Tuesday, 18 November 2014

BLOK 20 UP 6



A.   Merumuskan Sasaran / Tujuan Belajar / Learning Objectives
1.    Mengetahui cara pemuliaan ayam domestik.
2.    Mengetahui cara pelestarian plasma nutfah.


B.   Belajar Mandiri (Mengumpulkan Informasi)
1.    Pemuliaan Ayam Domestik
Pemuliaan ternak atau dalam bahasa Inggris disebut Animal Breeding merupakan  aplikasi dari genetika dalam upaya meningkatkan produktivitas ternak. Pemuliaan ternak akan meningkatkan mutu genetik ternak, sehingga dapat:
·      Menghasilkan bibit unggul
·      Meningkatkan produksi
·      Memperbaiki kualitas produk
·      Memperbaiki reproduksi
·      Meningkatkan populasi
·      Menambah nilai ekonomis ternak
·      Memperbaiki efisiensi dan konversi pakan
·      Meningkatkan pendapatan (Sudaryani, 2003).

a.    Arti Penting Peningkatan Mutu Genetik
             P - G + E
Keterangan:
1)   P = Fenotip
Fenotip merupakan ampilan luar atau sifat yang muncul sebagai hasil ekspresi suatu gen. Tampilan produksi merupakan kerja bersama (interaksi) antara faktor genetik dan lingkungan. Jika potensi gen (mutu genetik) ternak baik dan didukung oleh lingkungan yang sesuai, maka produksi optimal. Fenotip tidak pernah melampaui potensi maksimal genotip.
2)   G = Genotip / Genetik
Genotip merupakan susunan genetik yang ada pada individu. Susunan gen ini ada dalam setiap sel individu. Gen ada yang mudah dipengaruhi oleh lingkungan dan ada pula yang sedikit dipengaruhi linkungan dalam mengekspresikan suatu sifat/karakteristik.
3)   E = Environment (Lingkungan)
Lingkungan meliputi semua faktor luar tubuh yang menentukan ekspresi gen atau menentukan fenotip. Macam lingkungan : temporer dan permanen. Berinteraksi dengan genotip untuk memunculkan suatu sifat. Lingkungan bisa bersifat alami dan buatan manusia (manipulasi) (Rahmat, 2010).

b.   Cara Peningkatan Mutu Genetik
1)   Seleksi
Seleksi adalah istilah dalam pemilihan ternak yang menggambarkan proses pemilihan secara sistematis ternak-ternak dari suatu populasi untuk dijadikan induk pada generasi berikutnya.
a)    Metode Seleksi
(1)   Seleksi Individual (Mass Selection) à untuk ternak bibit yang didasarkan pada catatan produktifitas masing-masing ternak.
Seleksi ini sering dilakukan jika Fenotip ternak yang bersangkutan bisa diukur baik pada jantan atau betina dan nilai heritabilitas atau keragaman genetik tinggi.
(2)   Seleksi Kekerabatan (Family Selection) à seleksi atas dasar performans kerabat-kerabatnya.
Seleksi keluarga biasa dilakukan apabila nilai heritabilitas rendah, ternak betina banyak menghasilkan keturunan, dan ternak diberi perlakuan khusus sehingga tidak bisa dipakai sebagai ternak  pengganti.
(3)   Uji Zuriat (Uji Keturunan/Progeny Test)
Uji  zuriat adalah suatu uji terhadap seekor atau sekelompok ternak berdasarkan performan atau penampilan dari anak-anaknya. Uji ini lazimnya dilakukan untuk evaluasi pejantan (Okariyadi, 2010).

Dugaan Kemajuan seleksi dapat diduga dengan rumus sebagai berikut :
         R = Sxh2
R   = Dugaan kemajuan seleksi per generasi
S    = Seleksi diferensial
h2 = Heritabilitas (Rahmat, 2010).

b)   Kriteria Seleksi pada Ayam Petelur
Tujuan utama pemuliaan ayam petelur adalah produksi telur, kriteria seleksi yang dipertimbangkan dalam suatu program pemuliaan untuk ayam petelur adalah :
(1)   Jumlah Telur à Hen-Day Production dan Hen-Housed Production
(2)   Umur pertama bertelur
(3)   Berat telur
(4)   Efisiensi pakan
(5)   Kualitas Telur à misalnya kekuatan/ketebalan kerabang, kualitas albumin, blood spots, dan warna kulit 
(6)   Persistensi produksi
(7)   Daya tahan terhadap penyakit
(8)   Adaptasi terhadap lingkungan yang spesifik
(9)   Daya tetas dan mortalitas (bibit) (Okariyadi, 2010).
c)    Kriteria Seleksi pada Ayam Pedaging
Tujuan pemuliaan ayam pedaging adalah untuk produksi daging sebanyak dan secepat mungkin. Kriteria seleksi yang dipertimbangkan dalam suatu program pemuliaan adalah :
(1)   Pertumbuhan
(2)   Produksi daging/karkas/daging dada
(3)   Efisiensi pakan
(4)   Konformasi tubuh
(5)   Mortalitas
(6)   Perlemakan
(7)   Produksi telur,  fertilitas, daya tetas (breeder)  (Okariyadi, 2010).

2)   Sistem Perkawinan
Sistem perkawinan yang paling banyak digunakan dalam penerapan pemuliaan ternak adalah perkawinan silang. ada 2 macam teknik utama persilangan, yaitu:
a)   Persilangan antar individu yang berkerabat (Inbreeding)
Biak dalam (Inbreeding) adalah perkawinan antara individu yang mempunyai hubungan kekerabatan. Suatu individu dikatakan tidak berkerabat lagi apabila tidak mempunyai tetua bersama setelah generasi ke lima atau ke enam. Dengan demikian, perkawinan dikatakan berkerabat atau Inbreeding apabila individu-individu tersebut mempunyai tetua bersama sekitar 4 generasi diatasnya. Secara umum, Inbreeding akan menurunkan performans seperti : daya tahan tubuh,  resistensi penyakit, efisiensi reproduksi, dan daya hidup. Selain itu, Inbreeding juga akan meningkatkan abnormalitas dan kematian untuk sifat yang dalam keadaan homozigot bersifat letal. 
b)   Persilangan antar individu yang tidak berkerabat (Out Crossing)
(1)   Biak Silang (Cross Breeding)
Cross breeding adalah persilangan antar ternak yang tidak sebangsa Jenis persilangan ini memegang peranan penting dalam pemuliaan ternak, dengan  kegunaan-kegunaan saling substitusi sifat yang diinginkan dan memanfaatkan keunggulan ternak dalam keadaan hetrozigot (Hybrid Vigor).
(2)   Biak Silang luar (Out Breeding)
Out crossing adalah persilangan antara ternak dalam yang satu bangsa tetapi tidak mempunyai hubungan kekerabatan. Tujuan utama out crossing adalah untuk menjaga kemurnian bangsa ternak tertentu tanpa silang dalam.
(3)   Biak Tingkat (Grading Up)
Grading up adalah persilangan balik yang terus menerus yang diarahkan terhadap suatu bangsa ternak tertentu. Tujuan Grading Up adalah untuk memperbaiki ternak yang produktivitasnya dianggap rendah, sedangkan kerugiannya adalah dapat menyebabkan kepunahan (Sudaryani, 2003).

c.    Cara Breeding Unggas Komersil

Breeding unggas meliputi:
1)   Breeding Primer
Pembibitan yang mengembangkan dan menyeleksi strain ayam yang dapat memenuhi kebutuhan breeder sekunder (GP) sesuai preferensi konsumen (daging dan telur). Strain ayam yang dikembangkan biasanya galur murni (pure lines), yang selanjutnya dikembangkan lagi oleh GGP (Great Grand Parent) breeding farm. Hasil dari GPP akan dikembangkan lebih lanjut oleh GP breeding farm.
a)   Galur Ayam Petelur
·      Galur Petelur Putih (White-Egg Lines)à galur ayam dengan kerabang telur putih
·      Galur Petelur Coklat (Brown-Egg Lines) à galur ayam dengan dengan kerabang telur coklat
b)   Galur Ayam Pedaging
·      Female Meat Lines (Galur Pedaging Betina) à GGP betina 
·      Male Meat Lines (Galur Pedaging Jantan) à GGP jantan

2)   Breeding Sekunder (Multiplier)
Pembibitan sekunder biasanya beroperasi pada level GP (Grand Parent) dan/atau PS (Parent Stock) dan mengembangkan ayam bibit untuk memenuhi kebutuhan PS dan/atau FS (Final Stock). Hasil dari PS, yaitu FS yang akan dikembangkan lebih lanjut oleh peternak ayam komersial.
a)   Breeding layer
·       Petelur dengan kerabang telur coklat
·       Petelur dengan kerabang telur putih
b)   Breeding broiler (berdasarkan pola pertumbuhan)
·       Fast growing (slow feathering) broiler breeding
·       Slow growing (fast feathering) broiler breeding (Sudaryani, 2003).
3)   Final Stocks (FS)
Ayam Komersial yang dihasilkan oleh PS (Rahmat, 2010).



d.      Parameter Keberhasilan Pemuliaan
Heritabilitas merupakan parameter paling penting dalam pemuliaan ternak. Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi peningkatan sifat yang diperoleh setelah seleksi. Tingginya nilai heritabiltas suatu sifat menunjukkan tingginya korelasi ragam fenotipik dan ragam genetik. Pada kondisi ini seleksi fenotipik individu sangat efektif, sedangkan jika nilai heritabilitas rendah, maka sebaiknya seleksi dilakukan berdasarkan kelompok (Rahmat, 2010).
Sebagaimana diketahui bahwa fenotipe pada seekor ternak ditentukan oleh faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik merupakan faktor yang mendapatkan perhatian pemulia ternak, karena faktor genetik tersebut diwariskan dari generasi tetua kepada anaknya. Selanjutnya perlu diketahui sampai sejauh mana fenotipe seekor ternak dapat digunakan sebagai indikator dalam menduga mutu genetik ternak. Untuk itulah kemudian dikembangkan suatu konsep berupa koefesien yang dikenal dengan heritabilitas
Sejak dulu selalu timbul pertanyaan tentang bagaimana sifat-sifat yang menguntungkan dari individu superior ditransmisikan pada anak-anaknya. Pendugaan nilai heritabilitas dapat membantu kita dalam menjawab pertanyaan penting tersebut. Modul ini menjelaskan defenisi heritabilitas, metode pendugaan heritabilitas dan pengaruh heritabilitas terhadap perubahan performans ternak (Rahmat, 2010).
Heritabilitas merupakan salah satu pertimbangan paling penting dalam melakukan evaluasi ternak, metode seleksi dan sistem perkawinan. Secara lebih spesifik heritabilitas merupakan bagian dari keragaman total pada sifat-sifat yang disebabkan oleh perbedaan genetik diantara ternak-ternak yang diamati. Heritabilitas merupakan perbandingan antara ragam genetik terhadap ragam fenotipik. Ragam fenotipik dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan (Rahmat, 2010).

2.    Pelestarian Plasma Nutfah
Pada program pelestarian plasma nutfah, tidak ada upaya pembentukan sifat tertentu, maka upaya yang dilakukan adalah menghindari perkawinan antar spesies (hybrid), dan seleksi individu unggul terjadi secara alami dengan selalu terjadi pergantian pejantan tangguh. Pada hewan monogami, untuk menghindari sifat buruk muncul pada turunannya, maka perkawinan biasanya selalu terjadi antar keluarga dan jarang dari keluarga yang sama (Lasley, 1998).
Program pengelolaan plasma nutfah ternak meliputi kegiatan eksplorasi, karakterisasi, evaluasi, konservasi dan dokumentasi (pengembangan database plasma nutfah).
a.       Eksplorasi
Eksplorasi terhadap ternak-ternak lokal dilakukan untuk menginventarisasi berbagai macam rumpun ternak lokal yang ada, populasi dan penyebarannya saat ini. Dari kegiatan ini beberapa rumpun ternak yang tidak atau kurang dikenal berhasil diidentifikasi. Metode yang digunakan adalah Koleksi Umum (General Collection), yaitu pengambilan spesimen dari jalur yang dilalui tanpa dibatasi pada pemilihan spesies atau genus tertentu atau tidak tergantung pada karakter wilayah yang khas.
b.      Karakterisasi dan Evaluasi
Untuk melihat potensi produksi berbagai komoditas ternak telah dilakukan beberapa kegiatan karakterisasi dan evaluasi. Karakterisasi berbagai komoditas ternak dilakukan untuk beberapa sifat fisik yang menjadi ciri khas bangsa/rumpun ternak. Beberapa komoditas yang telah dikarakterisasi antara lain ayam Pelung, ayam Sentul, itik Mojosari, itik Alabio, dll. Kegiatan evaluasi menempati porsi terbesar kegiatan yang dilakukan untuk berbagai komoditas ternak. Evaluasi terhadap sifat-sifat produksi seperti capaian bobot badan pada umur tertentu, pertambahan bobot badan, konversi pakan, sifat karkas, dan sifat-sifat reproduksi.
c.    Konservasi
Kebijakan pelestarian ternak di Indonesia dilakukan dengan cara in-situ (pelestarian ternak di tempat asal ternak berada) dan ex-situ (pelestarian ternak di luar lokasi asal ternak berada). Pelestarian sumberdaya genetik ternak secara in-situ merupakan upaya pelestarian yang dilakukan terhadap ternak sekaligus lingkungan dan sifat-sifat khasnya dimana cara pelestarian ini relatif lebih efisien dan berdampak langsung terhadap masyarakat luas. Pelestarian ex-situ dengan cara kriokonservasi spermatozoa dan embrio, biasa dilakukan untuk mendukung pelestarian in-situ. Beberapa macam rumpun ternak lokal dalam jumlah terbatas dikoleksi dan dievaluasi di stasiun percobaan sebagai kegiatan pendukung karakterisasi yang dilakukan di tempat asal ternak berada. Beberapa rumpun ternak lokal yang saat ini masih terdapat di stasiun percobaan antara lain ayam Pelung, ayam Cemani, ayam Sentul, itik Mojosari, itik Alabio, itik Pegagan, itik Bali, dll.
d.   Dokumentasi
Data dan informasi hasil kegiatan eksplorasi, karakterisasi dan evaluasi pada ternak didokumentasi dalam bentuk database. Kebutuhan dokumentasi data yang terkomputerisasi dirasakan sangat penting sejalan dengan bertambahnya jumlah data yang dihasilkan dari kegiatan pengelolaan plasma nutfah dan kebutuhan akses informasi plasma nutfah ternak dan tanaman pakan ternak oleh pihak membutuhkan informasi (Suprijatna, 2005).
C.    Sumber Informasi (Daftar Pustaka)
Lasley, J. F. 1998. Genetics of Livestock Improvement. New Jersey : Prentice Hall
Okariyadi, I.D.K. 2010. Ilmu Pemuliaan Ternak. Denpasar : Universitas Udayana
Rahmat, D. 2010. Model Pola Pemuliaan Ternak Berkelanjutan. Bandung : Universitas Padjajaran
Sudaryani, T. dan Santosa. 2003. Pembibitan Ayam Ras. Jakarta : Penebar Swadaya
Suprijatna, E. Umiyati, A., Ruhyat, K. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Jakarta : Penebar Swadaya

No comments:

Post a Comment