).
Peralatan kandang brooder kapasitas
1000 ekor ayam broiler
Peralatan
|
Kapasitas
|
Jumlah yang dibutuhkan
|
Chick guard
Brooder
TMA 1 galon
NRDOC
Lampu
|
1000 ekor (D 4,5 m)
1000 ekor
80-120 ekor
50-65 ekor
75 watt
|
1 buah
1 buah
10-12 buah
16-20 buah
1 buah
|
(Krisnawan,
2012)
Pertama kali lakukan penimbangan dan penghitungan jumlah DOC, dengan cara
timbang DOC bersam-sama boks lalu dikurangi dengan berat boks kosong (umumnya
berat satu boks 4 kg). Sambil memindahkan DOC ke chick guard, seleksilah kualitas DOC. Pisahkan DOC yang kualitasnya
buruk seperti lesu, bulu kusam, atau mata keruh, kaki kering. Selain berpotensi
menjadi sumber penyakit, DOC berkualitas buruk akan menurunkan persen
keseragaman berat badan. Sebaiknya gunakan DOC yang telah di-sexing karena ada perbedaan konsumsi
ransum dan pertumbuhan antara ayam jantan dan betina, dan sebaiknya gunakan DOC
yang telah dipotong paruhnya agar ayam mudah mematuk ransum sehingga menekan
jumlah ransum tercecer dan mengurangi kanibalisme (Widagdo, 2011).
Kepadatan populasi persatuan luas kandang berpengaruh terhadap tingkat
kematian dan pertumbuhan ayam. Populasi yang terlalu padat melebihi 50 ekor/m2 dapat menyebabkan tingginya
angka kematian ayam. Karena populasi yang padat dapat menyebabkan :
a. Meningkatnya temperatur
kandang. Temperatur kandang yang meningkat berasal dari tubuh ayam dan ditambah
dengan meningkatnya akumulasi karbondioksida (CO2). Sementara
oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk menetralkan CO2 dan
panas asal ayam tidak mencukupi. Keadaan tersebut menghambat pertumbuhan ayam.
b. Kelembapan kandang meningkat
sehingga kandang pengap dan tidak sehat. Keadaan ini menyebabkan kondisi ayam
menjadi lemah, pertumbuhan terhambat, dan ternak rentan terhadap penyakit
sehingga dapat menimbulkan kematian.
c. Terjadi perebutan makanan,
ayam yang kondisinya lemah kurang mendapat makanan yang cukup karena kalah
bersaing dengan ayam yang lebih kuat. Dengan demikian sebagian ayam tumbuh
kerdil.
d. Menimbulkan kanibalisme,
yaitu ayam akan saling mematuk sehingga menimbulkan luka-luka ditubuhnya (Samadi, 2012).
Pengaturan kepadatan populasi harus disesuaikan
dengan umur ayam
Umur ayam (hari)
|
Kepadatan populasi (ekor/m2)
|
1 – 6
7 – 13
14 – 20
21 – 27
28 – 34
34 – 42
|
30 – 50
20 – 25
10 – 20
10
8 – 10
6 – 8
|
(Samadi,
2012).
2.
Periode
Pemeliharaan
a. Manajemen
Brooding
Panas brooder
dapat diperoleh dari semawar, gasolek, maupun pemanas lainnya. Berikut hal yang harus diperhatikan dalam brooding :
· Pemanas harus dihidupkan 1-2
jam sebelum DOC datang sehingga suhunya sesuai ketika DOC akan dimasukkan.
· Setelah DOC diturunkan dari
mobil, tumpuk boks yang berisi DOC di tempat yang sejuk. Tumpukan boks tidak
lebih dari lima tingkat untuk menjaga suhu dan oksigen. Jika terlalu tinggi DOC
bisa mati lemas karena terlalu panas dan kekurangan asupan oksigen yang diawali
dengan gejala megap-megap.
· Timbang dan catat kode boks,
lalu sampling 10% dari jumlah boks.
· Hitung jumlah boks, lalu
amati kondisi boks dan DOC untuk mempermudah komplain jika ada masalah.
· Tebarkan DOC pada tiap-tiap brooder, lalu segera beri air minum dan
pakan untuk menjaga kondisi tubuh yang sempat menurun akibat dehidrasi selama
transportasi.
· Selama penebaran DOC, lampu
agak diredupkan untuk mencegah stres. Setelah itu lampu distel dalam kondisi
normal.
· Brooding sebaiknya diberi alas koran
minimal tiga lapis dan setiap hari diambil satu lapis. Fungsi koran adalah
untuk memberi rasa hangat pada telapak kaki sehingga saraf-saraf memberikan
respon yang menyebabkan timbulnya keinginan makan. Selain itu pemberian koran
agar ayam tidak memakan sekam (Tamalludin, 2012).
Pada dasarnya terdapat dua sistem yang diterapkan
untuk brooder pada broiler, yaitu :
·
Spot
Brooding (induk buatan setempat/ pemanasan setempat)
Diperlukan lingkaran/ sekat pelindung anak ayam
(chick guard) dengan tinggi 45-50 cm untuk melindungi anak ayam dari aliran
udara dingin, serta agar anak ayam tetap dekat dengan pemanas, pakan dan minum.
Tempatkan 60 ekor anak ayam per m2 pada hari pertama dan lebarkan area brooder
secara bertahap.
·
Whole House
Brooding (indukan buatan menyeluruh/ pemanasan menyeluruh)
Kandang dapat dipanaskan dengan sistem pemanas
langsung dan tidak langsung. Sistem pemanas tidak langsung biasanya menggunakan
gas atau minyak tanah, dan menyemburkan udara panas ke dalam kandang pada satu
titik. Penambahan kipas pada sistem ini di dalam kandang dapat digunakan untuk
meningkatkan kualitas udara dan pemerataan temperatur (Tamalludin, 2012).
Suhu
Brooding :
Minggu
|
Suhu (oC)
|
I (1-7hari)
II (8-14hari)
|
30-35
26-30
|
Suhu brooding dapat diukur dengan
termometer yang diletakkan di tengah kandang dengan ketinggian 2-3 cm dari
litter. Selain menggunakan termometer, keadaan suhu dapat digambarkan dengan
aktifitas dan penyebaran anak ayam di dalam kandang. Suhu yang ideal akan
menyebabkan anak ayam beraktifitas secara normal dan ayam tersebar secara
merata ke seluruh kandang (Tamalludin, 2012).
Pengaruh Suhu terhadap Broiler
Suhu yang terlalu dingin akan menyebabkan anak ayam bergerombol mendekati
brooder dan malas beraktifitas,
termasuk makan dan minum. Selain itu, secara fisiologis suhu dingin dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah paru-paru dan memicu terjadi hidrops ascites (perut kembung). Selain
itu, suhu dingin dapat mengakibatkan penyerapan kuning telur tidak sempurna dan
berkembang menjadi penyakit omphalitis
dan colibacilosis (Tamalludin, 2012).
Sebaliknya, suhu yang terlalu panas akan menyebabkan anak ayam menjauhi brooder dan mencari tempat yang lebih
dingin dengan aliran udara yang lebih banyak. Ayam juga akan mengalami panting (terengah-engah) sehingga
meningkatkan konsumsi minum dan mengurangi konsumsi ransum. Hal yang demikian
akan mengakibatkan pertumbuhannya terhambat. Sementara itu, konsumsi minum yang
meningkat akan menyebabkan feses ayam lebih encer. Feses yang encer dapat
menyebabkan litter cepat lembap karena basah. Keadaan litter yang basah dengan
suhu lingkungan yang tinggi merupakan faktor utama yang memicu meningkatnya
kadar amonia dalam kandang karena aktifitas bakteri ureolitik meningkat (Tamalludin, 2012).
b. Pakan
Pakan broiler terdiri atas dua jenis, yaitu starter (umur 1-14 hari)
finisher (>14 hari). Pakan starter mengandung protein 21-23% dan
energi 3,10 kkal/kg, dan pakan finisher
mengandung protein 19-20% dan energi 3,26 kkal/kg. Pada panen 22 hari,
disarankan menggunakan pakan full starter
karena lebih efisien untuk mendukung akselerasi pertambahan bobot badan dan
mengurangi stres akibat pergantian pakan. Asupan protein tidak hanya dalam
bentuk protein kasar (crude protein),
tetapi dalam bentuk digestible protein yang
bisa dicerna dan dimanfaatkan sel secara langsung. Pakan diberi alas di
bawahnya agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Penerapan sistem FIFO (first in first out) harus dilaksanakan
secara ketat. Artinya pakan yang pertama masuk harus dipakai terlebih dahulu.
Sebaiknya pakan sudah digunakan sebelum satu minggu, tetapi masih aman
digunakan sampai dua minggu untuk pakan tepung. Sementara itu, pakan
butiran/pelet bisa lebih tahan sampai 3-4 minggu. Pakan tidak disimpan di dalam
ruangan yang lembab dan bocor, karena dapat berakibat tumbuhnya jamur (Tamalludin, 2012).
Pada pemeliharaan ayam broiler periode awal (1-2 minggu) dianjurkan untuk diberi pakan yang
mengandung protein tinggi dan energi rendah, dengan alasan bahwa pada periode
tersebut broiler lebih cenderung menyimpan energi dalam bentuk protein. Sebaliknya
untuk pakan broiler periode akhir (3-5 minggu), energi disimpan dalam bentuk lemak,
sehingga pakan yang diberikan, dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan
energi tinggi. Dengan cara tersebut, dapat dicapai tingkat efisiensi pakan (Murtidjo, 1997).
Pakan yang
diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat
badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Jenis pakan biasanya tertulis
pada kemasannya. Efisiensi pakan
dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya
adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen
(Murtidjo, 1997).
Kualitas Pakan Fase Starter
dan Finisher
Karakteristik
|
Fase Starter
|
Fase Finisher
|
Kadar air, maks % (b/b)
Protein kasar, min % (b/b)
Lemak kasar, min % (b/b)
Serat kasar, maks % (b/b)
Abu, maks % (b/b)
Kalsium (Ca), % (b/b)
Fospor (P), % (b/b)
|
14,0%
21,0%
2,5%
4,0%
6,5%
0,9% - 1,1%
0,7% - 0,9%
|
14,0%
19,0%
2,5%
4,0%
6,5%
0,9% - 1,1%
0,7% - 0,9%
|
(Murtidjo,
1997).
Kualitas Pakan Fase Starter
dan Finisher (/hari/ekor)
Umur
|
Fase Starter
|
Umur
|
Fase Finisher
|
Minggu ke-1 (1-7 hari)
Minggu ke-2 (8-14 hari)
|
17-43 gram
66-91 gram
|
Minggu ke-3 (15-21 hari)
Minggu 4 & 5 (22-35 hari)
|
111-129 gram
146-161 gram
|
(Widagdo, 2011).
Broiler harus segera diberi pakan setelah masuk brooding bersamaan dengan pemberian
minum. Pakan diberikan dengan sistem ad-libitum terutama tujuh hari pertama. Berdasarkan
penelitian, sisa kuning telur digunakan cepat oleh anak ayam yang sudah
mendapatkan pakan lebih awal dibandingkan dengan anak ayam yang dipuasakan
terlebih dahulu hingga 48 jam. Sebenarnya sisa kuning telur cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup anak ayam hingga umur 3-4 hari tanpa diberi pakan.
Namun, hal itu tidak dapat mendukung perkembangan saluran pencernaan, sistem
kekebalan, maupun pertambahan berat badannya. Dampak yang terjadi apabila sisa
kuning telur terlambat diserap adalah dapat memicu timbulnya penyakit omphalitis (Tamalludin, 2012).
Pergantian tempat ransum dari Nampan Ransum DOC (NR-DOC) ke Tempat Ransum Ayam (TRA) yang diletakkan
di litter juga terjadi pada fase ini yang mengikuti pertambahan tinggi tubuh
ayam. Tujuannya agar ayam nyaman dan nafsu makan tetap tinggi. Pergantian ini
dilakukan mulai umur 7 hari. Buatlah masa transisi misalnya ¼ NRDOC diganti di
hari pertama, lalu meningkat menjadi ½ di hari ketiga. Di hari kelima
pergantian mencakup ¾ dan di hari ketujuh semua NRDOC telah berganti menjadi
TRA (kira-kira umur 14 hari). Saat masa transisi dapat diberi Vita Stress,
Fortevit, atau Vita Strong untuk menekan stress (Krisnawan, 2012).
c. Minum
Pemberian probiotik pada air minum juga bisa dilakukan untuk
meningkatkan pertumbuhan broiler. Probiotik berfungsi membantu proses
pencernaan sehingga broiler mampu menyerap nutrisi secara optimal (Tamalludin,
2012).
Pemberian Minum pada Fase Starter (Umur 1-29 hari)
· Minggu ke-1 (1-7 hari) : 1,8 – 3,1 liter/hari/100 ekor.
· Minggu ke-2 (8-14 hari) : 4,5 – 9,5 liter/hari/100 ekor.
· Minggu ke-3 (15-21 hari) :
4,5 liter/hari/100 ekor.
Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberikan
air gula 2-5% (20-50 gram/liter air) sampai habis atau 1-2 jam setelah chick in. Ditambah Vita Chick atau Strong and Fit untuk mengganti energi yang
hilang dari tubuh ayam segera. Sebaiknya air minum tersebut suam-suam kukuh
(26,7-330C). Hal ini untuk mencegah cold shock karena suhu air terlalu dingin. Jika kondisi ayam jelek
berikan Neo Meditril untuk meminimalkan resiko infeksi bakteri semisal
colibacilosis (Widagdo, 2011).
Pemberian Minum pada Fase Finisher (Umur 30-57 hari)
· Minggu ke-3 (15-21 hari) : 10,9 – 12,7 liter/hari/100 ekor.
· Minggu ke-4 dan 5 (22-35 hari) : 14,1 liter/hari/100 ekor (Widagdo, 2011).
Tempat Minum Ayam (TMA) dianjurkan digunakan TMA 1 galon
hingga hari ke-7. Nipple Drinker (ND-360) ketika masa chick in, ketinggiannya sejajar dengan mata ayam. Kemudian
membentuk sudut sebesar 450C dari mata ayam (atau mengikuti kontur
punggung diumur selanjutnya). Untuk mendeteksi tekanan air minum dan ketinggian
nipple drinker sesuai yaitu :
· Jika litter terlalu basah
maka diduga nipple drinker terlalu rendah atau tekanan air dalam pipa terlalu
tinggi.
· Jika litter terlalu kering,
bisa jadi nipple drinker dipasang terlalu tinggi atau tekanan air dalam pipa
terlalu rendah (Widagdo, 2011).
C.
Sumber Informasi
(Daftar Pustaka)
Krisnawan, A. 2012. Kreatif
Memelihara Ikan Bersama Ayam. Yogyakarta : Pustaka Baru
Murtidjo,
B.A. 1997. Pedoman Beternak Ayam Broiler.
Yogyakarta : Kanisius
Samadi, B. 2012. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur dan
Pedaging. Jakarta : Pustaka Mina
Tamalluddin, F.
2012. Ayam Broiler 22 Panen Lebih Untung.
Depok : Penebar Swadaya
Widagdo, W., Anita
S. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari
Panen. Yogyakarta : Pinang Merah
No comments:
Post a Comment