A.
Merumuskan
Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
Mengetahui
manajemen pemeliharaan ayam layer.
B.
Belajar
Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
Managemen
Pemeliharaan Ayam Layer
1.
Fase
Starter (0-8 minggu, ≤ 600 gram)
a. Kandang
1) Bentuk dan bahan atap : Sistim
perkandangan postal untuk farm starter maupun grower. atap kandang berfungsi untuk
melindungi ayam dari panas dan hujan. Disamping itu atap juga mempengaruhi suhu
dan kelembaban di dalam kandang. Sistim monitor untuk semua bangunan kandang. Atap sistim monitor sangat
menunjang fungsi sirkulasi udara dalam kandang. Bahan atap yang dapat
memantulkan radiasi panas matahari adalah bahan yang cocok dijadikan sebagai
atap kandang. Bahan untuk membuat atap kandang yang baik antara lain adalah
genting dan asbes karena dapat meredam panas (Suprijatna, 2005).
2) Dinding kandang : sistim perkandangan terbuka
dengan anyaman kawat, kayu, atau bambu dengan diameter anyaman ± 2,2 cm
berfungsi sebagai ventilasi. Dilengkapi dengan terpal yang terpasang semi
permanen yang dapat diatur besar kecilnya ventilasi sesuai dengan
keadaan lingkungan kandang. Terbuka dan tertutupnya tirai serta besar kecilnya
sirkulasi udara yang masuk disesuaikan dengan umur ayam (Suprijatna, 2005).
3) Persiapan kandang : Sebelum dilakukan
chick in terlebih dahulu dilakukan persiapan kandang. Persiapan yang
dilakukan sebelum chick in antara lain ; pengeluaran maupun pembersihan
peralatan kandang, penyemprotan obat serangga untuk membunuh serangga maupun
hewan yang bisa menjadi sumber maupun pembawa penyakit, mengeluarkan sekam dari
kandang, pembersihan dinding, langit-langit, dan seluruh sudut kandang dari
kotoran, pencucian menggunakan air detergen dengan maksud menghilangkan
sisa perlemakan dan melemahkan sistim pertahanan bibit penyakit, hal tersebut
juga membantu memaksimalkan kerja disinfekan, penyemprotan dengan disinfektan,
pengapuran dengan kapur aktif, dengan maksud menyerap kelembaban dan mencegah
pertumbuhan bibit penyakit, pemasangan tirai, tirai dipasang menutupi ruangan
agar panas dan kehangatan tetap terjaga serta melindungi DOC dari hembusan
angin, persiapan chick guard, pemanas, dan peralatan lainnya,
penyemprotan disinfektan untuk kedua kalinya sebelum fumigasi kandang dengan
menggunakan formalin dan PK/Kalium Permanganat (KMnO4) dengan
perbandingan 1:2. Hal tersebut harus dilakukan agar resiko ayam terkena
penyakit dapat ditekan (Suprijatna,
2005).
4) Bentuk, ukuran kepadatan ayam, dan
bahan : Fase starter dipelihara di dalam chick guard, lingkaran chick
guard terbuat dari seng setinggi 50 cm, diameter 4,37 m, dan keliling 13,37
m dengan kapasitas 750 ekor. Fungsi chick guard adalah untuk membatasi
ruang gerak anak ayam sehingga anak ayam akan selalu ada di sekitar pemanas,
pakan, dan minum. 6. Penyediaan dan pemberian litter : Setelah chick
guard dipasang kemudian lantai dilapisi dengan sekam sebagai alas litter
kemudian dilapisi lagi dengan koran. Hal ini dilakukan agar DOC tidak
memakan sekam karena pada masa ini DOC belum mengenal pakan secara baik. Ketebalan
sekam yang digunakan adalah ± 10 cm (Suprijatna, 2005).
b. Pakan dan Minum
DOC yang baru datang pada hari pertama diberi air
minum dengan di campur dengan air gula. Pemberian gula setiap 4284 ekor
sebanyak 2 kg dan untuk selanjutnya air di berikan secara. Untuk mendukung
pertumbuhan DOC pakan diberikan secara ad libitum dan pencahayaan selama
24 jam. Contoh pakan yang digunakan pada fase starter adalah PAR DOC
dari PT Japfa Comfeed. Kandungan nutrien pakan PAR DOC (Suprijatna, 2005).
2. Fase Grower (9-14
minggu)
a.
Kandang : litter
digunakan untuk fase grower lantainya diberi sekam padi, fungsi litter
sebagai absober atau penyerap cairan kotoran supaya kandang tidak
lembab dan basah. Ketebalan litter berkisar 10-15 cm, untuk kandang
dengan sistem litter panjang 1m dapat menampung 10 ekor ayam dewasa
(Suprijatna, 2005).
b.
Pakan dan
Minum : Kebutuhan pakan fase grower sebesar 15 % dan energi metabolisme
sebesar 2750 kkal/kg. Fase grower umur tiga minggu pemberian grit
kerang mulai dilakukan dengan tujuan membantu proses pencernaan dan
mencukupi kebutuhan kalsium (Ca) maupun mineral dalam tulang.
Banyaknya pemberian grit disesuaikan dengan umur ayam, berikut adalah
manajemen pemberian grit pada ayam Hy-Line Brown (Suprijatna,
2005).
Pemberian
air minum secara ad libitum untuk mencapai penggunaan pakan yang efisien
dan dan pertumbuhan yang optimal. Campuran air minum yang diberikan adalah air
minum yang mengandung vitamin dan antibiotik yang rutin diberikan tiga
kali dalam seminggu dengan cara selang-seling dan juga pada saat cuaca yang
tidak mendukung maupun setelah vaksinasi (Priyatno, 2004).
c.
Kontrol berat badan : Penimbangan berat badan yang dilakukan terdiri dari
timbang sample dan timbang total. Timbang sampel adalah penimbangan berat badan
ayam yang dilakukan seminggu sekali dengan menimbang 10% dari populasi satu
pen, hal ini dilakukan untuk mengetahui keseragaman bobot badan ayam dalam satu
kandang. Sedangkan timbang total adalah penimbangan bobot badan ayam yang
dilakukan pada saat ayam berumur 6 dan 15 minggu dengan menimbang seluruh ayam
yang ada di kandang. Hal
ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2003) yang menyatakan bahwa ukuran yang
digunakan untuk penimbangan bobot badan adalah 10% dari jumlah ayam yang ada.
Tujuan dari penimbangan adalah untuk mengetahui bobot badan standar setiap fase
terutama saat akhir grower atau saat akan masuk battery. Hal yang penting dalam kontrol bobot badan adalah dengan
melihat keseragaman bobot badan ayam, keseragaman akan berpengaruh pada masa
awal produksi. Keseragaman yang baik adalah di atas 80% dimana perbedaan bobot
badan ayam satu dengan yang lain tidak terlalu jauh (Rasyaf, 2003).
3.
Pemeliharaan Fase Pullet (14-17 minggu, >1,4 kg)
Ada beberapa standar yang harus dicapai oleh pullet yang baik antara
lain:
a.
Standar berat
badan yang sesuai dengan umur. Pullet atau pre layer harus memiliki berat badan
minimal 1,4 kg pada umur antara 14-17 minggu.
b.
Standar
kehidupan dalam suatu populasi adalah 96% - 98%
c.
Standar
kematangan seksual. Saat berat badan standar sudah dicapai, diharapkan
kematangan seksual juga sudah terjadi pula. Apabila kematangan seksual belum
terjadi tetapi sudah dilakukan ganti pakan dan stimulasi sinar, maka dapat
mengakibatkan terjadinya prolaps uteri maupun berat telur yang dihasilkan tidak
tercapai. Hal ini dikarenakan frame reproduksi ayam belum siap.
d.
Standar
perkembangan tembolok. Pullet harus memiliki tembolok yang besar, diharapkan
nantinya saat sudah masa produksi bisa mempunyai feed intake yang besar karena
bisa menampung pakan yang lebih. Perkembangan tembolok juga sangat tergantung
terhadap pemeliharaan pada masa starter dan grower, terutama managemen pakan.
e.
Standar
kekebalan tubuh. Hal ini disesuaikan dengan tantangan lapangan yang ada di
daerah pemeliharaan agar lebih tahan terhadap agen – agen penyakit yang dapat
menurunkan produksi bahkan menimbulkan kematian.
f.
Standar feed
intake. Konsumsi pakan ± 7 kg pada umur 1-17 minggu (Nurcholis, 2009).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam manajemen pullet:
a.
Pindah kandang dari kandang Grower ke kandang
Layer paling lambat dilakukan pada umur 16 minggu (3 minggu sebelum produksi).
b.
Semua vaksinasi sudah selesai 10 hari sebelum
produksi.
c.
Kehilangan berat badan selama tranfer 5- 12%
(100-150 gram).
d.
Puasakan 4 jam sebelum transfer dan 2 jam
setelah transfer.
e.
Berikan tambahan sinar sampai 22 jam hari pertama
pindah kandang (Nurcholis,
2009).
4.
Fase Layer (≥18 minggu)
a.
Kandang
Bangunan kandang pemeliharaan ayam ras petelur di
Populer Farm menggunakan tipe kandang terbuka ini sesuai dengan pendapat
Priyatno (2004), yang mengatakan kandang sebaiknya dibuat dengan sistem dinding
terbuka agar hembusan angin dapat masuk dengan leluasa karena hembusan angin
yang cukup akan mengurangi udara panas dalam kandang. Tipe kandang terbuka
dapat dijumpai di peternakan-peternakan ayam petelur di Indonesia, umumnya ada
tiga bentuk, yaitu tipe V, tipe AA, dan tipe W. Bangunan kandang di Populer Farm
menggunakan tipe W, V, AA, yang bertujuan agar bisa memuat populasi lebih
banyak (Priyatno, 2004).
Kandang battery
berbentuk kotak terbuat dari kawat atau bambu. Ukuran setiap kotak 40×30×40, biasanya dibuat rangkaian terdiri dari beberapa
buah (4-5 buah) (Suprijatna, 2005). Bangunan kandang pemeliharaan menggunakan
kandang sistem battery, yaitu kandang berbentuk sangkar yang disusun berderet,
setiap ruangan kandang hanya dapat menampung satu-dua ekor ayam (Piyatno, 2004).
Keuntungan sistem ini yaitu tingkat produksi individual dan kesehatan
masing-masing ayam dapat dikontrol, memudahkan pengontrolan pakan ayam
kanibalisme ayam dapat dihindari dan penyakit tidak mudah menjalar dari satu
ayam ke ayam yang lainnya. Suhu untuk ayam petelur berkisar antara 21°-27°C.
kelembaban optimal untuk ayam petelur bekisar antara 60%. suhu dan kelembapan
yang tinggi sangat berpengaruh pada kepekaannya terhadap penyakit pernapasan
(Priyatno, 2004).
b. Pakan dan Minum
Konsumsi pakan untuk
ayam petelur yang sedang berproduksi konsumsi pakan berkisar 100-120 gram/ekor/hari. Faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum dan
kebutuhan protein pada ayam petelur, diantaranya faktor tersebut adalah besar
dan bangsa, suhu lingkungan, fase produksi, sistem perkandangan (sistem
batteray atau lantai), ruang tempat makan perekor, dipotong tidaknya paruh,
kepadatan ayam, tersediannya air minum, kesehatan dan kandungan energi dalam
ransum. Bentuk tempat pakan akan mempengaruhi keberhasilan dalam pemberian
pakan oleh karena itu tempat pakan yang tidak baik akan menyebabkan banyak
ransum yang tumpah. Tempat pakan berbentuk “feeder through” tipe
memanjang terbuat dari pipa paralon PVC (Polyvinil Clorida) yang dibelah
menjadi dua secara memanjang sama dengan panjang kandang dan diletakkan di
depan kandang batteray. Tempat minum adalah “drinker through” tipe
memanjang dan disediakan kran di ujung kandang yang disambung dengan pipa kecil
yang berfungsi untuk mengalirkan air dari tower ke tempat air minum. Pada ujung
yang lainnya ada penyumbat yang terbuat dari plastik untuk menghalangi air agar
tidak terus mengalir ke tempat pembuangan. Tempat pakan dan minum tiap pagi
sebelum diisi dibersihkan dahulu dengan cara tempat air minum dilap dahulu
dengan menggunakan kain lap yang telah dibasahi, sisa air minum dialirkan ke
tempat pembuangan di ujung tempat minum. Hal tersebut untuk menghindari
tercemarnya pakan dan air minum oleh hewan seperti tikus serta mencegah
pertumbuhan kuman penyakit. Kebersihan tempat air pakan dan air minum dapat
mempengaruhi produksi telur, karena jika tempat pakan dan air minum kotor
konsumsi pakan akan menurun serta dapat menimbulkan bibit-bibit penyakit yang
mengakibatkan gangguan kesehatan pada ayam, menyebabkan produksi telur menurun
(Sudarmono, 2003).
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari yaitu pukul 07.00
dan 16.00 WIB. Antara pukul 11.00-13.00 ayam dipuasakan, hal ini sesuai panduan
pemeliharaan strain “Hy-Line Brown”. Pemberian pakan dua kali sehari
dilakukan mulai umur 5 minggu, sedangkan antara umur antara umur 0-4 minggu
pemberian pakan dilakukan 6-8 kali sehari dengan waktu pemberian pakan yang
utama pukul 07.00 dan 16.00 WIB. Tujuan dipuasakan antara lain merangsang nafsu
makan yang tinggi saat pertama kali diberi pakan yaitu pada pukul 07.00 dan 16.00
WIB, sehingga diharapkan dapat meningkatkan Feed Intake (FI). Selain itu
bertujuan untuk membuang panas. Hal ini terkait apabila tidak dipuasakan atau
diberi pakan antara pukul 11.00-13.00 WIB, maka ayam akan menghasilkan panas
dari pakan yang dimakan sehingga akan terjadi pemborosan pakan. Khusus pada layer
dilakukan pembalikkan pakan yang bertujuan untuk merangsang nafsu makan
ayam, dengan pembalikkan seolah-olah ayam diberi pakan baru. Pemberian pakan
dilakukan sesering mungkin terutama pada pagi dan sore hari karena di kedua
waktu tersebut merupakan waktu terbanyak pakan terkonsumsi oleh ayam (Aziz,
2007).
C.
Sumber Informasi
(Daftar Pustaka)
Aziz, Dian. 2007. Mengenal Ayam Petelur. Jakarta
: Sinar Cemerlang Abadi
Nurcholis,
et.al. 2009. Tatalaksana Pemeliharaan
Ayam Ras Petelur Periode Layer di Populer Farm Desa Kuncen Kecamatan Mijen Kota
Semarang. Jurnal Ilmu Pertanian VOL 5. NO
2, 2009: HAL 38 – 49.
Priyatno, 2004. Membuat Kandang Ayam. Cetakan ke-8. Jakarta : Penebar Swadaya
Rasyaf, M. 2003. Beternak Ayam Petelur. Jakarta
: Penebar Swadaya
Sudarmono,
A. S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Petelur. Yogyakarta : Kanisius
Suprijatna, E., U. Atmowarsono dan R.
Katasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya
No comments:
Post a Comment