A.
Merumuskan
Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1. Mengetahui
cara pemuliaan ayam domestik.
2. Mengetahui
cara pelestarian plasma nutfah.
B.
Belajar
Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1.
Pemuliaan
Ayam Domestik
Pemuliaan ternak atau dalam
bahasa Inggris disebut Animal Breeding merupakan aplikasi dari genetika dalam upaya
meningkatkan produktivitas ternak. Pemuliaan ternak akan
meningkatkan mutu genetik ternak, sehingga dapat:
·
Menghasilkan bibit unggul
·
Meningkatkan produksi
·
Memperbaiki kualitas produk
·
Memperbaiki reproduksi
·
Meningkatkan populasi
·
Menambah nilai ekonomis ternak
·
Memperbaiki efisiensi dan konversi pakan
·
Meningkatkan pendapatan (Sudaryani, 2003).
a. Arti Penting Peningkatan Mutu
Genetik
P - G + E
Keterangan:
1)
P = Fenotip
Fenotip merupakan ampilan luar atau sifat yang
muncul sebagai hasil ekspresi suatu gen. Tampilan produksi merupakan kerja
bersama (interaksi) antara faktor genetik dan lingkungan. Jika potensi gen
(mutu genetik) ternak baik dan didukung oleh lingkungan yang sesuai, maka
produksi optimal. Fenotip tidak pernah melampaui potensi maksimal genotip.
2)
G = Genotip / Genetik
Genotip merupakan susunan genetik yang ada pada
individu. Susunan gen ini ada dalam setiap sel individu. Gen ada yang mudah
dipengaruhi oleh lingkungan dan ada pula yang sedikit dipengaruhi linkungan
dalam mengekspresikan suatu sifat/karakteristik.
3)
E = Environment (Lingkungan)
Lingkungan meliputi semua faktor luar tubuh yang menentukan
ekspresi gen atau menentukan fenotip. Macam lingkungan : temporer dan permanen.
Berinteraksi dengan genotip untuk memunculkan suatu sifat. Lingkungan bisa
bersifat alami dan buatan manusia (manipulasi) (Rahmat, 2010).
b. Cara Peningkatan Mutu Genetik
1) Seleksi
Seleksi
adalah istilah dalam pemilihan ternak yang menggambarkan proses pemilihan
secara sistematis ternak-ternak dari suatu populasi untuk dijadikan induk pada
generasi berikutnya.
a) Metode Seleksi
(1) Seleksi Individual (Mass Selection) à
untuk ternak bibit yang didasarkan pada catatan produktifitas masing-masing
ternak.
Seleksi ini sering dilakukan jika Fenotip ternak yang bersangkutan
bisa diukur baik pada jantan atau betina dan nilai heritabilitas atau keragaman
genetik tinggi.
(2) Seleksi Kekerabatan (Family
Selection) à seleksi atas dasar performans kerabat-kerabatnya.
Seleksi keluarga biasa dilakukan apabila nilai heritabilitas
rendah, ternak betina banyak menghasilkan keturunan, dan ternak diberi
perlakuan khusus sehingga tidak bisa dipakai sebagai ternak pengganti.
(3) Uji Zuriat (Uji Keturunan/Progeny Test)
Uji
zuriat adalah suatu uji terhadap seekor atau sekelompok ternak
berdasarkan performan atau penampilan dari anak-anaknya. Uji ini lazimnya
dilakukan untuk evaluasi pejantan (Okariyadi, 2010).
Dugaan Kemajuan seleksi dapat diduga dengan rumus sebagai berikut
:
R = Sxh2
R = Dugaan kemajuan seleksi per generasi
S = Seleksi diferensial
h2 = Heritabilitas (Rahmat,
2010).
b) Kriteria Seleksi pada Ayam Petelur
Tujuan utama pemuliaan ayam petelur adalah produksi telur,
kriteria seleksi yang dipertimbangkan dalam suatu program pemuliaan untuk ayam
petelur adalah :
(1) Jumlah Telur à
Hen-Day Production dan Hen-Housed Production
(2) Umur pertama bertelur
(3) Berat telur
(4) Efisiensi pakan
(5) Kualitas Telur à
misalnya kekuatan/ketebalan kerabang, kualitas albumin, blood spots, dan warna kulit
(6) Persistensi produksi
(7) Daya tahan terhadap penyakit
(8) Adaptasi terhadap lingkungan yang spesifik
(9) Daya tetas dan mortalitas (bibit) (Okariyadi, 2010).
c) Kriteria Seleksi pada Ayam Pedaging
Tujuan
pemuliaan ayam pedaging adalah untuk produksi daging sebanyak dan secepat
mungkin. Kriteria seleksi yang dipertimbangkan dalam suatu program pemuliaan
adalah :
(1) Pertumbuhan
(2) Produksi daging/karkas/daging dada
(3) Efisiensi pakan
(4) Konformasi tubuh
(5) Mortalitas
(6) Perlemakan
(7) Produksi telur, fertilitas,
daya tetas (breeder) (Okariyadi,
2010).
2) Sistem Perkawinan
Sistem
perkawinan yang paling banyak digunakan dalam penerapan pemuliaan ternak adalah
perkawinan silang. ada 2 macam teknik utama
persilangan, yaitu:
a)
Persilangan antar
individu yang berkerabat (Inbreeding)
Biak dalam (Inbreeding) adalah perkawinan antara individu yang
mempunyai hubungan kekerabatan. Suatu individu dikatakan tidak berkerabat lagi
apabila tidak mempunyai tetua bersama setelah generasi ke lima atau ke enam.
Dengan demikian, perkawinan dikatakan berkerabat atau Inbreeding apabila
individu-individu tersebut mempunyai tetua bersama sekitar 4 generasi
diatasnya. Secara umum, Inbreeding akan menurunkan performans seperti : daya
tahan tubuh, resistensi penyakit,
efisiensi reproduksi, dan daya hidup. Selain itu, Inbreeding juga akan
meningkatkan abnormalitas dan kematian untuk sifat yang dalam keadaan homozigot
bersifat letal.
b)
Persilangan antar individu yang tidak berkerabat (Out Crossing)
(1)
Biak Silang (Cross Breeding)
Cross breeding adalah persilangan antar ternak yang tidak sebangsa
Jenis persilangan ini memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak,
dengan kegunaan-kegunaan saling
substitusi sifat yang diinginkan dan memanfaatkan keunggulan ternak dalam
keadaan hetrozigot (Hybrid Vigor).
(2)
Biak Silang luar (Out
Breeding)
Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu
bangsa tetapi tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossing
adalah untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam.
(3)
Biak Tingkat (Grading Up)
Grading up adalah persilangan balik yang terus menerus yang
diarahkan terhadap suatu bangsa ternak tertentu. Tujuan Grading Up adalah untuk
memperbaiki ternak yang produktivitasnya dianggap rendah, sedangkan kerugiannya
adalah dapat menyebabkan kepunahan (Sudaryani, 2003).
c. Cara Breeding Unggas Komersil
Breeding unggas meliputi:
1) Breeding Primer
Pembibitan yang mengembangkan
dan menyeleksi strain ayam yang dapat memenuhi kebutuhan breeder
sekunder (GP) sesuai preferensi konsumen (daging dan telur). Strain ayam yang
dikembangkan biasanya galur murni (pure lines), yang selanjutnya
dikembangkan lagi oleh GGP (Great Grand Parent) breeding farm.
Hasil dari GPP akan dikembangkan lebih lanjut oleh GP breeding farm.
a) Galur Ayam
Petelur
·
Galur Petelur Putih (White-Egg Lines)à galur ayam dengan kerabang telur putih
·
Galur Petelur Coklat (Brown-Egg Lines) à galur
ayam dengan dengan kerabang telur coklat
b) Galur Ayam
Pedaging
·
Female
Meat Lines (Galur Pedaging Betina) à GGP betina
·
Male Meat
Lines (Galur Pedaging Jantan) à GGP jantan
2) Breeding Sekunder (Multiplier)
Pembibitan sekunder biasanya
beroperasi pada level GP (Grand Parent)
dan/atau PS (Parent Stock) dan
mengembangkan ayam bibit untuk memenuhi kebutuhan PS dan/atau FS
(Final Stock). Hasil dari PS, yaitu FS yang akan dikembangkan
lebih lanjut oleh peternak ayam komersial.
a) Breeding
layer
·
Petelur dengan kerabang telur coklat
·
Petelur dengan kerabang telur putih
b) Breeding
broiler (berdasarkan pola pertumbuhan)
·
Fast growing (slow feathering) broiler
breeding
·
Slow growing (fast feathering) broiler
breeding (Sudaryani, 2003).
3) Final Stocks (FS)
Ayam
Komersial yang dihasilkan oleh PS (Rahmat, 2010).
d.
Parameter
Keberhasilan Pemuliaan
Heritabilitas merupakan
parameter paling penting dalam pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai
heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat
yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat
menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi
ini seleksi fenotipik individu sangat efektif, sedangkan jika nilai
heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan kelompok (Rahmat, 2010).
Sebagaimana diketahui
bahwa fenotipe pada seekor ternak ditentukan oleh faktor genetik dan non genetik.
Faktor genetik merupakan faktor yang mendapatkan perhatian pemulia ternak,
karena faktor genetik tersebut diwariskan dari generasi tetua kepada anaknya.
Selanjutnya perlu diketahui sampai sejauh mana fenotipe seekor ternak dapat
digunakan sebagai indikator dalam menduga mutu genetik ternak. Untuk itulah
kemudian dikembangkan suatu konsep berupa koefesien yang dikenal dengan
heritabilitas
Sejak dulu selalu timbul
pertanyaan tentang bagaimana sifat-sifat yang menguntungkan dari individu
superior ditransmisikan pada anak-anaknya. Pendugaan nilai heritabilitas dapat
membantu kita dalam menjawab pertanyaan penting tersebut. Modul ini menjelaskan
defenisi heritabilitas, metode pendugaan heritabilitas dan pengaruh
heritabilitas terhadap perubahan performans ternak (Rahmat, 2010).
Heritabilitas merupakan
salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode
seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan
bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan
genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan
perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik. Ragam fenotipik
dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Rahmat, 2010).
2.
Pelestarian
Plasma Nutfah
Pada program
pelestarian plasma nutfah, tidak ada upaya pembentukan sifat tertentu, maka
upaya yang dilakukan adalah menghindari perkawinan antar spesies (hybrid),
dan seleksi individu unggul terjadi secara alami dengan selalu terjadi
pergantian pejantan tangguh. Pada hewan monogami, untuk menghindari sifat buruk
muncul pada turunannya, maka perkawinan biasanya selalu terjadi antar keluarga
dan jarang dari keluarga yang sama (Lasley, 1998).
Program
pengelolaan plasma nutfah ternak meliputi kegiatan eksplorasi, karakterisasi,
evaluasi, konservasi dan dokumentasi (pengembangan database plasma nutfah).
a. Eksplorasi
Eksplorasi terhadap
ternak-ternak lokal dilakukan untuk menginventarisasi berbagai macam rumpun
ternak lokal yang ada, populasi dan penyebarannya saat ini. Dari kegiatan ini
beberapa rumpun ternak yang tidak atau kurang dikenal berhasil diidentifikasi.
Metode yang digunakan adalah Koleksi Umum (General Collection), yaitu
pengambilan spesimen dari jalur yang dilalui tanpa dibatasi pada pemilihan spesies
atau genus tertentu atau tidak tergantung pada karakter wilayah yang khas.
b.
Karakterisasi dan Evaluasi
Untuk melihat potensi
produksi berbagai komoditas ternak telah dilakukan beberapa kegiatan
karakterisasi dan evaluasi. Karakterisasi berbagai komoditas ternak dilakukan
untuk beberapa sifat fisik yang menjadi ciri khas bangsa/rumpun ternak.
Beberapa komoditas yang telah dikarakterisasi antara lain ayam Pelung, ayam
Sentul, itik Mojosari, itik Alabio, dll. Kegiatan evaluasi menempati porsi
terbesar kegiatan yang dilakukan untuk berbagai komoditas ternak. Evaluasi
terhadap sifat-sifat produksi seperti capaian bobot badan pada umur tertentu,
pertambahan bobot badan, konversi pakan, sifat karkas, dan sifat-sifat
reproduksi.
c. Konservasi
Kebijakan
pelestarian ternak di Indonesia dilakukan dengan cara in-situ (pelestarian
ternak di tempat asal ternak berada) dan ex-situ (pelestarian ternak di luar
lokasi asal ternak berada). Pelestarian sumberdaya genetik ternak secara
in-situ merupakan upaya pelestarian yang dilakukan terhadap ternak sekaligus
lingkungan dan sifat-sifat khasnya dimana cara pelestarian ini relatif lebih
efisien dan berdampak langsung terhadap masyarakat luas. Pelestarian ex-situ
dengan cara kriokonservasi spermatozoa dan embrio, biasa dilakukan untuk
mendukung pelestarian in-situ. Beberapa macam rumpun ternak lokal dalam jumlah
terbatas dikoleksi dan dievaluasi di stasiun percobaan sebagai kegiatan
pendukung karakterisasi yang dilakukan di tempat asal ternak berada. Beberapa
rumpun ternak lokal yang saat ini masih terdapat di stasiun percobaan antara
lain ayam Pelung, ayam Cemani, ayam Sentul, itik Mojosari, itik Alabio, itik
Pegagan, itik Bali, dll.
d.
Dokumentasi
Data dan informasi hasil kegiatan
eksplorasi, karakterisasi dan evaluasi pada ternak didokumentasi dalam bentuk
database. Kebutuhan dokumentasi data yang terkomputerisasi dirasakan sangat
penting sejalan dengan bertambahnya jumlah data yang dihasilkan dari kegiatan
pengelolaan plasma nutfah dan kebutuhan akses informasi plasma nutfah ternak
dan tanaman pakan ternak oleh pihak membutuhkan informasi (Suprijatna, 2005).
C.
Sumber Informasi
(Daftar Pustaka)
Lasley,
J. F. 1998. Genetics of Livestock
Improvement. New Jersey : Prentice Hall
Okariyadi, I.D.K.
2010. Ilmu Pemuliaan Ternak. Denpasar
: Universitas Udayana
Rahmat, D. 2010. Model Pola Pemuliaan Ternak
Berkelanjutan. Bandung : Universitas Padjajaran
Sudaryani, T.
dan Santosa. 2003. Pembibitan Ayam Ras.
Jakarta : Penebar Swadaya
Suprijatna, E. Umiyati, A., Ruhyat, K. 2005. Ilmu
Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya
No comments:
Post a Comment