LEARNING OBJECTIVE
1. Mengetahui Furunculosis dan MAS meliputi etiologi, patogenesis, gejala klinis, diagnosa
2. Menegetahui bentuk sediaan obat pada ikan
3. Mengetahui pencegahan furonculosis dan MAS
PEMBAHASAN
1. Furunculosis
Etiologi. Merupakan bakteri gram negative, dapat bertahan di air sushu 10˚ C, non-motile, oksidase positif, fermentative, fakultatif anaerob, koloni tumbuh pada agar dalam 2 -5 selama inkubasi, suhu optimal pertumbuhan 22 – 25 ˚C dan tidak akan tumbuh pada suhu 37oC di atas 10 hari serta menghasilkan pigmen yang berwarna kecoklatan. A. salmonicida juga dibagi menjadi 2 jenis yaitu typical dan atypical. Strain typical mempunyai inang dominan ikan-ikan salmonid dan menyebabkan penyakit furunculosis dengan gejala klinis yang khas sedang strain atypical mempunyai karakteristik memiliki banyak variasi dari sifat fisiologi, biokimia dan serologi serta ketahanan terhadap antibiotik (Bjarnheidur, 1998 ; Jawetz, 2005).
Phatogenesis. Penularan melalui air yang terkontaminasi, air yang sudah terkontaminasi dengan bakteri A. salmonicida tetap digunakan untuk mengairi kolam maka ikan-ikan yang sehat akan terkontaminasi. Selain itu, penularan dapat diakibatkan ikan karier, yaitu ikan yang memang sudah membawa agen pathogen. Jika ikan terdapat luka ini bergabung dengan ikan yang sehat, melakukan interaksi, dan bersenggolan, maka ikan yang sehat akan terkontaminasi pathogen sehingga akan ikut sakit. Apalagi ikan mengalami luka pada kulitnya. Ikan karier juga dapat menularkan penyakit ini melalui kotoran, yang mana dikeluarkan ikan karier mengandung bakteri yang mencemari air dan akhirnya mengkontaminasi ikan (Kordi,2004).
Gejala Klinis. Warna tubuhnya berubah agak gelap, kulitnya menjadi kasat dan timbul perdarahan yang selanjutnya akan menjadi borok (hemoragi), kemampuan berenangnya menurun dan sering mengambil oksigen di permukaan air karena insangnya rusak sehingga sulit bernapas, perdarahan pada organ bagian dalam seperti hati, ginjal maupun limpa, sering pula terlihat perutnya agak kembung (dropsi), seluruh siripnya rusak dan insangnya menjadi berwarna keputih-putihan, mata rusak dan agak menonjol (exopthalmia), lesi furunkulosis, fregmentasi otot, ingsang hyperplasia. Gejala klinis yang tampak saat menyerang sistemik (internal) dapat menyebabkan dropsy atau hydrops. Dropsy terjadi ketika aliran cairan tubuh terhenti dan merembes keluar dari kapiler dan masuk ke dalam jaringan, rongga tubuh dan rongga mata (Bjarnheidur, 1998).
Diagnosa . Berdasarka gejala klinis, isolasi dari lesi pada kulit, darah ataupun ginjal ikan yang terinfeksi pada media agar darah , brain heart infusion agar (BHIA) dengan serum 15 % atau triptone soya agar (TSA). Lebih komplit dengan coomassie brilliant blue (CBB), koloni berwarna biru setelah inkubasi 2-7 hari. Koloni berukuran kecil, circular dan raised (Bjarnheidur, 1998).
Terapi dan Pencegahan. Pemberian antimicrobial seperti asam oxolinic, oxytetracycline dan trimethoprim-sulfamethoxazol.
MAS (Motile Aeromonas Septicaemia)
Etiologi. Menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS), Hemorrhagic Septicemia, Ulcer Disease atau Red-Sore Disease. Merupakan bakteri gram negative, berbentuk batang, motil dengan satu flagel (monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya, berukuran 1-4 x 0,4-1 mikron, fakultatif aerobik, tidak berspora habitat utama di air tawar dan bersifat oportunis saat system imun menurun akibat stres. Bakteri ini juga merupakan flora normal pada saluarn digesti ikan (usus), tumbuh pada temperatur 37 oC dan NaCl 4%, Endotoksin berupa lipopolisakarida komplek. Lipid A bertanggung jawab terhadap toksisitas, sel yang rusak oleh toksin A. hydrophilla akan mengalami degenerasi atau nekrosis sehingga akan melepaskan enzim yang menyebabkan keluarnya phospat organik dan terjadi perubahan pH sehingga terjadi deposit kalsium.
Patogenesis. Agen etiologik dipindahkan secara horisontal (antar binatang selain dari induk dan keturunan) tetapi tidak secara vertikal (dari induk ke keturunan). Bakteri memperbanyak diri di dalam usus, menyebabkan suatu radang haemorrhagic mucuous-desquamative (pengeluaran lendir berlebihan). Metabolit beracun A. hydrophila diserap dari usus dan menginduksi keracunan. Pendarahan pada kapiler terjadi di permukaan sirip dan di submukosa perut. Sel hepatik dan epitel dari tubulus ginjal menunjukkan adanya degenerasi. Glomeruli dihancurkan dan jaringan menjadi berdarah, dengan eksudat dari serum dan fibrin. Penyakit akibat bakteri ini biasanya muncul akibat dari kondisi stres pada ikan. Beberapa faktor kualitas air yang dapat menyebabkan ikan rentan terserang A. hydrophila antara lain tingginya kandungan nitrit, rendahnya kandungan oksigen terlarut dalam air atau tingginya kandungan karbon dioksida terlarut (White, 1991).
Gejala Klinis. Kematian mendadak, nafsu makan turun, ingsang pucat, asites, kulit terdapat ulser, eksoptalmia, pembengkakan limpa dan ginjal. Nekrosis pada limpa, hati, ginjal, dan jantung. Membrane mukosa pada intestinum biasanya terjadi nekrosis dan deskuamasi ke dalam lumen.
Diagnosa. Berdasarkan gejala klinis
Terapi dan Pencegahan. Pemebrian antibiotic Terramycin ( 2.5-3.75 g/100 lb untuk ikan/hari selama 10 hari pada pakan ), Oxytetracycline, dan Remet ( 50 mg/kg/hari pada ikan selama 5 hari ). Perendaman dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 10-20 ppm selama 30-60 menit atau 3-5ppm selama 12-24 jam. larutan 5-10 ppm selama selama 12-24 jam, Oxytetracycline 5 ppm selama 24 jam, Imequil 5 ppm selama 24 jam, 5-8 m3 air untuk waktu yang tidak terbatas. Sedangkan penanngulangan dengan cara penyuntikan dilakukan dengan Oxytetracycline 20-40 mg/kg ikan, Kanamycin 20-40 mg/kg ikan atau Streptomycine 20-60 mg/kg ikan.
2. Sediaan obat pada ikan
- Dalam bentuk tablet mengandung bahan obat tanpa bahan pengisi
- Ekstrak
Sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan pelarut yang sesuai
- Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi dalam fase cair
3. Mengetahui pencegahan furoncolosis dan MAS
- Furonkolosis
Untuk pencgahan dapat dilakukan beberapa caran, diantaranya pelaksanaan budidaya yang baik, kecukupan pakan, penggunaan vaksin (Atlantic salmon vaksin) - imunostimulan non-spesifik - senyawa-senyawa antimikroba, penanganan air, isolasi hewan yang terinfeksi dan penggunaan probiotik atau control biologis (Bjarnheidur, 1998 ; Carter, 1975).
- MAS
Pencegahan dalam budidaya perairan dapat dilakukan dengan beberapa langkah yaitu: Hindari perpindahan ikan dari satu kolam ke kolam lain. Ikan secara bertahap membangun resistansi terhadap bakteri local tapi dapat membawa organisme virulen bila dipindahkan. Sediakan kondisi lingkungan optimal, berikan perhatian khusus pada mempertahankan tingkat oksigen dan penanganan ikan yang hati-hati. Perawatan dengan menggunakan alat sangat menolong saat mensortir, penanganan atau pemindahan bibit ikan. Sebisa mungkin hindari penggunaan antibiotik, meskipun antibiotik dan disinfektan seringkali terbukti ampuh digunakan dengan ditambahkan pada air sebanyak 2-4 ppm seperti acriflavin dan prophylactic (Kordi, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Bjarnheidur, K. 1998. Infections by atypical strains of the bacterium Aeromonas salmonicida. Institute for Experimental Pathology, University of Iceland, Keldur. BÚVÍSINDI ICEL. AGR. SCI. 12, 1998: 61–72
Carter, G. R. 1975. Diagnostic Procedures in Veterinary Bacteriology and Mycology. Charles C Thomas Publisher: USA.
Jawetz. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Penerbit Salemba Medika: Malang.
Kordi K, ghufron H. 2004. Penanggulanagn Hama dan Penyakit Ikan. Rineka Cipta dan Bina Adiaksara. Jakarta.
White. 1991. Diagnose and Treatment of Aeromonas hydrophyla Infection of Fish. Aquaculture Extension: Illinois.
No comments:
Post a Comment