Tuesday 11 November 2014

BLOK 20 UP 5



A.   Merumuskan Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
Mengetahui manajemen pemeliharaan ayam layer.


B.   Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
Managemen Pemeliharaan Ayam Layer
1.    Fase Starter (0-8 minggu, ≤ 600 gram)
a.    Kandang
1)   Bentuk dan bahan atap : Sistim perkandangan postal untuk farm starter maupun grower. atap kandang berfungsi untuk melindungi ayam dari panas dan hujan. Disamping itu atap juga mempengaruhi suhu dan kelembaban di dalam kandang. Sistim monitor untuk semua bangunan kandang. Atap sistim monitor sangat menunjang fungsi sirkulasi udara dalam kandang. Bahan atap yang dapat memantulkan radiasi panas matahari adalah bahan yang cocok dijadikan sebagai atap kandang. Bahan untuk membuat atap kandang yang baik antara lain adalah genting dan asbes karena dapat meredam panas (Suprijatna, 2005).
2)   Dinding kandang : sistim perkandangan terbuka dengan anyaman kawat, kayu, atau bambu dengan diameter anyaman ± 2,2 cm berfungsi sebagai ventilasi. Dilengkapi dengan terpal yang terpasang semi permanen yang dapat diatur besar kecilnya ventilasi sesuai dengan keadaan lingkungan kandang. Terbuka dan tertutupnya tirai serta besar kecilnya sirkulasi udara yang masuk disesuaikan dengan umur ayam (Suprijatna, 2005).
3)   Persiapan kandang : Sebelum dilakukan chick in terlebih dahulu dilakukan persiapan kandang. Persiapan yang dilakukan sebelum chick in antara lain ; pengeluaran maupun pembersihan peralatan kandang, penyemprotan obat serangga untuk membunuh serangga maupun hewan yang bisa menjadi sumber maupun pembawa penyakit, mengeluarkan sekam dari kandang, pembersihan dinding, langit-langit, dan seluruh sudut kandang dari kotoran, pencucian menggunakan air detergen dengan maksud menghilangkan sisa perlemakan dan melemahkan sistim pertahanan bibit penyakit, hal tersebut juga membantu memaksimalkan kerja disinfekan, penyemprotan dengan disinfektan, pengapuran dengan kapur aktif, dengan maksud menyerap kelembaban dan mencegah pertumbuhan bibit penyakit, pemasangan tirai, tirai dipasang menutupi ruangan agar panas dan kehangatan tetap terjaga serta melindungi DOC dari hembusan angin, persiapan chick guard, pemanas, dan peralatan lainnya, penyemprotan disinfektan untuk kedua kalinya sebelum fumigasi kandang dengan menggunakan formalin dan PK/Kalium Permanganat (KMnO4) dengan perbandingan 1:2. Hal tersebut harus dilakukan agar resiko ayam terkena penyakit dapat ditekan (Suprijatna, 2005).
4)   Bentuk, ukuran kepadatan ayam, dan bahan : Fase starter dipelihara di dalam chick guard, lingkaran chick guard terbuat dari seng setinggi 50 cm, diameter 4,37 m, dan keliling 13,37 m dengan kapasitas 750 ekor. Fungsi chick guard adalah untuk membatasi ruang gerak anak ayam sehingga anak ayam akan selalu ada di sekitar pemanas, pakan, dan minum. 6. Penyediaan dan pemberian litter : Setelah chick guard dipasang kemudian lantai dilapisi dengan sekam sebagai alas litter kemudian dilapisi lagi dengan koran. Hal ini dilakukan agar DOC tidak memakan sekam karena pada masa ini DOC belum mengenal pakan secara baik. Ketebalan sekam yang digunakan adalah ± 10 cm (Suprijatna, 2005).

b.    Pakan dan Minum
DOC yang baru datang pada hari pertama diberi air minum dengan di campur dengan air gula. Pemberian gula setiap 4284 ekor sebanyak 2 kg dan untuk selanjutnya air di berikan secara. Untuk mendukung pertumbuhan DOC pakan diberikan secara ad libitum dan pencahayaan selama 24 jam. Contoh pakan yang digunakan pada fase starter adalah PAR DOC dari PT Japfa Comfeed. Kandungan nutrien pakan PAR DOC (Suprijatna, 2005).

2.    Fase Grower (9-14 minggu)
a.    Kandang : litter digunakan untuk fase grower lantainya diberi sekam padi, fungsi litter sebagai absober atau penyerap cairan kotoran supaya kandang tidak lembab dan basah. Ketebalan litter berkisar 10-15 cm, untuk kandang dengan sistem litter panjang 1m dapat menampung 10 ekor ayam dewasa (Suprijatna, 2005).
b.    Pakan dan Minum : Kebutuhan pakan fase grower sebesar 15 % dan energi metabolisme sebesar 2750 kkal/kg. Fase grower umur tiga minggu pemberian grit kerang mulai dilakukan dengan tujuan membantu proses pencernaan dan mencukupi kebutuhan kalsium (Ca) maupun mineral dalam tulang. Banyaknya pemberian grit disesuaikan dengan umur ayam, berikut adalah manajemen pemberian grit pada ayam Hy-Line Brown (Suprijatna, 2005).
Pemberian air minum secara ad libitum untuk mencapai penggunaan pakan yang efisien dan dan pertumbuhan yang optimal. Campuran air minum yang diberikan adalah air minum yang mengandung vitamin dan antibiotik yang rutin diberikan tiga kali dalam seminggu dengan cara selang-seling dan juga pada saat cuaca yang tidak mendukung maupun setelah vaksinasi (Priyatno, 2004).
c.    Kontrol berat badan : Penimbangan berat badan yang dilakukan terdiri dari timbang sample dan timbang total. Timbang sampel adalah penimbangan berat badan ayam yang dilakukan seminggu sekali dengan menimbang 10% dari populasi satu pen, hal ini dilakukan untuk mengetahui keseragaman bobot badan ayam dalam satu kandang. Sedangkan timbang total adalah penimbangan bobot badan ayam yang dilakukan pada saat ayam berumur 6 dan 15 minggu dengan menimbang seluruh ayam yang ada di kandang. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2003) yang menyatakan bahwa ukuran yang digunakan untuk penimbangan bobot badan adalah 10% dari jumlah ayam yang ada. Tujuan dari penimbangan adalah untuk mengetahui bobot badan standar setiap fase terutama saat akhir grower atau saat akan masuk battery. Hal yang penting dalam kontrol bobot badan adalah dengan melihat keseragaman bobot badan ayam, keseragaman akan berpengaruh pada masa awal produksi. Keseragaman yang baik adalah di atas 80% dimana perbedaan bobot badan ayam satu dengan yang lain tidak terlalu jauh (Rasyaf, 2003).

3.    Pemeliharaan Fase Pullet (14-17 minggu, >1,4 kg)
Ada beberapa standar yang harus dicapai oleh pullet yang baik antara lain:
a.    Standar berat badan yang sesuai dengan umur. Pullet atau pre layer harus memiliki berat badan minimal 1,4 kg pada umur antara 14-17 minggu.
b.    Standar kehidupan dalam suatu populasi adalah 96% - 98%
c.    Standar kematangan seksual. Saat berat badan standar sudah dicapai, diharapkan kematangan seksual juga sudah terjadi pula. Apabila kematangan seksual belum terjadi tetapi sudah dilakukan ganti pakan dan stimulasi sinar, maka dapat mengakibatkan terjadinya prolaps uteri maupun berat telur yang dihasilkan tidak tercapai. Hal ini dikarenakan frame reproduksi ayam belum siap.
d.   Standar perkembangan tembolok. Pullet harus memiliki tembolok yang besar, diharapkan nantinya saat sudah masa produksi bisa mempunyai feed intake yang besar karena bisa menampung pakan yang lebih. Perkembangan tembolok juga sangat tergantung terhadap pemeliharaan pada masa starter dan grower, terutama managemen pakan.
e.    Standar kekebalan tubuh. Hal ini disesuaikan dengan tantangan lapangan yang ada di daerah pemeliharaan agar lebih tahan terhadap agen – agen penyakit yang dapat menurunkan produksi bahkan menimbulkan kematian.
f.     Standar feed intake. Konsumsi pakan ± 7 kg pada umur 1-17 minggu (Nurcholis, 2009).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pullet:
a.    Pindah kandang dari kandang Grower ke kandang Layer paling lambat dilakukan pada umur 16 minggu (3 minggu sebelum produksi).
b.    Semua vaksinasi sudah selesai 10 hari sebelum produksi.
c.    Kehilangan berat badan selama tranfer 5- 12% (100-150 gram).
d.   Puasakan 4 jam sebelum transfer dan 2 jam setelah transfer.
e.    Berikan tambahan sinar sampai 22 jam hari pertama pindah kandang (Nurcholis, 2009).

4.    Fase Layer (18 minggu)
a.    Kandang
Bangunan kandang pemeliharaan ayam ras petelur di Populer Farm menggunakan tipe kandang terbuka ini sesuai dengan pendapat Priyatno (2004), yang mengatakan kandang sebaiknya dibuat dengan sistem dinding terbuka agar hembusan angin dapat masuk dengan leluasa karena hembusan angin yang cukup akan mengurangi udara panas dalam kandang. Tipe kandang terbuka dapat dijumpai di peternakan-peternakan ayam petelur di Indonesia, umumnya ada tiga bentuk, yaitu tipe V, tipe AA, dan tipe W. Bangunan kandang di Populer Farm menggunakan tipe W, V, AA, yang bertujuan agar bisa memuat populasi lebih banyak (Priyatno, 2004).
Kandang battery berbentuk kotak terbuat dari kawat atau bambu. Ukuran setiap kotak 40×30×40, biasanya dibuat rangkaian terdiri dari beberapa buah (4-5 buah) (Suprijatna, 2005). Bangunan kandang pemeliharaan menggunakan kandang sistem battery, yaitu kandang berbentuk sangkar yang disusun berderet, setiap ruangan kandang hanya dapat menampung satu-dua ekor ayam (Piyatno, 2004). Keuntungan sistem ini yaitu tingkat produksi individual dan kesehatan masing-masing ayam dapat dikontrol, memudahkan pengontrolan pakan ayam kanibalisme ayam dapat dihindari dan penyakit tidak mudah menjalar dari satu ayam ke ayam yang lainnya. Suhu untuk ayam petelur berkisar antara 21°-27°C. kelembaban optimal untuk ayam petelur bekisar antara 60%. suhu dan kelembapan yang tinggi sangat berpengaruh pada kepekaannya terhadap penyakit pernapasan (Priyatno, 2004).
b.    Pakan dan Minum
Konsumsi pakan untuk ayam petelur yang sedang berproduksi konsumsi pakan berkisar 100-120 gram/ekor/hari.  Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum dan kebutuhan protein pada ayam petelur, diantaranya faktor tersebut adalah besar dan bangsa, suhu lingkungan, fase produksi, sistem perkandangan (sistem batteray atau lantai), ruang tempat makan perekor, dipotong tidaknya paruh, kepadatan ayam, tersediannya air minum, kesehatan dan kandungan energi dalam ransum. Bentuk tempat pakan akan mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian pakan oleh karena itu tempat pakan yang tidak baik akan menyebabkan banyak ransum yang tumpah. Tempat pakan berbentuk “feeder through” tipe memanjang terbuat dari pipa paralon PVC (Polyvinil Clorida) yang dibelah menjadi dua secara memanjang sama dengan panjang kandang dan diletakkan di depan kandang batteray. Tempat minum adalah “drinker through” tipe memanjang dan disediakan kran di ujung kandang yang disambung dengan pipa kecil yang berfungsi untuk mengalirkan air dari tower ke tempat air minum. Pada ujung yang lainnya ada penyumbat yang terbuat dari plastik untuk menghalangi air agar tidak terus mengalir ke tempat pembuangan. Tempat pakan dan minum tiap pagi sebelum diisi dibersihkan dahulu dengan cara tempat air minum dilap dahulu dengan menggunakan kain lap yang telah dibasahi, sisa air minum dialirkan ke tempat pembuangan di ujung tempat minum. Hal tersebut untuk menghindari tercemarnya pakan dan air minum oleh hewan seperti tikus serta mencegah pertumbuhan kuman penyakit. Kebersihan tempat air pakan dan air minum dapat mempengaruhi produksi telur, karena jika tempat pakan dan air minum kotor konsumsi pakan akan menurun serta dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit yang mengakibatkan gangguan kesehatan pada ayam, menyebabkan produksi telur menurun (Sudarmono, 2003).
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 07.00 dan 16.00 WIB. Antara pukul 11.00-13.00 ayam dipuasakan, hal ini sesuai panduan pemeliharaan strain “Hy-Line Brown”. Pemberian pakan dua kali sehari dilakukan mulai umur 5 minggu, sedangkan antara umur antara umur 0-4 minggu pemberian pakan dilakukan 6-8 kali sehari dengan waktu pemberian pakan yang utama pukul 07.00 dan 16.00 WIB. Tujuan dipuasakan antara lain merangsang nafsu makan yang tinggi saat pertama kali diberi pakan yaitu pada pukul 07.00 dan 16.00 WIB, sehingga diharapkan dapat meningkatkan Feed Intake (FI). Selain itu bertujuan untuk membuang panas. Hal ini terkait apabila tidak dipuasakan atau diberi pakan antara pukul 11.00-13.00 WIB, maka ayam akan menghasilkan panas dari pakan yang dimakan sehingga akan terjadi pemborosan pakan. Khusus pada layer dilakukan pembalikkan pakan yang bertujuan untuk merangsang nafsu makan ayam, dengan pembalikkan seolah-olah ayam diberi pakan baru. Pemberian pakan dilakukan sesering mungkin terutama pada pagi dan sore hari karena di kedua waktu tersebut merupakan waktu terbanyak pakan terkonsumsi oleh ayam (Aziz, 2007).

C.      Sumber Informasi (Daftar Pustaka)
Aziz, Dian. 2007. Mengenal Ayam Petelur. Jakarta : Sinar Cemerlang Abadi

Nurcholis, et.al. 2009. Tatalaksana Pemeliharaan Ayam Ras Petelur Periode Layer di Populer Farm Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota Semarang. Jurnal Ilmu Pertanian VOL 5. NO 2, 2009: HAL 38 – 49.

Priyatno, 2004. Membuat Kandang Ayam. Cetakan ke-8. Jakarta : Penebar Swadaya

Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Petelur. Jakarta : Penebar Swadaya

Sudarmono, A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Yogyakarta : Kanisius

Suprijatna, E., U. Atmowarsono dan R. Katasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya

No comments:

Post a Comment