Tuesday 4 November 2014

BLOK 20 UP 4



A.   Merumuskan Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
Mengetahui manajemen pemeliharaan ayam broiler dari starter sampai dengan finisher.


B.   Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
Managemen Pemeliharaan Ayam Broiler dari Starter sampai Finisher
1.    Periode Istirahat Kandang
Masa istirahat kandang dilakukan minimal tujuh hari untuk memotong siklus penyakit. Apabila kandang merupakan bekas ayam sakit pada produksi sebelumnya, penggunaan desinfektan dapat ditingkatkan dan istirahat kandang bisa lebih lama, 14-20 hari.
Jadwal kegiatan persiapan kandang :
H-7 : Kotoran ayam harus sudah dikeluarkan dari kandang sebelum dicuci. Pastikan tidak ada genangan air disekitar kandang. Pencucian tempat pakan dan minum dengan sikat dan spon. Rendam dengan larutan desinfektan terlebih dahulu, lalu dijemur.
H-6 : Pencucian kandang dengan larutan deterjen 1-2% (lantai, dinding, dan langit-langit). Biarkan selama 20 menit, lalu bilas dengan air menggunakan power washer. Cuci tirai dan alas kandang (amparan) sampai bersih, lalu rendam dengan desinfektan selama 24 jam, lalu dijemur.
H-5 : Semprot kandang dengan insektisida. Pembersihan lingkungan kandang serta pemberian larutan kapur ke seluruh ruangan dan lantai kandang. Masukkan peralatan ke dalam kandang, lalu hitung jumlahnya sesuai dengan kapasitas kandang, termasuk seng brooder. Tirai kandang ditutup rapat. Lakukan desinfeksi kandang dengan larutan formalin dosis 5ml/liter air.
H-4-H-2 : Masa istirahat kandang. Tidak ada aktifitas kandang.
H-1 : Lakukan penyetelan brooding, tirai dalam, pasang tempat pakan dan minum, tabur sekam, pasang lampu, dll. Semprot ulang seluruh bagian kandang dengan desinfektan.
H-0 : DOC masuk kandang (Tamalludin, 2012).

Persiapan peralatan dan perlengkapan kandang meliputi:
Pemilihan Bahan Litter : Bahan litter yang digunakan antara lain sekam padi, jerami, serutan kayu halus dan kertas. Sekam padi merupakan bahan litter yang paling sering digunakan karena murah, mudah ditemukan, ketersediaan kontinu, dan tidak toksik pada ayam. Dianjurkan ketebalan litter sekam padi ialah 8-12 cm. Sebelum dimasukkan ke dalam kandang, litter disemprot formades dan sporades untuk mematikan bibit penyakit dan memastikan litter benar-benar kering sehingga tidak mudah berjamur (Krisnawan, 2012).
Peralatan kandang brooder kapasitas 1000 ekor ayam broiler
Peralatan
Kapasitas
Jumlah yang dibutuhkan
Chick guard
Brooder
TMA 1 galon
NRDOC
Lampu
1000 ekor (D 4,5 m)
1000 ekor
80-120 ekor
50-65 ekor
75 watt
1 buah
1 buah
10-12 buah
16-20 buah
1 buah
                                                                                          (Krisnawan, 2012)

Pertama kali lakukan penimbangan dan penghitungan jumlah DOC, dengan cara timbang DOC bersam-sama boks lalu dikurangi dengan berat boks kosong (umumnya berat satu boks 4 kg). Sambil memindahkan DOC ke chick guard, seleksilah kualitas DOC. Pisahkan DOC yang kualitasnya buruk seperti lesu, bulu kusam, atau mata keruh, kaki kering. Selain berpotensi menjadi sumber penyakit, DOC berkualitas buruk akan menurunkan persen keseragaman berat badan. Sebaiknya gunakan DOC yang telah di-sexing karena ada perbedaan konsumsi ransum dan pertumbuhan antara ayam jantan dan betina, dan sebaiknya gunakan DOC yang telah dipotong paruhnya agar ayam mudah mematuk ransum sehingga menekan jumlah ransum tercecer dan mengurangi kanibalisme (Widagdo, 2011).
Kepadatan populasi persatuan luas kandang berpengaruh terhadap tingkat kematian dan pertumbuhan ayam. Populasi yang terlalu padat melebihi 50 ekor/m2 dapat menyebabkan tingginya angka kematian ayam. Karena populasi yang padat dapat menyebabkan :
a.       Meningkatnya temperatur kandang. Temperatur kandang yang meningkat berasal dari tubuh ayam dan ditambah dengan meningkatnya akumulasi karbondioksida (CO2). Sementara oksigen (O2) yang dibutuhkan untuk menetralkan CO2 dan panas asal ayam tidak mencukupi. Keadaan tersebut menghambat pertumbuhan ayam.
b.      Kelembapan kandang meningkat sehingga kandang pengap dan tidak sehat. Keadaan ini menyebabkan kondisi ayam menjadi lemah, pertumbuhan terhambat, dan ternak rentan terhadap penyakit sehingga dapat menimbulkan kematian.
c.       Terjadi perebutan makanan, ayam yang kondisinya lemah kurang mendapat makanan yang cukup karena kalah bersaing dengan ayam yang lebih kuat. Dengan demikian sebagian ayam tumbuh kerdil.
d.      Menimbulkan kanibalisme, yaitu ayam akan saling mematuk sehingga menimbulkan luka-luka ditubuhnya (Samadi, 2012).
Pengaturan kepadatan populasi harus disesuaikan dengan umur ayam
Umur ayam (hari)
Kepadatan populasi (ekor/m2)
1 – 6
7 – 13
14 – 20
21 – 27
28 – 34
34 – 42
30 – 50
20 – 25
10 – 20
10
8 – 10
6 – 8
                                                                                    (Samadi, 2012).

2.    Periode Pemeliharaan
a.    Manajemen Brooding
Panas brooder dapat diperoleh dari semawar, gasolek, maupun pemanas lainnya. Berikut hal yang harus diperhatikan dalam brooding :
·      Pemanas harus dihidupkan 1-2 jam sebelum DOC datang sehingga suhunya sesuai ketika DOC akan dimasukkan.
·      Setelah DOC diturunkan dari mobil, tumpuk boks yang berisi DOC di tempat yang sejuk. Tumpukan boks tidak lebih dari lima tingkat untuk menjaga suhu dan oksigen. Jika terlalu tinggi DOC bisa mati lemas karena terlalu panas dan kekurangan asupan oksigen yang diawali dengan gejala megap-megap.
·      Timbang dan catat kode boks, lalu sampling 10% dari jumlah boks.
·      Hitung jumlah boks, lalu amati kondisi boks dan DOC untuk mempermudah komplain jika ada masalah.
·      Tebarkan DOC pada tiap-tiap brooder, lalu segera beri air minum dan pakan untuk menjaga kondisi tubuh yang sempat menurun akibat dehidrasi selama transportasi.
·      Selama penebaran DOC, lampu agak diredupkan untuk mencegah stres. Setelah itu lampu distel dalam kondisi normal.
·      Brooding sebaiknya diberi alas koran minimal tiga lapis dan setiap hari diambil satu lapis. Fungsi koran adalah untuk memberi rasa hangat pada telapak kaki sehingga saraf-saraf memberikan respon yang menyebabkan timbulnya keinginan makan. Selain itu pemberian koran agar ayam tidak memakan sekam (Tamalludin, 2012).

Pada dasarnya terdapat dua sistem yang diterapkan untuk brooder pada broiler, yaitu :
·      Spot Brooding (induk buatan setempat/ pemanasan setempat)
Diperlukan lingkaran/ sekat pelindung anak ayam (chick guard) dengan tinggi 45-50 cm untuk melindungi anak ayam dari aliran udara dingin, serta agar anak ayam tetap dekat dengan pemanas, pakan dan minum. Tempatkan 60 ekor anak ayam per m2 pada hari pertama dan lebarkan area brooder secara bertahap.
·      Whole House Brooding (indukan buatan menyeluruh/ pemanasan menyeluruh)
Kandang dapat dipanaskan dengan sistem pemanas langsung dan tidak langsung. Sistem pemanas tidak langsung biasanya menggunakan gas atau minyak tanah, dan menyemburkan udara panas ke dalam kandang pada satu titik. Penambahan kipas pada sistem ini di dalam kandang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas udara dan pemerataan temperatur (Tamalludin, 2012).
Suhu Brooding :
Minggu
Suhu (oC)
I (1-7hari)
II (8-14hari)
30-35
26-30
           
Suhu brooding dapat diukur dengan termometer yang diletakkan di tengah kandang dengan ketinggian 2-3 cm dari litter. Selain menggunakan termometer, keadaan suhu dapat digambarkan dengan aktifitas dan penyebaran anak ayam di dalam kandang. Suhu yang ideal akan menyebabkan anak ayam beraktifitas secara normal dan ayam tersebar secara merata ke seluruh kandang (Tamalludin, 2012).

Pengaruh Suhu terhadap Broiler
Suhu yang terlalu dingin akan menyebabkan anak ayam bergerombol mendekati brooder dan malas beraktifitas, termasuk makan dan minum. Selain itu, secara fisiologis suhu dingin dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah paru-paru dan memicu terjadi hidrops ascites (perut kembung). Selain itu, suhu dingin dapat mengakibatkan penyerapan kuning telur tidak sempurna dan berkembang menjadi penyakit omphalitis dan colibacilosis (Tamalludin, 2012).
Sebaliknya, suhu yang terlalu panas akan menyebabkan anak ayam menjauhi brooder dan mencari tempat yang lebih dingin dengan aliran udara yang lebih banyak. Ayam juga akan mengalami panting (terengah-engah) sehingga meningkatkan konsumsi minum dan mengurangi konsumsi ransum. Hal yang demikian akan mengakibatkan pertumbuhannya terhambat. Sementara itu, konsumsi minum yang meningkat akan menyebabkan feses ayam lebih encer. Feses yang encer dapat menyebabkan litter cepat lembap karena basah. Keadaan litter yang basah dengan suhu lingkungan yang tinggi merupakan faktor utama yang memicu meningkatnya kadar amonia dalam kandang karena aktifitas bakteri ureolitik meningkat (Tamalludin, 2012).

b.   Pakan
Pakan broiler terdiri atas dua jenis, yaitu starter (umur 1-14 hari) finisher (>14 hari). Pakan starter mengandung protein 21-23% dan energi 3,10 kkal/kg, dan pakan finisher mengandung protein 19-20% dan energi 3,26 kkal/kg. Pada panen 22 hari, disarankan menggunakan pakan full starter karena lebih efisien untuk mendukung akselerasi pertambahan bobot badan dan mengurangi stres akibat pergantian pakan. Asupan protein tidak hanya dalam bentuk protein kasar (crude protein), tetapi dalam bentuk digestible protein yang bisa dicerna dan dimanfaatkan sel secara langsung. Pakan diberi alas di bawahnya agar tidak bersentuhan langsung dengan tanah. Penerapan sistem FIFO (first in first out) harus dilaksanakan secara ketat. Artinya pakan yang pertama masuk harus dipakai terlebih dahulu. Sebaiknya pakan sudah digunakan sebelum satu minggu, tetapi masih aman digunakan sampai dua minggu untuk pakan tepung. Sementara itu, pakan butiran/pelet bisa lebih tahan sampai 3-4 minggu. Pakan tidak disimpan di dalam ruangan yang lembab dan bocor, karena dapat berakibat tumbuhnya jamur (Tamalludin, 2012).
Pada pemeliharaan ayam broiler periode awal (1-2 minggu) dianjurkan untuk diberi pakan yang mengandung protein tinggi dan energi rendah, dengan alasan bahwa pada periode tersebut broiler lebih cenderung menyimpan energi dalam bentuk protein. Sebaliknya untuk pakan broiler periode akhir (3-5 minggu), energi disimpan dalam bentuk lemak, sehingga pakan yang diberikan, dianjurkan memiliki kandungan protein rendah dan energi tinggi. Dengan cara tersebut, dapat dicapai tingkat efisiensi pakan (Murtidjo, 1997).
Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.  Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR (Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan dibagi total bobot ayam yang dipanen (Murtidjo, 1997).

Kualitas Pakan Fase Starter dan Finisher
Karakteristik
Fase Starter
Fase Finisher
Kadar air, maks % (b/b)
Protein kasar, min % (b/b)
Lemak kasar, min % (b/b)
Serat kasar, maks % (b/b)
Abu, maks % (b/b)
Kalsium (Ca), % (b/b)
Fospor (P), % (b/b)
14,0%
21,0%
2,5%
4,0%
6,5%
0,9% - 1,1%
0,7% - 0,9%
14,0%
19,0%
2,5%
4,0%
6,5%
0,9% - 1,1%
0,7% - 0,9%
(Murtidjo, 1997).
Kualitas Pakan Fase Starter dan Finisher (/hari/ekor)
Umur
Fase Starter
Umur
Fase Finisher
Minggu ke-1 (1-7 hari)
Minggu ke-2 (8-14 hari)
17-43 gram
66-91 gram
Minggu ke-3 (15-21 hari)
Minggu 4 & 5 (22-35 hari)
111-129 gram
146-161 gram
(Widagdo, 2011).

Broiler harus segera diberi pakan setelah masuk brooding bersamaan dengan pemberian minum. Pakan diberikan dengan sistem ad-libitum terutama tujuh hari pertama. Berdasarkan penelitian, sisa kuning telur digunakan cepat oleh anak ayam yang sudah mendapatkan pakan lebih awal dibandingkan dengan anak ayam yang dipuasakan terlebih dahulu hingga 48 jam. Sebenarnya sisa kuning telur cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup anak ayam hingga umur 3-4 hari tanpa diberi pakan. Namun, hal itu tidak dapat mendukung perkembangan saluran pencernaan, sistem kekebalan, maupun pertambahan berat badannya. Dampak yang terjadi apabila sisa kuning telur terlambat diserap adalah dapat memicu timbulnya penyakit omphalitis (Tamalludin, 2012).
Pergantian tempat ransum dari Nampan Ransum DOC (NR-DOC) ke Tempat Ransum Ayam (TRA) yang diletakkan di litter juga terjadi pada fase ini yang mengikuti pertambahan tinggi tubuh ayam. Tujuannya agar ayam nyaman dan nafsu makan tetap tinggi. Pergantian ini dilakukan mulai umur 7 hari. Buatlah masa transisi misalnya ¼ NRDOC diganti di hari pertama, lalu meningkat menjadi ½ di hari ketiga. Di hari kelima pergantian mencakup ¾ dan di hari ketujuh semua NRDOC telah berganti menjadi TRA (kira-kira umur 14 hari). Saat masa transisi dapat diberi Vita Stress, Fortevit, atau Vita Strong untuk menekan stress (Krisnawan, 2012).

c.    Minum
Pemberian probiotik pada air minum juga bisa dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan broiler. Probiotik berfungsi membantu proses pencernaan sehingga broiler mampu menyerap nutrisi secara optimal (Tamalludin, 2012).
Pemberian Minum pada Fase Starter (Umur 1-29 hari)
·      Minggu ke-1 (1-7 hari) : 1,8 – 3,1 liter/hari/100 ekor.
·      Minggu ke-2 (8-14 hari) : 4,5 – 9,5 liter/hari/100 ekor.
·      Minggu ke-3 (15-21 hari) : 4,5 liter/hari/100 ekor.
Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberikan air gula 2-5% (20-50 gram/liter air) sampai habis atau 1-2 jam setelah chick in. Ditambah Vita Chick atau Strong and Fit untuk mengganti energi yang hilang dari tubuh ayam segera. Sebaiknya air minum tersebut suam-suam kukuh (26,7-330C). Hal ini untuk mencegah cold shock karena suhu air terlalu dingin. Jika kondisi ayam jelek berikan Neo Meditril untuk meminimalkan resiko infeksi bakteri semisal colibacilosis (Widagdo, 2011).
Pemberian Minum pada Fase Finisher (Umur 30-57 hari)
·      Minggu ke-3 (15-21 hari) : 10,9 – 12,7 liter/hari/100 ekor.
·      Minggu ke-4 dan 5 (22-35 hari) : 14,1 liter/hari/100 ekor (Widagdo, 2011).
Tempat Minum Ayam (TMA) dianjurkan digunakan TMA 1 galon hingga hari ke-7. Nipple Drinker (ND-360) ketika masa chick in, ketinggiannya sejajar dengan mata ayam. Kemudian membentuk sudut sebesar 450C dari mata ayam (atau mengikuti kontur punggung diumur selanjutnya). Untuk mendeteksi tekanan air minum dan ketinggian nipple drinker sesuai yaitu :
·      Jika litter terlalu basah maka diduga nipple drinker terlalu rendah atau tekanan air dalam pipa terlalu tinggi.
·      Jika litter terlalu kering, bisa jadi nipple drinker dipasang terlalu tinggi atau tekanan air dalam pipa terlalu rendah (Widagdo, 2011).
C.    Sumber Informasi (Daftar Pustaka)
Krisnawan, A. 2012. Kreatif Memelihara Ikan Bersama Ayam. Yogyakarta : Pustaka Baru
Murtidjo, B.A. 1997. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Yogyakarta : Kanisius
Samadi, B. 2012. Sukses Beternak Ayam Ras Petelur dan Pedaging. Jakarta : Pustaka Mina
Tamalluddin, F. 2012. Ayam Broiler 22 Panen Lebih Untung. Depok : Penebar Swadaya
Widagdo, W., Anita S. 2011. Budidaya Ayam Broiler 28 Hari Panen. Yogyakarta : Pinang Merah

No comments:

Post a Comment